Kim Taehyung, pemuda bersurai merah itu kini merengut lemah disalah satu meja coffee shop. Kedua tangannya menggantung menyedihkan, dengan lensa kamera tergeletak di atas meja sama pasrahnya."Muram sekali wajahmu." Satu kopi hitam pekat dengan asap yang masih mengepul menyapa indera penciumannya.
Dahinya mengernyit, sebelum ia bawa tubuhnya untuk duduk tegap. "Jauhkan kopi sialan itu dari hidungku." Dan mengomel tak tahu tempat.
Pemuda di depannya terkekeh geli, mengambil cangkir kopi panas tersebut sebelum menyesapnya. "Tck! Kau tidak akan pernah tahu rasanya, ini enak. Tapi kau menyebut minuman ini dengan embel-embel sialan? Kau ini benar-benar."
Taehyung mendengus, mengacak surainya frustasi sebelum tangan kanannya kembali meraih lensa kamera miliknya. Ia buka menu di layar kamera tersebut, memilah dan melihat-lihat hasil jepretannya sendiri.
"Aku heran, dua tahun aku mengikutinya tapi tidak ada apapun disini." Taehyung sibuk menggeser kesana kemari, menelisik foto-foto kegiatan salah satu idol yang kini tengah di gandrungi kaum hawa, Min Yoongi.
"Well, ucapkan salam perpisahan untuk karirmu, Kim." Taehyung mendelik kesal, sedangkan si pemuda di depannya semakin kencang tertawa.
"Ya, setelah itu aku akan jadi pengangguran dan kembali jadi parasit untukmu, Jeon Jungkook." Jungkook menggeleng keras, meski ia tak akan menolak jika Taehyung jadi pengangguran dan kembali jadi parasit di hidupnya.
Tapi, kondisinya saat ini berbeda. Jungkook tidak lagi tinggal sendiri. "Tidak, Hobie hyung akan menggantungku di langit-langit kamar."
Kini Taehyung lah yang tertawa keras sekali, mengabaikan segelintir orang yang menoleh ke arahnya. Tidak peduli, toh coffee shop ini milik Jungkook. Ia tidak akan semudah itu untuk di usir.
Bicara soal Hobie hyung yang Jungkook sebut barusan, dia adalah Jung Hoseok kekasih Jungkook. Hoseok memang sedikit tak menyukai Taehyung, terlebih jika itu menyangkut Jungkook yang berlebihan memberi perhatian pada Taehyung ketimbang dengan Hoseok sendiri.
"Kenapa? Kau takut di ceraikan Hoseok hyung??" Goda Taehyung sembari mengusap sudut matanya yang berair.
"Kau kan tahu kalau Hobie hyung itu sedikit tidak menyukaimu." Jujur Jungkook yang di angguki Taehyung.
"Aku tahu. Tapi, dia tak sejahat yang aku pikirkan saat pertama kali berkenalan dengannya." Taehyung tertawa kecil kala ingatannya kembali ke satu tahun yang lalu, dimana Jungkook mengenalkan Hoseok padanya.
Saat itu Hoseok menjabat tangannya dengan decakan kesal berbumbu cemburu. Salahkan Jungkook yang mengenalkan dirinya, sebagai belahan hati dan jiwanya. Pacar mana yang tidak akan cemburu.
Tapi, memang dasarnya Jungkook adalah pria tidak peka. Mana tahu kalau saat itu Hoseok sedang menahan kesal dan cemburu, dan itu berlangsung setiap kali Taehyung berkunjung ke apartement Jungkook, atau hangouts bertiga.
"Jangan melamun." Jungkook menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Taehyung, "Aku tahu kau lelah selama dua tahun ini. Tapi aku percaya, kau adalah orang yang tidak akan patah semangat."
Taehyung tersenyum tipis, inilah yang ia sukai dari Jungkook dari dulu. Bersahabat dengannya sejak jaman balita, Taehyung jelas kenal betul luar dan dalam Jungkook.
"Aku jadi terhibur berkat kata-katamu barusan." Puji Taehyung dengan senyum kotak yang terumbar.
"Traktir aku sate domba nanti malam." Sahut Jungkook mengerling jenaka. Yang berakhir dirinya mendapat satu tendangan kecil namun terasa menyakitkan di bagian tulang keringnya.
—
—
—
"Bagaimana? Sukses?" Jika saat jam istirahat ada Jungkook yang menggodanya, lain hal jika Taehyung tengah berada di kantor.
Terbukti dari pemuda berbahu lebar bernama Kim Seokjin, yang kini tengah berdiri di sampingnya. Melihat foto-foto hasil jepretan Taehyung yang telah ia pindah ke laptop.
"Jepretan yang bagus." Puji Seokjin, matanya memicing ke arah layar laptop yang terus bergerak turun. "Tahan."
"Apa sih? Jangan mengganggu ku, hyung." Gerutu Taehyung kesal.
Seokjin berdecak, jari telunjuknya ia bawa ke salah satu foto, "Bukan kah itu Jennie? Dan... Astaga!! Apa mereka dating??" Tanya Seokjin heboh, suaranya yang melengking itu sukses mengundang rekan kerja yang lain untuk mengerubungi Taehyung di kanan dan di kiri.
"Yeoksi! Inilah kenapa sajangnim begitu menyukai hasil kerjamu. Kau memang hebat Taehyung-ah." Yoona, satu-satunya gadis di antara mereka memuji Taehyung dengan senyuman manis yang tak luntur dari wajah manisnya.
Taehyung menggaruk tengkuknya canggung, "Ah noona terlalu baik memujiku." Ucap Taehyung malu.
"Ini akan jadi hot news awal tahun 2019." Pekik Seokjin senang, Taehyung mendesah lesu di tempatnya duduk.
"Ini bukan apa-apa. Aku lebih menginginkan Min Yoongi." Ucap Taehyung pelan, Yoona dan Seokjin saling melempar pandang. Tentu saja mereka tahu bagaimana frustasinya Taehyung mengikuti kemana pun Yoongi pergi.
"Aku heran... kenapa ada idol yang hanya berkutat pada agensi, apartement, dan coffee shop. Terus seperti itu sampai dua tahun ini. Arghhhh!!!" Taehyung berteriak frustasi, ingin marah tapi bingung pada siapa. Pada Yoongi? Memangnya sedekat itu kah dirinya dengan rapper hits yang di puja-puja banyak gadis.
"Jangan menyerah. Kalau tidak bisa dengan cara biasa, kenapa kau tak melakukan dengan cara lain??"
"Maksud hyung??" Seokjin mengendikkan bahunya acuh, sejujurnya ia juga tidak tahu ingin memberi saran apa. Kata-kata itu terlontar begitu lancarnya.
"Hehehe, aku juga tidak tahu sih. Coba kau pikirkan caranya."
Taehyung mendengus, "Sudahlah, lebih baik hyung diam dan kembali bekerja." Usir Taehyung halus. Dirinya kembali berkutat dengan foto-foto yang masih terpampang dilayar laptop.
"Cara lain ya..."
Lampu imajiner menyala di atas kepala Taehyung, bersamaan dengan gebrakan meja terlampau semangat. "Aku tahu caranya, hyung!!!"
Membuat Seokjin terpekik saking kagetnya, beriringan dengan elusan didadanya.
-1-
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Dispatch [YOONTAE]
Fanfiction[Done] Dua tahun bukan waktu yang sebentar, untuk seorang Kim Taehyung mengikuti kemana pun Min Yoongi pergi. Keinginannya hanya satu, mendapat satu jepretan foto eksklusif tentang Min Yoongi yang tengah berkencan. "Don't lose your focus, Tae! Siapa...