Aku memiliki kebiasaan yang menurut orang-orang mungkin itu jarang dilakukan. Maksudku, kebiasaan ini mungkin sedikit membuang waktu, tapi bagiku, hal ini justru membuatku lebih mengenal diri sendiri.
Sudah kutekuni hampir sepuluh tahun dan hanya membutuhkan buku kecil dan bolpoin. Setiap bangun tidur, aku meluangkan waktu lima menit untuk merenung. Aku menulis tiga hal yang ingin kucapai di hari itu. Kemudian, lima menit sebelum tidur, aku akan merenung apa saja yang sudah kucapai dan belum. Hal itu akan membuatku untuk berpikir dan memperbaiki kesalahan yang mungkin saja tidak kusadari.
Namun, aku telah kehilangan buku kesepuluhku itu. Baru saja aku menulisnya setengah halaman dan aku sudah menghilangkannya entah dimana.
Ada perasaan kecewa dan sedih tentunya. Bagaimana jika buku itu ditemukan oleh seseorang dan dibaca? Sungguh aku akan malu setengah mati.
Kuharap jika pun buku itu ditemukan oleh seseorang, aku tidak mengenal orang itu. Lantas, aku memilih buku baru. Menulisnya lagi kebiasaanku yang dimulai pertengahan tahun. Jika kupikir-pikir, aku merasa bangga dengan diriku sendiri.
Tiga bulan sejak buku kesepuluhku hilang, saat ini buku yang kuanggap urutan kesebelas telah memenuhi hampir setengah halaman.
Pembukaanku terlalu lama? Ah, sebenarnya, aku bukanlah gadis yang istimewa di kalangan orang asing. Tapi tidak dengan keluargaku. Aku merasa sangat disayang dan tumbuh di keluarga yang hangat. Meski pun aku harus berpisah untuk mencari pekerjaan di luar kota. Tidak apa-apa, aku sebenarnya menyukai hal baru. Tapi tidak untuk itu.
Aku menyukai hal baru, tapi tidak untuk sebuah urusan perasaan dengan lawan jenis. Kutegaskan di awal, aku bukan penyuka sesama jenis. Hanya saja, aku kelewat begitu gugup. Bersyukur karena tempat kerjaku semua perempuan dan hanya ada satu laki-laki yakni office boy.
Kegugupanku itu, merupakan hal yang ingin kutakhlukan. Setiap hari, aku selalu menulisnya di antara dua hal yang ingin kulakukan.
Sudah-sudah, aku baik-baik saja. Lagi pula, usiaku masih muda. Akan ada kesempatan untukku untuk merasakan yang namanya jatuh cinta. Jika aku memiliki umur panjang, tujuh tahun lagi aku akan berkepala tiga.
Namun, aku yang ada di apartemenku, berbeda dengan diriku ketika di luar. Anggaplah aku, seorang ambivert. Kegugupanku pada laki-laki, hanya berbatas jika aku tidak memiliki sesuatu yang menyentuh hatiku. Selepas aku tidak merasakan deguban lain, aku akan bersikap normal. Bahkan menatap mata mereka.
"Aku duluan," pamitku pada rekan sebelahku. Ia mengangguk sambil tersenyum ke arahku. Akhir pekan, aku hanya bekerja setengah hari dan hal itu akan kumanfaatkan untuk mampir sebentar di cafe yang bernama "Magic Shop".
Aku suka cafe itu. Bagaimana aku menggambarkannya? Mereka memiliki suasana tenang, tidak diperuntukan untuk anak SMA yang memiliki sikap suheri alias suka heboh sendiri. Sisi kanan cafe itu dihubungkan dengan pintu, yang jika kamu masuk akan bertemu denga rak buku novel dan komik. Sementara sisi kiri untuk mereka yang suka pencahayaan alami dengan kaca besar yang bisa melihat orang berlalu lalang.
Lalu dimana favoritku? Aku suka sisi tengah. Mereka mendekorasinya dengan cahaya bohlam lampu namun tidak menunjukan kesan pengap. Lantas tempat duduk favoritku adalah, pojok dekat dengan suara gemericik air dari aquarium. Dimana saat ini, seseorang telah menempatinya. Laki-laki berkumis tipis, ia sekarang tengah menatapku atau mungkin sudah sejak tadi saat aku memesan pesanan?
Aku lebih dulu memutuskan pertemuan netra kami yang hanya sekitar empat detik. Jika tempatku sudah diisi orang, tidak menjadi masalah juga sebenarnya. Bukan berarti aku mengklaim meja pojok sebagai meja khusus untukku, hanya saja pegawai di sini sudah hafal denganku.
![](https://img.wattpad.com/cover/144106120-288-k835428.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
US
ContoUS Cerita pendek dari berbagai pemeran dalam kisah romantis Kamu bisa menemukan kisah romantismu disini. Karena ini tentang US