Pagi-pagi sekali —sebelum teman-temannya terbangun, Hyunjin terburu-buru membasuh wajahnya kemudian berlari keluar dari asramanya menuju gedung agensinya yang memang tak begitu jauh.
Hyunjin langsung memasuki lift, mengabaikan sapaan dari petugas yang tengah berjaga. Dengan napas yang terengah, Hyunjin menekan tombol untuk menuju lantai paling atas dari gedung tersebut.
Semalam ia mendapatkan sebuah surat di kotak surat di lobi gedung asramanya. Surat itu datang atas nama Lee Chaeyeon. Surat itu berisi permintaan Chaeyeon untuk menemuinya pagi itu di atap gedung agensi sebelum latihan dimulai. Semalaman Hyunjin berharap bisa tidur cepat dan bangun lebih pagi, tapi yang terjadi bahkan sampai pagi datang pun Hyunjin masih belum mendapatkan kantuknya.
Masih dengan napas terengah, Hyunjin membuka pintu atap, tidak mendapati siapapun di sana. Sepertinya Hyunjin terlalu pagi datang ke sana.
Sambil menunggu, Hyunjin memutuskan untuk menikmati pemandangan kota. Ia baru menyadari, bahwa langit bersama sinar fajar pun tak kalah indah dari sinar senja. Bahkan semilir angin yang berhembus pagi itu terasa menenangkan meski terasa sedikit dingin. Hyunjin menyukainya.
Kemudian, seseorang yang baru saja membuka pintu atap itu sedikit menginterupsi ketenangan yang Hyunjin rasakan. Senyumnya terukir di wajah tampannya saat ia menoleh dan mendapati orang yang ditunggunya itu berdiri di ambang pintu.
Tanpa pikir panjang, Hyunjin berlari dan memeluk gadis berambut panjang itu.
"Akhirnya kamu kembali, Yeon!"
Tidak seperti yang Hyunjin duga, Chaeyeon —gadis itu justru diam tidak membalas pelukannya. Apa rindu Hyunjin masih sepihak? Apa Chaeyeon tidak merindukannya juga?
Perlahan Chaeyeon mendorong tubuh Hyunjin untuk melepas pelukannya.
"Kamu apa kabar, Hyun?" tanya Chaeyeon seraya memberanikan diri menatap laki-laki di hadapannya.
"Engga baik, selama kamu ngga ada."
"Maaf." Gadis itu kemudian menunduk.
"Aku dapat beberapa kali teguran karena kemampuanku justru menurun. Aku hampir mengecewakan grupku. Gara-gara aku, debut kami ditunda lagi."
"Maaf."
"Aku hampir menyerah dan berhenti kalau saja mereka ngga ada menguatkan aku. Bukan hanya mereka, tapi aku masih ingat tentang mimpi kita. Mimpi kita yang menguatkan aku sampai akhirnya aku memilih bertahan. Karena ku pikir, kamu akan kembali kalau aku berhasil debut."
Gadis itu kembali menegakkan kepalanya, kembali menatap Hyunjin. Kali ini kedua matanya berlinang.
"Makasih karena kamu ngga menyerah, Hyun." Chaeyeon berhambur dalam pelukan Hyunjin, kemudian terisak.
Hyunjin kembali tersenyum seraya membalas pelukan Chaeyeon.
"Makasih juga karena kamu kembali." Hyunjin mengelus lembut surai panjang milik Chaeyeon.
"Aku rindu kamu, Hyun."
Akhirnya Hyunjin tahu bahwa rindunya tak lagi sepihak.
.
"Kita masih punya mimpi itu kan, Hyun?"
Saat ini Hyunjin dan Chaeyeon duduk di salah satu bangku panjang yang ada di atap gedung. Keduanya bersama-sama menikmati pemandangan langit yang kini terlihat lebih terang.
Kedua tangan mereka kini saling terpaut, dengan Chaeyeon yang menyandarkan kepalanya di pundak sebelah kanan Hyunjin.
Hyunjin mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Chaeyeon tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya.
"Walau pun sekarang kita ngga sama-sama lagi, tapi kita masih punya mimpi yang sama. Kita pasti bisa tampil di panggung besar bersama-sama."
"Sekarang, apa rencanamu?"
"Rencanaku?" Chaeyeon menegakkan tubuhnya, menolehkan kepalanya pada Hyunjin. "Apalagi kalau bukan debut?"
"Maksudku, jalan menuju debut kamu. Agensi ngga mungkin terima lagi trainee yang mengundurkan diri kan?"
"Aku diterima di agensi lain. Bukan agensi besar memang, tapi setidaknya aku masih mau berusaha. Udah dua minggu aku latihan di sana."
"Baguslah. Aku senang mendengarnya."
"Bagaimana pun juga, ini bukan hanya tentang mimpi aku dan kamu." Chaeyeon kembali menyandarkan kepalanya di pundak Hyunjin. "Ini mimpi kita bersama. Mimpi keluarga kita. Mimpi orang-orang yang kita sayangi."
"Itu artinya, kamu sayang aku dong?"
Hanya kekehan dari Chaeyeon menanggapi ucapan Hyunjin.
"Hey, jawab!" Hyunjin mengendikkan bahunya sedikit mengganggu kenyamanan Chaeyeon yang bersandar di pundaknya.
"Hmm... gimana ya? Ngga tau."
Hyunjin menghela napasnya. "Bilang sayang aja kok susah."
"Lagian kamu pake nanya segala."
"Aku mau dengar langsung dari mulut kamu, Yeon."
Chaeyeon justru tertawa atas ucapan singkat dari Hyunjin.
"Aku ngga mungkin mau kembali, kalau aku ngga sayang sama kamu. Udah ah, aku mau balik."
"Bentar." Hyunjin menarik pelan tangan Chaeyeon yang baru saja menegakkan tubuhnya hendak beranjak dari tempat duduknya.
Cup
"Aku juga sayang sama kamu."
Chaeyeon terdiam mematung setelah mendapatkan kecupan singkat dari Hyunjin, sedangkan laki-laki itu kini tersenyum merapikan rambut Chaeyeon.
"Aku ngga peduli dengan status kita setelah ini. Yang penting sekarang aku tau kalau kita punya perasaan yang sama."
AS WE DREAM
heavenable | 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
AS WE DREAM ; lcy-hhj
FanfictionMimpi kita sama. Kita berjuang untuk mencapainya bersama-sama heavenable | 2019