25 Desember 2018
Kerja atau kuliah?
Pertanyaan latar belakang untuk memastikan kondisi keuangan dan tempat mana saja yang akan dikunjungi untuk kencan. Itu kalau menurutku. Atau biasanya buat tau kesibukan yang bersangkutan. Menyesuaikan waktu antara dua insan bukan perkara mudah.
Anak mahasiswa kencannya dimana, sih? Mall? Atau kafe?
Kalau LDR mah beda lagi, ya. Pacaran juga hanya lewat ponsel. Hanya baper-baperan via obrolan. Terus kalau ada kesempatan bertemu, nanti akan memikirkan tempat yang asik buat dihabisin berdua.
Nggak ada, ya, yang ngajakin muncak bareng gitu atau ngelakuin hal-hal menantang?
Kalau ada, sih, biasanya aku minta putus kontak aja. Aku nggak mau jantung aku yang lemah ini semakin nggak karuan rasanya kalau harus melakukan berbagai tantangan-tantangan. Aku nggak mau mati muda.
Aku kuliah, nih. Tapi juga nyambi part time kok.
Keren. Dia berani melakukan itu. Aku bisa melihat kemandirian yang ada dalam dirinya.
Aku? Nggak usah tanya. Ini cerita soal dia. Atau soal kamu, yang sedang membaca ini.
Baru insomnia, nih. Biasa, sindrom kalau sedang liburan.
Tengah malam kami masih melek. Dengan kegiatan kami masing-masing. Kalau aku sedang menghapusi film drama korea yang sekiranya banyak drama romance yang bikin aku mual.
Serius. Ketika kamu kebanyakan lihat drama dan hal-hal lucu, sementara hidupmu ini pahit. Hal seperti itu adalah racun buatku.
Aku juga libur kuliah nih. Minggu tenang sebelum UAS. Awal tahun disambut UAS, lho. Kamu kapan?
Aku seminggu depannya lagi.
Dia bercerita tentang jurusan dan hobi yang dia tekuni dengan baik. Aku menganggapnya demikian karena memang dia berbakat dan punya hati untuk melakukan pekerjaan tersebut. Apalagi dia menggeluti pekerjaan di dapur.
Cowok kok masak? Itu yang selalu bikin aku marah, sih. Jengkel lebih tepatnya.
Cowok masak itu keren, lho. Karena jaman sekarang yang masakannya enak juga cowok. Cewek kayaknya enak juga, tapi kenapa tukang nasi goreng, siomay, pempek keliling rata-rata cowok? Tahu bulat juga, kan?
Bersyukur dong kalau kamu bisa masak dan bagus dalam hal tersebut. Keren. Aku juga pingin ngelakuin hal yang bikin aku cinta dan nggak pernah bosen.
Obrolan kami nyambung. Kebanyakan aku nyambung dengan cowok-cowok yang ngobrol, sih. Dan ada yang sampai curhat, lho. Cukup bangga 'kan dengan profesi semi psikiater gini. Aku seneng buat dengerin orang curhat. Setidaknya mereka bahagia karena ada yang dengerin mereka.
Btw, nama kamu siapa? Aku Putra.
Panggil aja aku, Adam.
Ada WA, nggak?
Ada peraturan tidak tertulis untuk para kamu yang masih nggak mau membuka identitas kamu sebagai orang yang berbeda: jangan ngasih nomor WA. Berilah sekiranya akun instagram bodong kamu atau line yang emang khusus untuk sekumpulan orang yang akan kamu kenal tapi belum worth it.
Ada nih. Kamu kasih nomor kamu aja, nanti aku hubungin.
Peraturan selanjutnya adalah, jangan kamu kasih dulu nomor kamu kalau bukan kamu yang ngajak kenalan. Takutnya, nanti kamu akan kecewa pada hasil akhir. Seperti aku yang beberapa kali merasakan bagaimana gondoknya diri ini memberi akun sosmed, tapi tiada kabar lagi.
See? Cowok emang beberapa brengsek, kok. Yang baik? Banyaaak.
Ini nomorku. Silakan untuk chat aku.
See?
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
An Acquaintance
RomanceKamu pernah nyari pacar lewat aplikasi kencan nggak? Seperti Tinder, Grindr, Badoo dan lain-lain. Adam melakukan hal itu dan menemukan seseorang yang dia anggap lucu dan menarik untuk diajak bicara serta berpikir tentang sesuatu hal. Penasaran deng...