15 Desember 2018
Stay dimana?
Klasik, boy! Kalau jauh nantinya juga nggak akan direspon terlalu lama. Banyak cowok di luar sana nyari yang deket-deket kalau bisa. Ya, 'kan?
Kebanyak temen nyari calon yang deket. Selain kalau ketemunya gampang, juga nggak ngehamburin uang buat transportasi. Atau setidaknya waktu.
Generasi zaman sekarang suka yang menggunakan waktu lebih singkat. Media sosial, apliaksi kencan, kopi instan, bahkan sampai mie instan. Bubur instan masih jadi favoritku, ngomong-ngomong daripada mie. Lebih aman untuk lambung.
22 km tuh deket sih. Kalau ditempuh motor paling setengah jam, kan? Aku di sini, kok. Kamu?
Aku di sini. Deket Univ ini, tapi nggak kuliah di sini. Malah kuliah di tempat yang lebih kota lagi. Haha.
Setelah itu nggak ada percakapan lagi. Aku cukup lega, sih. Karena aku juga baru ada obrolan dengan cowok-cowok yang udah ngobrol duluan. Dan bau-baunya aku akan nolak seseorang karena jarak yang menjadi penghalang kami.
Aku nggak mau calon pacarku ini kesusahan dengan tranportasi. Meski mudah, tapi kan butuh usaha juga kalau ke rumahku. Naik kereta, bus, angkot kecil.
Ya, maklum. Aku tinggal di kota kecil yang ada di atas gunung. Dingin dan banyak hotel di sini. Kalau malam Minggu, seringnya aku kalau pulang kuliah sudah pada penuh.
Hmm. Aku penasaran kenapa, sih, kamar hotel sering penuh ketika malam Minggu.
See? Bahkan aku tetap melihat jarak sebagai patokan. []
KAMU SEDANG MEMBACA
An Acquaintance
RomanceKamu pernah nyari pacar lewat aplikasi kencan nggak? Seperti Tinder, Grindr, Badoo dan lain-lain. Adam melakukan hal itu dan menemukan seseorang yang dia anggap lucu dan menarik untuk diajak bicara serta berpikir tentang sesuatu hal. Penasaran deng...