tiga

699 111 4
                                    











Sudah hampir satu tahun lebih, Chaeyeon dan Hyunjin menjalankan masa pelatihan di agensi yang akan memasarkan grup mereka nantinya.

Chaeyeon sudah tidak lagi tinggal di kontrakan kecilnya, sekarang dia tinggal di asrama bersama sembilan perempuan lainnya yang diperkirakan akan debut sebagai satu grup.

Hampir seluruh peserta pelatihan tahu, bahwa Chaeyeon dan Hyunjin memang sudah dekat. Jadi bukan hal aneh jika setiap hari keduanya pulang bersama atau jika keduanya saling menunggu jika salah satunya belum selesai latihan. Lagi pula mereka lebih sering pulang bersama dengan peserta pelatihan yang lainnya, meski ruang latihan antara laki-laki dan perempuan dipisahkan. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan sebenarnya.

"Lee Chaeyeon?" tanya salah seorang staff dari agensi membuat para gadis yang baru saja beristirahat, menyelesaikan latihannya di ruang latihan itu menoleh ke arah pintu.

"Iya, saya." Chaeyeon berdiri masih dengan napasnya yang terengah.

"Ikut saya sekarang."

Chaeyeon pun mengikuti staff tersebut dengan ragu, sesekali ia menoleh ke arah teman-temannya sebelum keluar dari ruangan, yang kemudian teman-temannya itu hanya mengendikkan bahunya.

Dengan ekspresi khawatir dan ketakutan, Chaeyeon memasuki sebuah ruangan yang ditunjuk oleh staff yang tadi.

"Lee Chaeyeon?" tanya seorang pria yang duduk di kursi kerjanya.

Pria itu bukan atasannya karena Chaeyeon tidak begitu mengenal pria tersebut, tapi Chaeyeon yakin jabatan yang dimiliki pria itu tidak jauh dari posisi atasannya —sebagai pemilik agensi.

"Iya, Pak." Chaeyeon mengangguk sopan dan masih berdiri tak jauh dari pintu yang baru saja ia tutup.

"Duduk!" Dengan gerak ragu, Chaeyeon pun duduk di kursi depan meja kerja pria tersebut.

"Saya dengar kamu teman dekatnya Hwang Hyunjin?"

Chaeyeon mengangguk pelan. "Iya, Pak."

"Begini." Pria tersebut menghela napasnya sebentar. "Kamu pasti mengerti kan, kalau agensi tidak akan mungkin mendebutkan dua grup secara bersamaan?"

Chaeyeon mengangguk dan menunggu kalimat yang selanjutnya akan diucapkan pria itu.

"Setelah mengadakan rapat, kami sepakat untuk mendebutkan grup laki-laki dulu."

Sejauh ini, Chaeyeon pikir tidak ada masalah dengan kalimat tersebut. Toh Chaeyeon masih bisa menunggu dan terus berlatih mengasah bakatnya. Dia tidak akan menyerah begitu saja hanya karena masalah waktu. Chaeyeon juga yakin, Hyunjin pun tidak akan masalah tentang itu asalkan Chaeyeon tetap bertahan di agensi yang sama.

Tapi ia masih belum menemukan titik temu kalimat tadi dengan alasan ia dibawa kemari sendirian dan kenapa juga pria itu menanyakan hubungannya dengan Hyunjin?

"Karena kami tau kalian itu dekat, jadi kami minta sama kamu mulai sekarang biarkan Hyunjin fokus dengan grup dan projek debutnya."

Chaeyeon mengernyit bingung. Memangnya selama mereka bersahabat, Hyunjin tidak fokus?

"Kalau sampai kalian masih saling dekat di detik-detik Hyunjin dan grupnya akan debut, itu bisa jadi rumor dan menghambat debut grup Hyunjin. Kalau grup laki-laki terhambat, otomatis grup kamu pun akan lebih terlambat untuk debut."

Kali ini Chaeyeon mulai memahami arah pembicaraan pria tersebut. Ia baru ingat, tujuan dia dan Hyunjin adalah menjadi idola. Sekarang Chaeyeon baru sadar bahwa menjadi idola itu harus terhindar dari segala macam skandal termasuk menjalin hubungan antara laki-laki dan perempuan.

"Sekarang kamu paham kan maksud saya?"

Chaeyeon kembali mengangguk pelan dan ragu.

"Mulai sekarang, kamu harus jaga jarak dengan Hyunjin. Kalau bisa menghindar dan jauhi Hyunjin."

Sungguh, Chaeyeon sebenarnya tidak ingin mendengar perintah tersebut. Tapi bagaimana pun juga ini demi mimpinya, mimpi Hyunjin, harapan keluarganya, dan juga janjinya pada kakak Hyunjin.

"Baik, Pak," jawab Chaeyeon pelan menahan agar suaranya yang bergetar itu tidak sampai terdengar di telinga pria tersebut.

"Terima kasih, Lee Chaeyeon. Sekarang kamu boleh keluar."

Keluar dari ruangan tersebut, langkah kakinya tidak membawa Chaeyeon kembali ke ruang latihan, tapi langkah itu menuju toilet.

Di dalam toilet itu, Chaeyeon mengeluarkan semua kekesalan dan kekecewaannya. Dia menangis sambil menutup mulutnya agar tidak didengar oleh siapa pun.

Chaeyeon tidak pernah sekali pun mengeluh atau menangis karena lelahnya proses pelatihan yang entah kapan akan berakhir, namun sekarang begitu sesak, air matanya tidak berhenti mengalir hanya karena mendapat permintaan dari agensinya itu.

Sebelum masuk agensi, sudah tiga tahun lebih Chaeyeon dan Hyunjin saling mengenal dan dekat karena hobi dan mimpi mereka sama. Meski keduanya tidak memiliki hubungan khusus, tapi tetap saja keduanya saling membutuhkan satu sama lain.

Chaeyeon tidak yakin bisa melakukan permintaan dari agensinya itu. Karena selama tiga tahun ia meninggalkan keluarganya di desa, hanya Hyunjin yang selalu ada menemaninya, menyemangatinya yang berjuang sendiri di kota untuk menggapai mimpinya. Katakanlah bahwa hidup Chaeyeon sudah bergantung pada Hyunjin, demi harapannya untuk mengangkat derajat keluarganya.

Dan sekarang keadaan justru harus memaksa dirinya untuk lepas dari Hyunjin. Mereka dipaksa untuk saling tidak mengenal, saling menjauh oleh mimpi mereka sendiri.














AS WE DREAM
heavenable | 2019

AS WE DREAM ; lcy-hhjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang