Aku memahami,
karena aku juga kerap mengalami.Perihal ratusan bulir yang tertumpah
kala kamu menangisi sang Tuan pencuri rasa
yang tetap bertahan, namun enggan
memberikan kepastian.Juga, perihal rasa pedih
yang kerap kali hadir
dan selalu kau pikul sendiri.
Tanpa ada kata menyerah
sebab bodohnya,
logikamu sudah dibunuh mati oleh perasaan.Lihatlah sayatan di hatimu yang kian mengiris,
pedihnya, itu kau buat sendiri.
Disaat ada seribu alasan untuk meninggalkan
kau malah asik mempertahankan
dan semakin mengenaskan.Disini, aku tidak memintamu berpaling.
Aku hanya ingin memintamu untuk kembali berbahagia.
Jangan hiraukan frasaku
jika nyatanya dirimu masih belum mampu menjauh-ku kira, itu urusan waktu.Pesan pokoknya adalah
Kuingin kamu berlari mengejar bahagia
dan berhenti menjadi bodoh karena perasaan.Sebab, ini perihal dia,
yang kerap kali membuat mu terluka
KAMU SEDANG MEMBACA
Poetry : Puisi
PoetryTerima kasih pernah menemani, walau pada akhirnya kamu melangkah pergi.