Jilid 36/55

1K 9 0
                                    

Kini dia tidak berani memandang rendah lagi dan tanpa banyak cakap, dia memutar tongkatnya dan menerjang ke depan. Tongkat itu berubah menjadi gulungan sinar hitam yang amat kuat. Melihat gerakan tongkat ini, Siu Kwi terkejut juga. Kiranya tongkat itu merupakan senjata pengganti pedang dan permainan pedang lawannya amat lihai.

Diam-diam ia merasa amat menyesal mengapa ia tidak membawa pedang. Semenjak ia bertemu dengan Yo Jin, ia telah menyembunyikan pedangnya dan mengubur senjata itu di dalam hutan tak jauh dari dusun tempat tinggal Yo Jin. Akan tetapi Siu Kwi tidak takut. Ia mengandalkan kelincahan gerakannya dan juga kekebalan yang disalurkan di kedua lengannya untuk menghadapi tongkat lawan dengan tangan kosong. Ia masih tetap memainkan Hek-wan Sip-pat-ciang, ilmu simpanan mendiang Raja Iblis Hitam yang membuat lengannya dapat memanjang.

Akan tetapi ilmu tongkat tosu Pat-kwa-kauw itu benar-benar ampuh dan gulungan sinar hitam itu tidak dapat ditembus Hek-wan Sip-pat-ciang. Wanita yang mempunyai banyak macam ilmu silat itu lalu merubah-rubah gerakannya dan mainkan berbagai ilmu yang dipelajarinya dari mendiang Sam Kwi. Tadi ia sudah mempergunakan ilmu tendangan Pat-hong-twi yang ampuh, mainkan ilmu silat Hun-kin-tok-ciang yang sangat berbahaya, bahkan menggunakan Kiam-ciang (Tangan Pedang). Namun, lawannya memang hebat.

Ok Cin Cu adalah seorang di antara tokoh-tokoh besar Pat-kwa-kauw yang sudah memiliki tingkat kepandaian tinggi. Bukan hanya ilmu silatnya yang sudah mencapai tingkat tinggi, juga kakek ini memiliki tenaga yang kuat. Kalau saja Siu Kwi tidak memiliki ilmu kebal Kulit Baja yang diwarisi dari mendiang Iblis Akhirat, tentu ia sudah roboh karena sudah tiga kali tongkat ular hitam itu berhasil mengenai tubuhnya.

Kini dua orang tosu itu benar-benar kagum dan juga penasaran. Hanya karena mereka merasa bahwa kedudukan mereka sudah tinggi yang mencegah mereka melakukan pengeroyokan. Walau pun kadang-kadang merasa kewalahan, Ok Cin Cu merasa malu untuk minta bantuan kawannya, sedangkan Thian Kek Sengjin juga merasa sungkan untuk turun tangan mengeroyok. Di situ terdapat banyak orang menonton dan apa akan kata dunia kang-ouw kalau mendengar bahwa mereka berdua mengeroyok seorang wanita muda?

"Takkk...!"

Untuk ke empat kalinya, ujung tongkat ular hitam itu menotok dan mengenai lambung Siu Kwi, namun wanita itu hanya terhuyung mundur sedikit dan kini Siu Kwi yang juga merasa penasaran mengeluarkan suara melengking tinggi dan tubuhnya seperti lenyap menjadi bayangan yang bergerak cepat sekali. Dan angin kuat menyambar-nyambar ganas dibarengi suara bercuitan ketika ia maju menyerang! Ok Cin Cu terkejut bukan main sehingga dia terdesak mundur sampai lima langkah!

"Tahan...!" terdengar bentakan Thian Kek Sengjin.

Tongkat tosu ini meluncur melintang ke depan dan menghadang Siu Kwi yang terpaksa menghentikan gerakan serangannya.

"Nona, aku mengenal ilmu-ilmumu. Masih ada hubungan apakah antara engkau dengan Sam Kwi?" tanya kakek dari Pek-lian-kauw itu.

Siu Kwi tidak ingin memperkenalkan guru-gurunya, tetapi karena lawan sudah mengenal ilmu silatnya, maka dia pun menjawab dengan ketus, "Mereka adalah guru-guruku dan seingatku, baik Sam Kwi mau pun aku sendiri, tidak pernah sekali pun bentrok dengan pihak Pat-kwa-kauw dan Pek-lian-kauw!"

"Siancai...! Kalau begitu engkau tentu yang berjuluk Bi-kwi!" kakek Pek-lian-kauw itu berseru lagi sambil memandang dengan penuh selidik.

Siu Kwi menarik napas panjang. Nama julukan Bi-kwi telah begitu tersohor dan kotor, bahkan jauh lebih terkenal dari orangnya sendiri. Buktinya, tosu Pek-lian-kauw ini tidak mengenal dirinya, akan tetapi telah mengenal nama julukannya. Dan ia sendiri sudah mengambil keputusan untuk membuang nama julukan itu jauh-jauh, tidak akan pernah memakainya lagi. Akan tetapi kini ia diingatkan bahwa nama julukannya adalah Bi-kwi!

"Nama itu pernah kupakai, sekarang tidak lagi!" jawabnya dengan suara dingin.

"Bagus! Kiranya di antara para antek-antek Hou Seng masih ada juga yang berkeliaran di sini!" berkata demikian, Thian Kek Sengjin sudah menerjang maju lagi dengan tongkat panjangnya yang berbentuk naga hitam. Gerakannya nampak lambat, akan tetapi terasa mendatangkan angin pukulan yang keras dan didahului oleh suara berdesir.

Siu Kwi cepat mengelak, akan tetapi dari samping, Ok Cin Cu menyambutnya dengan tongkat ular hitamnya Wanita ini meloncat dan menghadapi dua orang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi itu, ia lalu memainkan ilmu silatnya yang paling baru, yaitu Sam Kwi Cap-sha-kun!

Ilmu silat ini memang ciptaan Sam Kwi yang paling hebat, diciptakan bersama dengan bersumber dari semua ilmu silat mereka yang pilihan, digabungkan menjadi satu. Dalam ilmu silat ini terkandung gerakan pukulan ilmu silat Hek-wan Sip-pat-ciang, tendangan Pat-hong-twi dan ilmu silat Hun-kin Tok-ciang, juga terkandung Kiam-ciang yang ampuh.

Dua orang tosu itu terkejut menghadapi ilmu silat ini yang memang dahsyat sekali dan beberapa kali mereka sampai terdesak mundur. Namun, mereka adalah orang-orang yang selain memiliki ilmu silat tinggi, juga banyak pengalaman dalam perkelahian, maka dengan berpencar, kedua tosu itu lalu mengurung dan gerakan tongkat mereka dapat membendung kedahsyatan Sam-kwi Cap-sha-kun.

Apa lagi pada waktu Thian Kek Sengjin mulai mengeluarkan bentakan-bentakan dengan suaranya yang parau dan penuh wibawa, mengandung tenaga sakti ilmu hitam dan ilmu sihir, maka beberapa kali Siu Kwi merasa jantungnya terguncang. Oleh karena suara ini gerakannya menjadi kurang sempurna sehingga beberapa kali hampir saja ia menjadi korban hantaman tongkat.

Siu Kwi mulai terdesak. Setelah lewat lima puluh jurus, tiba-tiba tongkat hitam di tangan tokoh Pek-lian-kauw itu berhasil menghantam pundak kirinya.

"Bukkk...!"

Biar pun tubuh Siu Kwi sudah terlindung ilmu kekebalan, tetap saja ia terpelanting dan hampir terbanting roboh kalau saja ia tidak cepat-cepat membuat gerakan jungkir balik beberapa kali. Siu Kwi menggigit bibir menahan rasa nyeri. Biar pun dia tidak terluka, namun kerasnya pukulan itu seolah-olah merontokkan isi dadanya!

Dan kedua orang kakek itu masih menerjang terus tanpa mengenal ampun. Siu Kwi berusaha mengelak, namun sebuah tusukan dengan tongkat ular hitam dari Ok Cin Cu yang menyambar dadanya ketika ia mengelak, masih saja menyerempet pangkal lengan kanannya sehingga kulit dan sedikit dagingnya robek dan mengucurkan darah!

Maklumlah Siu Kwi bahwa kalau dilanjutkan, akhirnya dia akan tewas di tangan dua orang kakek sakti ini. Dan kalau dia mati, berarti Yo Jin tidak akan ada yang menolong lagi. Maka, tiba-tiba saja dia melempar tubuh ke atas tanah, bergulingan dan ketika dua orang kakek itu mengejarnya, Siu Kwi menggerakkan kedua tangannya.

Sinar hitam menyambar ke arah muka kedua orang lawannya. Yang disambitkannya itu hanyalah pasir dan tanah, namun tidak boleh dipandang rendah karena yang diserang adalah muka dan sambitan itu didorong oleh tenaga sinkang yang amat kuat sehingga jangankan sampai mengenai mata, sedangkan baru mengenai kulit muka saja sudah dapat mengakibatkan luka-luka.

Dua orang kakek itu terkejut dan cepat-cepat memutar tongkat sambil berlompatan ke beiakang. Kesempatan ini digunakan oleh Siu Kwi untuk melompat jauh dan melarikan diri. Cuaca sudah mulai remang-remang gelap sehingga ia dapat menyelinap hilang di dalam bayangan rumah-rumah dan pohon-pohon. Dua orang kakek itu pun tidak berniat melakukan pengejaran.....

SULING NAGA (seri ke 12 Bu Kek Siansu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang