Jilid 13/55

1.2K 15 0
                                    

Melihat sikap Bi-kwi yang mulai tertarik, Bhok Gun melanjutkan ceritanya. "Sekarang pun guruku sudah berada di kota raja. Kami menjadi pembantu-pembantu rahasia dari Hou-taijin. Selain melaksanakan perintah-perintah rahasia, juga kami ditugaskan untuk mempengaruhi seluruh tokoh dunia hitam agar dapat menjadi pendukungnya. Untuk itu, selain hadiah berupa harta benda yang amat besar, juga mereka yang berjasa akan diberi hadiah kedudukan."

"Hemm, apa artinya harta benda?" kata pula Bi-kwi.

"Tentu saja guruku dan aku tidak butuh harta benda. Apa sulitnya jika kita membutuhkan harta benda? Tinggal ambil saja dari rumah-rumah para hartawan. Akan tetapi bukan itu yang menjadi cita-cita kami, akan tetapi pangkat tinggi! Jika sampai aku kelak menerima anugerah pangkat tinggi, misalnya panglima atau setidaknya kepala salah suatu daerah, bukankah itu jauh lebih berarti dari pada sekedar harta benda? Ingat, tanpa hubungan baik dengan salah seorang pembesar tinggi yang berpengaruh, hanya mengandalkan kepandaian silat saja, tidak mungkin dapat menjadi seorang pembesar yang menduduki pangkat tinggi. Seorang datuk di dunia hitam, walau pun disembah-sembah, akan tetapi hanya oleh golongan hitam saja. Sebaliknya, seorang pembesar tinggi akan dihormat dan disembah oleh semua golongan, dengan kekuasaan yang tak terbatas."

"Hemm, dan bagaimana engkau akan dapat mempengaruhi para tokoh dunia hitam untuk mendukung pembesar she Hou itu?"

"Tentu saja dengan meraih kedudukan pimpinan dunia hitam!"

"Akan tetapi itulah cita-citaku, merampas pusaka Liong-siauw-kiam dan mengangkat diri menjadi bengcu!" kata pula Bi-kwi dengan alis berkerut.

"Bagus! Aku akan membantumu, sumoi. Aku membantumu merampas pusaka dan membantumu menjadi bengcu, kemudian engkau dengan pengaruhmu membantu aku. Bukankah ini menjadi suatu kerja sama yang amat baik dan saling menguntungkan?"

Bi-kwi benar-benar merasa tertarik sekarang. Tentu saja ia memandang dari segi yang menguntungkan dirinya. Kalau dibantu oleh seorang yang lihai seperti laki-laki ini, tentu saja harapannya lebih besar untuk dapat merampas pusaka dari tangan Pendekar Suling Naga yang sakti itu. Juga dalam mengangkat diri menjadi bengcu, tentu ia akan menghadapi banyak saingan, maka tenaga bantuan seorang seperti Bhok Gun, apa lagi kalau orang ini masih terhitung saudara seperguruannya, tentu saja amat berharga.

"Hemm, aku masih belum yakin apakah dapat bekerja sama denganmu ataukah tidak," katanya dan sepasang mata yang tajam itu menyambar-nyambar bagai kilat menjelajahi seluruh muka dan tubuh Bhok Gun penuh selidik.

Bhok Gun merasa seluruh tubuhnya seperti diraba-raba yang langsung membuatnya panas dingin. Hebat wanita ini, sinar matanya saja mampu membuatnya terangsang.

"Memang harus dibuktikan dulu apakah kita akan dapat bekerja sama," katanya sambil bangkit berdiri dan memandang dengan sinar mata penuh gairah dan ajakan. "Mau sama-sama kita buktikan sekarang juga?" Ajaknya dengan ulungan tangan.

Bi-kwi tersenyum. Ia suka kepada pria ini, seorang pria yang berpengalaman dan penuh pengertian. Agaknya, melihat ketampanan wajah dan ketegapan tubuhnya, menjanjikan sesuatu yang akan amat menyenangkan dirinya. Maka ia pun bangkit dan menghampiri pria itu, menoleh kepada Bi Lan sambil berkata, "Sumoi, kita tinggal di sini selama beberapa hari, baru melanjutkan pejalanan."

Bhok Gun tersenyum. "Jangan khawatir, sumoi-mu akan memperoleh pelayanan yang istimewa." Dia bertepuk tangan tiga kali dan muncullah dua orang pelayan wanita yang muda dan cantik-cantik.

"Berikan kamar tamu yang terbaik, di sebelah kiri kamarku itu, kepada nona ini dan layani dia sebaik mungkin sebagai seorang tamu agung. Malam ini sediakan hidangan termewah untuk menghormati dua orang tamu agung," kata Bhok Gun dan dua orang wanita itu membungkuk dengan hormat sambil tersenyum manis.

"Marilah, sumoi... eh, Ciong Siocia!" kata Bhok Gun sambil menggandeng tangan Bi-kwi yang hanya tersenyum dan mereka pun pergi masuk ke dalam.

Bi Lan mengerutkan alisnya. Dia sudah mengenal watak cabul dari suci-nya dan tahu bahwa suci-nya telah menarik tuan rumah itu sebagai seorang kekasih baru. Ia tidak peduli akan hal ini, hanya merasa tak enak dan canggung harus berada seorang diri di tempat asing itu. Akan tetapi ia pun tidak membantah ketika dua orang wanita pelayan itu dengan hormat mempersilakan dia ke kamarnya yang ternyata merupakan sebuah kamar yang indah dan mewah pula.

Siapakah sebetulnya pembesar bernama Hou Seng yang disebut-sebut oleh Bhok Gun itu? Bukankah kita sudah tahu bahwa pemuda Gu Hong Beng juga membawa tugas dari gurunya, pendekar sakti Suma Ciang Bun, untuk menyelidiki pembesar Hou Seng di kota raja! Siapakah Hou Seng ini dan mengapa dia begitu penting?

Dalam kehidupan kaisar Kian Liong, seperti juga kehidupan para kaisar-kaisar lainnya, terdapat banyak rahasia yang tidak dicatat dalam sejarah. Pada waktu itu, kekuasaan kaisar tak terbatas dan tentu saja yang dicatat dalam sejarah hanya kebaikan-kebaikan seorang kaisar saja. Keburukan-keburukannya selalu disembunyikan dan siapa berani membicarakan apa lagi mencatatnya, tentu akan dihukum mati, mungkin sekeluarganya agar rahasia busuk itu tidak sampai bocor keluar. Karena itu, di dalam sejarah, Kaisar Kian Liong hanya dikenal sebagai seorang kaisar yang amat bijaksana dan baik, dan memang telah banyak jasanya untuk kemajuan pemerintah Ceng-tiauw atau pemerintah Mancu.

Akan tetapi di balik semua itu, sebagai seorang manusia biasa, tentu saja ia memiliki kelemahan-kelemahan. Dan satu di antara kelemahannya adalah bahwa kaisar seorang yang tidak membatasi dirinya dalam kesenangan memuaskan nafsu birahinya. Banyak sudah dia terlibat dalam hubungan jinah dengan wanita-wanita yang bukan isteri atau selirnya. Dan wanita-wanita itu biar pun isteri pembesar dalam istana atau siapa saja, agaknya dengan senang hati akan melayani kaisar yang merupakan orang yang paling berkuasa itu, di samping bahwa memang Kaisar Kian Liong seorang pria yang menarik.

Akan tetapi, setelah kini kaisar itu berusia kurang lebih setengah abad, terjadi suatu keanehan pada dirinya. Keanehan ini memang pada waktu itu banyak hinggap pada para pembesar-pembesar tinggi, yaitu kegemaran akan wanita-wanita muda yang cantik jelita beralih kepada kegemaran mempunyai pelayan-pelayan pria muda yang tampan. Kegemaran tidur dikawani seorang wanita muda berubah menjadi kegemaran tidur ditemani seorang pemuda tampan!

Ketika pada suatu hari Kaisar Kian Liong sedang naik joli untuk pergi ke bagian lain dari istananya yang amat luas itu, untuk mengunjungi sebuah taman bunga mawar yang sedang berkembang dengan indah, tanpa disengaja pandang matanya bertemu dengan seorang pemuda yang tampan dan ketika pandang mata kaisar melihat wajah pemuda ini dari samping, hampir saja kaisar ini berseru kaget. Wajah itu mirip sekali dengan wanita yang pernah membuatnya tergila-gila!

Terkenanglah Kaisar Kian Liong akan peristiwa itu, peristiwa yang terjadi ketika dirinya masih menjadi pangeran, menjadi putera mahkota yang disanjung dan dimanja. Ketika itu dia masih amat muda, baru delapan belas tahun usianya dan semuda itu dia sudah memiliki banyak pengalaman dengan wanita. Dan seperti biasa, kalau orang menuruti nafsu, maka nafsu akan memperhambanya. Makin dituruti nafsu, makin hauslah dia!

Pada waktu itu, ayahnya, kaisar tua, baru saja memperoleh seorang selir dari daerah barat, seorang gadis yang amat cantik. Melihat selir ayahnya ini, hati Pangeran Kian Liong tergila-gila dan dia pun menggunakan segala usaha untuk dapat memetik bunga harum yang telah disimpan ayahnya itu.

Akan tetapi, sungguh tak pernah disangkanya bahwa selir muda itu ternyata amat setia kepada kaisar yang tua, dan biar pun pada waktu itu Pangeran Mahkota Kian Liong terkenal sebagai seorang pemuda yang penuh gairah dan tampan, segala bujuk rayu pangeran itu ditolaknya mentah-mentah! Hal ini lalu membuat hati Kian Liong penasaran bukan main.

Pada suatu malam, dia berhasil memasuki kamar selir ini selagi ayahnya menggilir selir lain. Kembali dia membujuk, merayu dan bahkan hendak mempergunakan kekerasan terhadap diri selir itu. Akan tetapi sang selir tetap menolak dan ketika hendak diperkosa, ia menjerit-jerit! Tentu saja hal ini menimbulkan aib. Pada saat itu, ibunda permaisuri lalu mengambil tindakan. Urusan dibalik, dan selir itu yang dituduh hendak menggoda sang pangeran mahkota, maka akhirnya selir itu pun dipaksa harus membunuh diri dengan menggantung diri!

Demikianlah kekuasaan keluarga kaisar di waktu itu. Bagi keluarga kaisar, tidak ada kesalahan! Kesalahan tidak terdapat dalam kamus keluarga kerajaan. Segala yang dilakukan adalah benar, maka yang bersalah tentu saja si selir, yang hanya merupakan keluarga sampingan atau pendatang dari luar!

Akan tetapi, wajah selir itu tak pernah dapat dilupakan Kian Liong. Dia merasa menyesal sekali tidak dapat memiliki wanita itu. Makin dibayangkan, semakin penasaran hatinya. Belum pernah dia ditolak oleh seorang wanita sebelum itu, dan satu-satunya wanita yang menolaknya itu tentu saja mendatangkan kesan yang amat mendalam di hatinya.

Demikianlah, ketika dia berusia hampir setengah abad, melihat wajah seorang pemikul joli itu demikian mirip dengan wanita yang pernah digilainya, hatinya tergerak. Apa lagi pada saat dia mendengar keterangan bahwa Hou Seng, demikian nama pemikul tandu berusia hampir tiga puluh tahun itu, dilahirkan pada hari yang sama dengan kematian wanita yang dipaksa menggantung diri, yakinlah hati Kaisar Kian Liong bahwa Hou Seng adalah penjelmaan kembali dari selir ayahnya yang digilainya itu!

Mungkin terdorong oleh kepercayaan ini, atau memang dia sudah bosan dengan wanita-wanita muda, maka mulai hari itu, Hou Seng menjadi pelayan dalam yang tidak dikebiri! Menjadi pelayan pribadi kaisar dan menemani kaisar itu dalam kamar tidurnya! Dan mulailah bintang Hou Seng naik dengan gemilang.

Apa lagi dia memang orang yang cerdik sekali. Begitu dia memperoleh perhatian kaisar, tiap ada waktu senggang dia pergunakan untuk memperdalam pengetahuannya tentang ilmu baca tulis, tentang sastera, tentang ketatanegaraan sehingga dia terus menanjak menjadi pejabat tinggi dalam istana. Bahkan akhir-akhir ini ramai diperbincangkan orang di kalangan istana bahwa pembesar Hou Seng ini dicalonkan untuk menjadi perdana menteri, menggantikan perdana menteri tua yang akan mengundurkan diri.

Setiap hasil baik yang dicapai seseorang biasanya memancing datangnya rasa iri hati dari orang lain, terutama kalau orang lain itu berkecimpung di dalam bidang pekerjaan yang sama. Apa lagi kalau hasil baik itu didapatkan dengan cara yang dianggap tidak wajar.

Demikian pula dengan Hou Seng. Banyak rekannya para pembesar, para pamong praja dan para mentri, bahkan panglima, merasa iri hati dan banyak yang membencinya. Seperti biasa pada jaman itu pria yang dijadikan selir rahasia atau teman tidur seorang pria lain, dinamakan Kelinci, julukan untuk seorang seperti Hou Seng. Dia pun diam-diam dimaki orang dengan julukan Kelinci Istana!

Hou Seng bukan tidak maklum bahwa dirinya dibenci banyak orang. Bahkan ada pula yang mengancam untuk membunuhnya kalau ada kesempatan. Oleh karena ini, Hou Seng semakin merapatkan diri dengan kaisar untuk memperoleh perlindungan. Selain itu, dia pun mulai menyusun kekuatannya sendiri agar selain dapat melindungi dirinya, juga dapat membalas, bahkan kalau mungkin menghancurkan dan membasmi musuh-musuhnya!

Sebagai seorang pembesar sipil, tentu saja dia tidak bisa memperoleh perlindungan pasukan bala tentara, kecuali sepasukan kecil pengawal saja. Oleh karena itulah maka dia mulai mengadakan hubungan ke luar istana. Tentu saja yang dapat dikaitnya adalah tukang-tukang pukul, penjahat-penjahat dan ahli-ahli silat yang ingin memperoleh uang banyak dari keahliannya itu.

Akhirnya dia berkenalan dengan Bhok Gun dan gurunya yang melihat kesempatan baik untuk mengangkat diri mereka dengan harapan kelak akan memperoleh kedudukan tinggi melalui kekuasaan Hou Seng. Dan karena guru dan murid ini memang memiliki kepandaian tinggi, segera mereka memperoleh kepercayaan Hou Seng.

Apa lagi ketika Bhok Gun dan gurunya telah membuat jasa besar dengan melakukan pembunuhan secara rahasia terhadap beberapa orang pembesar tinggi yang menjadi musuh-musuh utama dari Hou Seng. Tak kurang dari tujuh orang pembesar musuhnya kedapatan mati dalam kamar masing-masing tanpa ada yang tahu siapa pembunuhnya.

Tentu saja Hou Seng tahu karena dialah yang mengutus Bhok Gun dan gurunya untuk melakukan pembunuhan-pembunuhan itu. Semenjak ini, guru dan murid ini diangkat menjadi pembantu pribadi yang utama dan mereka diserahi tugas untuk mengumpulkan dan mempengaruhi para tokoh di dunia hitam agar mereka suka mendukung Hou Seng dan kalau sewaktu-waktu tenaga mereka dibutuhkan agar siap siaga!

Demikianlah keadaan sebenarnya dari kehidupan Kaisar Kian Liong yang dirahasiakan dan tidak terdapat dalam sejarah. Di dalam sejarah hanya disebutkan nama Hou Seng sebagai seorang pembesar atau menteri korup yang kelak setelah Kaisar Kian Liong meninggal dunia dan Kaisar Chai Ceng menjadi kaisar, atas tuntutan lebih dari enam puluh orang pejabat tinggi, Hou Seng ditangkap dan diadili, lalu dijatuhi hukuman mati dengan jalan diijinkan menggantung diri, tidak dipenggal kepalanya mengingat betapa orang ini pernah melayani mendiang Kaisar Kian Liong. Hebatnya, kemudian diketahui bahwa harta kekayaan yang disimpan oleh Hou Seng bahkan melampaui jumlah harta kekayaan istana sendiri. Busyet.....

SULING NAGA (seri ke 12 Bu Kek Siansu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang