Dyandra POV
Flashback on
Duh mati gue... rutukku dalam hati. Aku berlari tergopoh-gopoh sambil sesekali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Berharap-harap cemas semoga pak Kosim, satpam sekolah belum menutup gerbang penghakiman.
Pasalnya saat ini jam sudah menunjukkan pukul 07.10, padahal aku sudah berinisiatif bangun lebih pagi agar bisa terhindar dari tongkat sialan bu Cinthia.
Namun apa mau dikata, dengan senyum tengilnya Pak Kosim sudah berdiri menyilangkan kedua-tangannya seakan mengolok-olok kami para siswa telat-dan.
Gerbang tersebut tertutup rapat tanpa celah.
Dengan napas tersengal dan keringat yang bercucuran, aku tak kehabisan akal untuk mencari cara lain. Tak semudah itu aku merelakan betis berhargaku untuk menjadi santapan rotan terkutuk itu.
Dengan gerakan santai aku melangkah mundur dibalik kerumunan siswa berharap tak ada yang curiga dengan pergerakanku.
Dengan langkah waspada aku menyelinap menuju tembok pembatas sekolah disamping pos jaga satpam yang ditinggal sang empunya.
Dengan pandangan awas, buru-buru kusingkap rok abu-abu yang berlapis dengan training selutut yang sengaja ku kenakan agar memudahkanku berlari.
Saat hendak memanjat tembok kokoh semampai, tepukan tangan seseorang membuatku terperanjat hingga membuat tubuhku limbung dan...
Bruuk! tubuhku menimpa badan si pemilik tangan tadi.
Kami berdua jatuh menimpa aspal trotoar, alhasil tubuhku lecet dihiasi goresan sana sini membuatku meringis menahan perih.
Saat aku hendak mengumpat seraya menoleh kepadanya, aku semakin kesal tatkala melihat tampang watadosnya.
"Eitdahh... Elo ya! Ngagetin aja sih lo!" rutukku sambil bersungut-sungut sebal.
Si tertuduh hanya memasang seringaian sambil menggaruk-garuk tengkuknya "hehe...ga senagaja Dy, sorry..."
"Kebiasaan deh lo! Yaudah buru, ntar ketauan lagi" Ucapku ketus.
"Tapi lo ga papa kan?" Tanyanya khawatir seraya mengedarkan pandangannya keseluruh tubuhku.
"iya udah ga papa, buru ah!" jawabku tak sabar.
"ladies first" ucapnya seraya mempersilahkanku ala ballerino.
"Ck, banyak gaya lu!" decihku masih kesal kepadanya.
Dengan badan yang masih terasa ngilu dan perih, kulempar tasku terlebih dahulu sebelum akhirnya kupanjat tembok beton dihadapanku.
Diikuti Afkar, sahabat karibku sejak duduk di bangku kelas X. Dia salah satu siswa paling berprestasi di sekolah.
Iya berprestasi, dalam urusan cetak-mencetak skor pelanggaran kode etik sekolah.
Kian hari, ada saja ulahnya yang membuat skor prestasinya bertambah, dari hal terkecil seperti tak mengenakan dasi hingga berkelahi dengan teman sekelas yang berakhir dengan pemberian skors oleh guru BK.
Lalu aku? Aku hanya menjadi satu-satunya supporter setia yang mulai terseret perilaku buruknya. Seperti halnya saat ini.
Kalau saja semalam dia tidak mengajakku bertanding game online yang sedang booming akhir-akhir ini, pasti hal itu tidak akan merusak inisiatifku untuk bangun lebih pagi. Ck, Memang dasar si tokek bantet ini.
Kami berjalan mengendap-ngendap melalui sela-sela tembok dan semak belukar yang membuat kulitku terasa gatal. Setelah dirasa aman dan tak ada orang yang melihat, kami langsung berlari dengan kaki sedikit tertimpang.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Into You
RomansaCinta tak pernah salah menjatuhkan pilihannya. Hanya saja~ kadang ia terperangkap pada hati yang tak semestinya. Penyebabnya, bisa jadi karena berbagai pilihan yang dibuat sang empunya. Hingga dilema menjadi rasa yang tak semestinya ada.