10. Pain

38 3 0
                                    

Plak...

'Awww!' Dyandra memegangi pipi kirinya. Butiran bening lolos begitu saja dari mata sipitnya. Ia tak berdaya dihadapan sang ayah.

Bukan berarti ia tak mampu membalas perlakuan ayahnya. Jika mau, sudah sejak tadi ia berontak dan mendaratkan tendangan hasil latihan karate yang diikutinya di sekolah.

Namun ia sadar akan posisinya. Ia hanya seorang anak yang ingin berbakti pada orang tuanya, meski tak sepantasnya ia diperlakukan bak maling yang ketahuan mencuri.

"Ayah mendengar beberapa minggu terakhir kau tidak pernah lagi ke gereja. Benar begitu?"

Tubuh Dyandra bergetar. Ia menatap takut kearah sang ayah lantas kembali menunduk, bahkan mulutnya terkunci seakan ada lem yang merekat kuat di sela-sela bibirnya.

Air matanya jatuh membasahi kedua paha-nya. Jari-jari tangannya meremas kuat sisi bajunya.

"JAWABBB...!!!" Teriak Evan seraya menjambak rambut anaknya.

Tubuh Dyandra tertarik kebelakang.

Evan marah pada Dyandra setelah mendengar laporan dari anak buahnya bahwa Di tidak pernah lagi melakukan peribadatan ke gereja.

"KENAPA? SUDAH MERASA SUCI, IYAA!! Evan semakin geram. Terlebih tatkala melihat Dyandra tak kunjung membuka suara.

Plaaakk... Kali ke-lima tamparan yang Dyandra terima.

"TETAP TIDAK MAU JAWAB, HAHH?" Dyandra menangis dalam diam.

Pipinya memerah setelah menerima tamparan bertubi-tubi dari ayahnya.

Hati kecilnya bersuara 'Apa memang seperti ini Tuhan mentakdirkan hidupku?'

Hatinya perih. Bahkan jauh lebih perih dari tamparan di pipinya. Ia harus kuat, tak ada lagi yang bisa membantunya saat ini. Tidak Afkar, ataupun sang mama. Kali ini ia harus bertahan seorang diri.

'Kau kuat Dyandra! Kau kuat!' Batinnya meyakinkan.

"Baiklah kalau kau memang tak mau jawab. BODYGUARD!!"

Dua orang bertubuh kekar lantas masuk ke ruangan itu dengan pakaian serba hitam "YES BOSS!"

"Watch her! Make sure she goes to the church every week. If need punch and drag her forcefully"

Dengan sigap kedua bodyguard itu menunduk patuh.

***

Dyandra menatap kosong keluar jendela 'Mama apa kabar disana?' Batinnya.

Ia merindukan kasih sayang serta belaian hangat sang mama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia merindukan kasih sayang serta belaian hangat sang mama.

'Mama tadi melihatnya?' Dyandra tersenyum.

'Di tidak marah kok ma. Di hanya kecewa sama diri Di sendiri. Maafkan Di belum bisa membuat papa tersenyum.'

Matanya menatap langit senja keemasan 'Mama yang bahagia ya disana, Di janji Di akan buat papa tersenyum lagi'

I'm Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang