6. Arem Ana

23 1 0
                                    


Ana sedikit bingung dengan cara memanggil orang baru di depannya ini. Pasalnya, Ana baru saja menerima kartu nama namun, ia tak ingin menyebut dengan cara salah. Simpel saja sebenarnya, Ana hanya tak bisa membedakan apakah ia akan memanggil nama "Era" dengan huruf E sebagai emas atau elok.

"Era?" kata Ana dengan huruf E dibaca elok.

Orang baru yang juga sebagai calon rekan bisnis Ana hanya tersenyum simpul. Nampaknya wanita yang umur tak begitu jauh dengan Ana ini menyadari kebingungan lawan bicara.

"Era, huruf E untuk namaku seperti E di kata emas," jelas Era.

"Ow.. Era, senang berjumpa denganmu. Aku memastikan karena tak ingin obrolan kita satu jam ke depan diselimuti dengan cara panggilku yang salah," ucap Ana dengan lesung pipi di sebelah kiri.

Era sang calon rekna bisnis mengangguk dan tetap terseyum simpul. Dunia Ana memang ada di kafe dengan nuansa klasik ini, tapi pikirannya sempat berlari ke masa lalu. Ia pernah mengalami kejadian serupa seperti sekarang beberapa bulan yang lalu.

Ketika Ana bertemu dengan laki-laki yang membuatnya kalah, karena memiliki dua lesung pipi kiri dan kanan. Kenapa? Karena bagi Ana, pria dengan satu lesung pipi itu sudah manis. Kalau punya dua-duanya, itu akan terlalu manis dan membuat rasa sukanya terus bertambah.

Saat itu, laki-laki yang memiliki dua lesung pipi tersebut juga berstatus sebagai calon rekan bisnis Ana. Seperti biasa, tugas dari bos untuk menemui klien karena atasannya menyukai cara kerja Ana. Sebenarnya ada alasan kenapa ia yang kerap ditugaskan. Salah satunya, Ana memiliki garis wajah yang mudah memikat lawan jenis.

"Tuan Arem, aku akan menjelaskan bagaimana proposal yang ingin kujelaskan pada anda," kata Ana saat itu.

"Tunggu dulu nona Ana. Kita sepakat untuk membicarakan bisnis ini selama satu jam ke depan. Bukan apa-apa, tapi aku sedikit risih ketika lawan bicaraku salah menyebut namaku," timpal Arem.

"Apakah ada yang salah?" tanya Ana.

"Ya, aku akan menjelaskan dulu. Aku Arem, pakai huruf E kata elok bukan emas," jelas Arem.

"Ow begitu. Maafkan aku, tuan Arem?"

"Cantik," kata Arem sambil menjentikan tangan kiri di udara. Ana cukup terkesima satu detik dengan lontarakan barusan, namun ia segera membuang pikiran tersebut dan menganggapnya sebagai kalimat pujian.

"Jadi proposal apa yang ditawarkan oleh perusahaanmu?" sambung Arem. Benar bukan? Laki-laki di depannya ini hanya reflek mengucapkan pujian karena ia benar memanggil namanya. Akan semakin aneh jika kata yang Ana dengar adalah tampan. Eh?

Sementara itu, pertemuan Ana dengan Era diakhiri jabat tangan disertai tawa ringan dari kedua perempuan tersebut. Era nampak tertarik ketika Ana menjelaskan mengenai proyek yang ditawarkan dari perusahannya. 100 persen Ana yakin kalau perusahaan Era bakal menandatangani proposal darinya dalam waktu dekat ini.

"Aku akan segera menghubungimu Ana. Kalau begitu, aku duluan," pamit Era. Ana membalas dengan anggukan dan tersenyum.

"Aku tunggu kabar darimu," sahut Ana.

Kini, hanya menyisakan Ana dengan deretan map yang belum ia rapikan. Jika dengan kliennya bernama Era itu, Ana akan langsung sendiri usai obrolan satu jam selesai. Betul-betul satu jam, dunia bisnis begitu pelit soal waktu. Jangan lupakan slogan waktu adalah uang.

Namun lagi-lagi pikiran Ana kembali mengingat masa lalu. Lanjut mengenai obrolan satu jamnya dengan Arem. Perjanjian awal memang satu jam usai Arem menjelaskan bagaimana namanya dipanggil.

USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang