9. Sina Namjun

6 1 0
                                    

Pada ruang kerja yang berukuran 2,5x3,5 meter itu, hanya ada meja berwarna cokelat selebar 30x35 sentimeter, juga kursi dengan warna senada. Tembok di depan meja tersebut berisi tempelan kertas sebagai pengingat akan tugas yang harus segera ia selesaikan.

Sungguh melelahkan. Setelah bekerja sembilan jam, kemudian ia masih harus lanjut di rumah. Ada pekerjaan lain. Namun dua pekerjaan itu sama-sama harus di depan layar komputer.

Sina melipat kakinya ke atas kursi. Tangannya menggantung ke sisi kanan dan kiri. Punggungnya bersandar dan kepalanya menengadah ke atas. Matanya terpejam seolah ingin mengikuti egonya untuk tidur. Tapi pekerjaanya belum selesai.

"Sebelahmu ada ranjang," celetuk sebuah suara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebelahmu ada ranjang," celetuk sebuah suara. Sina kenal pemiliknya siapa.

"Aku hanya sedang beristirahat."

"Kalau ditotal, kau berada di layar komputer 12 jam dalam sehari. Tidak lelah?"

"Pertanyaan apa itu? Kau harusnya sudah tahu jawabannya." Sina masih memejamkan matanya.

"Mau kuberi energi?"

"Bagaimana?" Penasaran, Sina membuka matanya dan mendapati si pemilik suara itu berdiri tepat berada di belakangnya. Mata mereka saling bertatap.

Spontan Sina menutup matanya ketika ciuman jatuh ke sepasang netra. Ia terkekeh.

"Tidak ada bonus?" tanya Sina.

"Mau dimana?"

"Pendaratan favoritmu mungkin." Sina terkekeh kemudian.

"Oke." Namjun, nama si pemilik suara itu mengabulkan permintaan wanitanya.

End.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang