13

1.4K 162 5
                                    

2 Januari 2019

Aku belajar mati-matian. Membuat catatan ulang dari pagi sampai malam karena kuliahku masih libur. Sementara itu, Putra dengan status kesiangan, dia sedang ada kelas sampai sore.

Beberapa kali aku ngobrol dengan dia. Dan terakhir dia bilang kalau hari ini dia pay day. Dan akhirnya dia belanja kebutuhan dia bulanan. Untuk perawatan tubuh dan rambut serta wajah. Dia mengirimiku belanjaan dia hari itu.

Kalau punya gen Cina mau dicuekin apa dirawat tetep aja putih, shay. Apalagi dia konsisten dengan perawatan walau hanya dengan produk biasa yang dijual di minimarket.

Ya, jaman sekarang cowok itu dandan, kan. Apalagi kalau pingin ngegaet cowok-cowok gitu ya kudu bening. Jangan sampai dekil. Apalagi bau badan atau bau mulut.

Ya selera orang mah beda-beda, tapi cowok selalu yang pertama ngelihat pasti dari fisik, kok. Kemudian jarak tempuh gitu, latar belakang ekomoni, terus enak nggak di ranjang. Ya, nggak, sih? Atau beda?

Nggak tahu, deh. Kalau aku cuman nggak pengen punya pacar yang terlalu besar. Aduh, susah lah. Aku bisa apa kalau semisal berantem terus dia marah. Aku bisa dilempar ini, mah.

Dan malam hari si Putra tiba-tib kena IMS. Hormon dia baru bergejolak. Mirip PMS cewek gitu, deh.

Sementara itu, aku yang hobi dengerin cerita orang lain cukup tertarik dengan apa yang jadi masalah Putra. Apalagi dia itu manusia yang jarang marah dan tipe penyimpan semuanya di dalam hati.

Sayangnya, di tengah-tengah dia curhat, temenku datang dan pulang dari rumah jam 11 malam. I mean, aku sedang berada di puncak permasalahan Putra, tapi aku nggak nyelesaiin curhatan dia. Dia pasti nggak akan cerita lagi, deh, sama aku.

Dan aku minta maaf sama Putra karena aku nggak ada di saat dia sedang butuh tempat buat di dengerin. Tengah malam aku ngirim beberapa VN di tengah ketakutan karena temenku bilang kalau hantu di rumah aku itu isengnya luar biasa.

Sungguh, aku merasa sangat bersalah dengan Putra. Namun, aku bisa gimana lagi? Aku harap dia besok merasa OK.

Dan ketika aku menawarkan telefon dengan Putra, dia menolak dengan halus. Katanya mic aku rusak dan headset dia baru rusak. Aku merasa ini lucu dan di luar nalarku. Karena kemarin-kemarin kami ngobrol dengan headset kok.

Ada yang aneh?

Aneh banget kalau ini, mah.

Apa aku yang mikirnya negatif?[]

An AcquaintanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang