Jelang malam sekitar pukul 8, orang bertopi itu berjalan menuju rumah utama. Dilihatnya kiri kanan tak ada orang lalu dibukanya pintu gerbang setelah itu ia masuk dan menutup serta mengunci kembali pintu gerbang, lalu ia masuk ke dalam rumah utama dan menuju ke kamar tidur rumah utama, dibukanya pintu kamar.
"Goblok! Mau mati sesak napas kalian itu? Cik mun ngarokok buka pintunya kalo asap udah banyak kayak gini."
Orang bertopi itu ngomel dengan suara pelan.
Kedua orang yang sedang duduk, satu di tempat tidur dan satu di kursi segera berdiri.
"Maaf, kang, maaf, tadi mau buka pintu tapi takut ketauan."
"Ketauan gimana kamu teeeh? Buka pintu biar asapnya keluar dari kamar."
Orang bertopi itu lalu membuka sepatunya, setelah itu ia membuka baju dan celana yang dipakainya. Lalu ia duduk di kursi.
"Ada kabar berita apa? Sudah laporan sama Pak Sudana?"
"Sudah, kang, katanya kita kalo mau keluar nanti tunggu gelap."
"Oke, kalian kalo mau keluar, sok keluar sekarang. Ada rencana mau kemana?"
"Saya cari info ke asrama tantara dipinggir kota. Dia jaga Pak Sudana."
Orang yang bertato itu setelah berkata kemudian memakai baju dan sepatunya lalu mengambil jaketnya. Sementara yang satu lagi sudah bersiap untuk pergi.
"Kami cabut heula, kang. Nanti kami laporan."
"Hati-hati! Ingat yaa, pantang gagal."
"Siap, kang"
Keduanya menjawab berbarengan lalu setelah itu keluar dari kamar.
Orang bertopi itu kemudian menyalakan rokok. Diambilnya telepon tangan dari saku celananya yang tergeletak di lantai lalu dibukanya telepon tangan tersebut. Dia kemudian membuka folder photo dan kembali melihat photo seseorang di telepon tangan itu. Ditaruhnya rokok di asbak di meja samping kursi setelah itu tangannya masuk kedalam celana boxernya dan mengelus kontolnya.
"Euuhh ... Neng .. Ngewe yuuk, Neng ... "
Sementara itu di kamar rumah warisan orang tua Bu Wira, Pak Sudana tiduran telentang dalam keadaan telanjang. Bu Wira sedang berada diatasnya.
"Ooohh ... Ooohh ... Awww .. Paaakk sayaaanggghh .. mentookhhh .. Iiihh aaaahhhhhh ... Duuuhh enaakkhh .. Ssshh .. Ssshh ... "
Bu Wira menaik turunkan memeknya di kontol Pak Sudana sementara Pak Sudana meremas-remas buah dada Bu Wira.
"Oohhh .. Enaaakkhh bhuuuu ... teruusssh genjootthh genjootth yang kuaatth bhuu sayaaannggghh ... Aaahhh ... Angetthh .... Anjiingggghhhh ... "
Bu Wira dengan masih menaik turunkan memeknya kemudian menunduk dan menjilat dan mengisap serta mengigit gigit putingnya Pak Sudana. Dada dan perut Pak Sudana basah oleh keringat.
"Owwwhh buuuuuuhhh .. Ooowwwhhh .. Ssshh .. Gigithh teruussshh bhuuuu .. Ssshh .. Aaahhhhh iseepphhh bhuuu .. Iseeephh sayaanggghh iseeepphh putingnyaaaahh yang kuaatthh ... Eeuuh edaaann nikmaattthh ... "
Bu Wira terus menggigit dan mengisap putingnya Pak Sudana sambil menggoyangkan pinggulnya dan tak lama kemudian Bu Wira membenamkan wajahnya di leher Pak Sudana sambil menjerit.
"Aaaahhh .. Paaakkkk ... Paaakkh akuuu sampaaaiiii ... Aku keluarrrhh pak sayaaannggghhh ... Heeueuhhhhhhh .. Awwwwww .. "
Pak Sudana kemudian membalikkan Bu Wira hingga terlentang, mengangkat kedua kaki Bu Wira dan kemudian tanpa melepaskan kontolnya dia menghajar terus memek Bu Wira.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUDANA
RomanceMenjalin hubungan dan menghabiskan waktu Pak Sudana mengisi hari-harinya tinggal bersama Dimas di paviliun yang mereka kontrak bersama. Hari demi hari berlalu, ada tawa, canda, cerita lalu dan bayang-bayang misteri pada kehidupan mereka berdua. Dima...