Pak Sudana sampai ditempat tujuannya. Segera disandarkannya motornya itu lalu bergegas masuk ke dalam rumah mewah di salah satu komplek perumahan dipinggir kota.
Dengan tenang ia membuka pintu depan rumah yang tidak terkunci, lalu berjalan menaiki tangga yang ada didalam rumah itu, sesampainya diatas dia langsung menuju ke salah satu kamar, dibukanya pintu kamar tersebut.
"Selamat malam, Bu Wira."
Didalam kamar itu tampak Bu Wira, istri mantan komandannya sedang di tempat tidur dan sedang mainan telepon tangannya.
"Ah, Mas Sudana. Selamat malam."
Pak Sudana kemudian berjalan ke tempat tidur dan duduk di tempat tidur tersebut. Bu Wira meletakkan telepon tangannya setelah itu dia bangkit dari tidurannya dan memeluk Pak Sudana dari belakang.
"Setelah sekian lama. Apa kabar, Mas Sudana?"
"Baik, Bu Wira."
"Kangen sama aku ngga, Mas Sudana?"
Pak Sudana hanya tersenyum, dibiarkannya tangan Bu Wira yang memeluk dirinya. Punggungnya terasa hangat, ada sesuatu yang mengganjal menempel disana. Naluri kelaki-lakiannya bergerak. Dirasakannya sesuatu didalam celananya mulai menegang. Pak Sudana menarik napas panjang. Dirinya menghadapi dilemma. Antara dia merasa mengkhianati Dimas tapi disisi lain dia ingin tahu apakah dia masih menjadi laki-laki sesungguhnya dan masih mampu untuk berhubungan badan dengan perempuan.
"Bapak apa kabar, Bu Wira?"
"Bapak kabarnya baik. Jarang pulang, katanya sih ke tempat pacarnya kalo ngga pulang ke rumah."
"Pacar?"
"Iyaa, bapak pacaran sama anak kuliahan gitu. Ya saya sih masa bodohlah. Tokh anak-anak juga sudah besar."
"Eh .. Oh gitu, Bu."
"Iyaa."
"Terus ini rumah siapa, Bu?"
"Rumah saya, warisan orang tua, jarang ditempati dan biasanya anak-anak yang suka nginap disini. Bapak ngga pernah mau kesini, bukan rumahnya katanya."
Pak Sudana mengangguk. Dalam batinnya masih tidak bisa mengerti kenapa mantan komandannya itu enggan ke rumah ini hanya karena rumah ini adalah rumah warisan dari orang tua istrinya.
"Kerja dimana sekarang, Mas Sudana?"
"Di satu perusahaan, Bu, jadi security."
"Oh pantes gagah dengan seragamnya ini."
Bu Wira berkata seraya tangannya membuka tiga kancing kemeja Pak Sudana, lalu memasukkan satu tangannya kedalam baju seragam Pak Sudana, setelah itu diremasnya dada Pak Sudana yang basah dan berkeringat.
Pak Sudana menarik napas, perlahan nafsunya naik.
"Bu?"
"Iya, Mas sayang?"
Pak Sudana kemudian berbalik. Turun dari pinggiran tempat tidur dan berlutut menghadap ke Bu Wira yang masih dalam posisi duduk dan kakinya mengangkang. Kedua tangan Pak Sudana kemudian mengelus paha Bu Wira.
Bu Wira yang hanya mengenakan gaun tidur tipis menengadahkan mukanya. Mendesah.
Pak Sudana mengelus paha Bu Wira terus keatas sampai dipangkal pahanya. Tepat di depan mukanya buah dada Bu Wira yang putingnya sudah mengeras maju tercetak di gaun tidur menerawang tersebut. Kedua jempol Pak Sudana kemudian mengelus memek Bu Wira yang dicukur bersih.
"Hoohh ... Mas sayaaangg .... Aaahh Mas Sudanaaaaa ... Ssshhh ... "
Kedua tangan Bu Wira memegang pundak Pak Sudana. Pak Sudana terus mengelus-elus memek Bu Wira. Sesekali dimasukannya jempolnya bergantian kedalam memek tersebut. Basah.

KAMU SEDANG MEMBACA
SUDANA
RomansaMenjalin hubungan dan menghabiskan waktu Pak Sudana mengisi hari-harinya tinggal bersama Dimas di paviliun yang mereka kontrak bersama. Hari demi hari berlalu, ada tawa, canda, cerita lalu dan bayang-bayang misteri pada kehidupan mereka berdua. Dima...