Pak Sudana terbangun, dirasanya tadi kepalanya pusing setelah makan bersama Bu Wira, dia berusaha untuk bangun dari tempat tidur. Terkejut, kedua tangan dan kakinya tampak terikat pada masing-masing tiang tempat tidur. Pak Sudana tak mengenakan sehelai pakaian pun.
"Anjing! Apa-apaan ini?!"
Pak Sudana berusaha untuk berontak tapi dirasakannya ikatannya semakin kencang. Dia lalu menarik napas dan kemudian mengatur napasnya secara teratur. Tak boleh panik dan tak boleh lengah sedikit pun, katanya dalam hati.
Tak lama kemudian pintu kamar terbuka. Tampak seseorang masuk dengan hanya bertelanjang dada dan memakai celana jeans. Dengan badan tegap terbentuk alami dan berkulit hitam serta otot otot tangan yang terlatih seperti mengangkat beban berat, rambutnya cepak seperti potongan tentara.
"Apa kabar, Pak Sudana?"
Pak Sudana memicingkan matanya berusaha untuk melihat dengan jelas siapa yang menyapanya, matanya sedikit berkunang karena sinar yang tiba tiba masuk ke dalam kamar yang gelap itu.
Pak Sudana tersenyum.
"Kabur dari Halmahera, Wisnu?"
Wisnu tertawa. Dia berjalan lebih mendekat kearah tempat tidur setelah berada disamping tempat tidur, dihajarnya perut Pak Sudana dengan kepalan tangannya yang keras dan kuat.
Buuukkk!!
Pak Sudana mengaduh tertahan. Dia menarik napas mencoba mengatur pernapasannya dengan baik. Dengan sedikit ilmu yang dia miliki, dikosongkannya rongga perutnya. Wisnu yang tak menyadari menghajar kembali perut Pak Sudana.
Buuukkk!!
"Sudah lama saya menantikan momen ini, Sudana. Kamu sekarang ngga lebih dari sekedar anjing kurap yang terikat dan tak bisa apa apa."
Pak Sudana terus menatap Wisnu dengan tatapannya yang tajam dan dingin. Emosinya mulai naik, darah dan jiwa mantan tentara ini mulai bangkit kemarahannya.
"Sudah berapa lama kau menjadi simpanan Bu Wira?"
"Kenapa? Kamu takut tersaingi saya, Sudana anjing?"
"Dengar yaa, saya bertanya baik-baik dan saya tak pernah menambahkan kata kata kasar dalam kalimat saya."
Wisnu tertawa lepas dan penuh dengan cemoohan.
"Terus kenapa, Sudana anjeeenggg? Ada masalah dengan penambahan kata anjing, Sudana Anjeeenggg?"
Ketika Wisnu terus berkata kata meledek ledek Pak Sudana, disaat yang bersamaan Pak Sudana mengumpulkan tenaganya pada kedua tangan dan kedua kakinya. Disalurkannya tenaga dalamnya ke empat penjuru tersebut.
"Kamu pikir cuma kamu aja yang ngentot sama Bu Wira? Kamu pikir cuma kamu aja yang mampu muasin Bu Wira? Sejak dia cerita tentang kau, saya sudah menduga ini pasti Sudana yang dulu saya kenal. Sudana yang telah menjebak dan mengirimkan saya ke Halmahera."
Sambil berkata kata, Wisnu menghujamkan kembali pukulannya ke perut Pak Sudana. Namun sebelum pukulan itu sampai ke perut Pak Sudana, Pak Sudana menghentakkan kedua tangan dan kakinya bersamaan dan putuslah tali yang mengikat kedua tangan dan kakinya itu dari tempat tidur. Pak Sudana menangkap satu tangan Wisnu yang hendak menghantam perutnya itu lalu setelah itu diputarnya tangan tersebut dan terdengar suara berderak. Jeritan kesakitan keluar dari mulut Wisnu. Sepertinya tangannya patah atau pangkal lengannya bergeser. Wisnu terduduk sambal melolong lolong kesakitan. Pak Sudana tak memberinya kesempatan, dihajarnya punggung Wisnu dengan tendangannya sebagaimana dulu Ujang menghajar punggung Wisnu. Wisnu jatuh menelungkup di lantai setelah itu Pak Sudana menghajar belakang lehernya. Wisnu tak sadarkan diri. Pak Sudana kemudian menggeret tubuh Wisnu ke kamar mandi, memasukkannya kesana setelah itu mengambil kunci kamar mandi dan mengunci pintunya dari luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUDANA
RomanceMenjalin hubungan dan menghabiskan waktu Pak Sudana mengisi hari-harinya tinggal bersama Dimas di paviliun yang mereka kontrak bersama. Hari demi hari berlalu, ada tawa, canda, cerita lalu dan bayang-bayang misteri pada kehidupan mereka berdua. Dima...