Jika monster itu berhasil mengambil tubuhku, apakah hal buruk akan terjadi?
Ah.. Sepertinya bukan hanya hal buruk yang akan terjadi. Ia pasti akan menyebabkan kekacauan dengan tubuhku itu.
Monster itu membuka mulutnya lebar-lebar, lidahnya yang mirip dengan ular menjulur keluar, lalu ia menampakkan gigi-gigi taringnya yang seperti gigi hiu.
Ah.. Aku menyusahkan saja ya..
Kaki itu mendarat dengan mulus diantara rahang monster, lalu saat sempurna menyentuhnya, sang pemilik kaki itu menendang dengan kuat sampai membuat makhluk itu terpental, seketika tangan yang mencengkram leher Hira lepas.
"Tinggal 2 menit lagi padahal." Miyuki berkacak pinggang lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "ah.. Maaf" ucap Hira. Reina berjalan ke hadapan sosok itu lalu menyejajarkan matanya dengan wajah monster itu, lalu tersenyum.
"Jika kau berani menyentuhnya lagi, aku akan membuatmu mati untuk kedua kalinya. " ucap Reina, dengan penuh senyuman. "Mengerti?" suaranya terdengar begitu mengintimidasi.
Sosok itu mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Bagus!" Mata Reina ikut tersenyum. "Nah, Hira, kau ga kenapa-napa kan?" Reina berbalik menghadap Hira dan Miyu. Hira mengangguk.
JLEB.
"ah... " Reina menatap bayangan hitam berujung tajam itu menusuk perutnya. "Mati aja udah itu mah." Miyu tertawa.
"Yah~ Padahal aku ga berniat membunuh 2 monster hari ini~" Reina tertawa.
Untuk beberapa saat, Hira sempat berpikir bahwa Reina kurang waras.
Tapi ia tersadar bahwa kenyataannya memang begitu.Reina melakukan spin kick ke kepala makhluk itu, membuat ia jatuh ke lantai. Reina menginjak kepalanya dengan keras, tanpa memedulikan tangan makhluk itu yang masih menancap di perutnya. "O~ya~su~mi~na~sai~!" Ucapnya dengan suara imut yang begitu bahagia.
Lalu...
Hira tidak tahu apa yang terjadi karena Miyuki menutup matanya, yang pasti ia hanya mendengar sesuatu pecah.
"Jadi besok gimana? " tanya Reina. Hira membuka matanya perlahan-lahan, menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk ke matanya. "Ah.." Hira mengedipkan matanya beberapa kali. "Gerhananya sudah selesai?" tanya Hira. Miyu mengangguk.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Reina. "....dingin.. " jawab Hira lirih. Ia berkeringat dan jantungnya masih berdebar-debar. "Tubuhmu tiduran di atas lantai yang ditutupi salju, bagaimana ga dingin?" Miyuki tertawa. "Oh iya.. Aku tertidur disini sekitar 30 menit ya," Hira menatap kedua tangannya yang berwarna pucat.
"Sebenarnya itu hanya sekitar 2 menit di dimensi ini." celetuk Reina. Hira terdiam sesaat lalu mengangguk, "ah aku mengerti. "
"Iya, jika gerhana terjadi, dimensi dunia ini bersanding dengan dimensi lain, maka dari itu mereka muncul." jelas Reina. "Hoo.. " Hira mengangguk-angguk. "Kau bilang jika mereka menyentuhku mereka akan merasukiku?"
"ah.. Itu.. Ntahlah.." Reina tertawa. "Kami sih bisa merasukimu hanya dengan menyentuhmu."
"Mereka perlu memakanmu sepertinya. " ucap Miyuki. Hira menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ternyata.. Tadi itu nyaris ya?
"Omong-omong rumahku dan Reina itu berlawanan arah, dan jaraknya cukup jauh. Ga apa apa?" ucap Miyuki, sambil memainkan untunan rambutnya oleh tangan kirinya. "Ga apa, aku bisa pake sepeda. " jawab Hira. "Ah aku terharu," Reina tertawa sambil menutupi mukanya dengan kedua tangannya.
Setelah mereka berdiskusi cukup lama tentang rencana esok, ternyata rumah Reina searah dengan rumah Hira.
"Eh, bel masuk kelas." Miyuki menoleh ke arah gedung sekolah. "Oh, ya sudah aku balik dulu ke kelas, sampai nanti." Hira berdiri lalu meninggalkan dua sosok hantu itu, tanpa menoleh."Dia ga shock gitu ya, padahal aku aja takut banget waktu ngeliat mereka," Miyuki menoleh ke Reina. "Gatau dah, datar banget dia mah." Reina mengangguk-angguk sambil sedikit memanyunkan bibirnya. "..tapi tadi rame banget anjir HAHAHAHAH" Reina mendadak tertawa dengan kencang. "Iya da kamu mah tidak memberi ampun, ampe dipecahin gitu kepalanya. " Miyuki mengangkat tangan kanannya ke dahinya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Rambut untun merah mudanya ikut berayun.
"Dia yang minta sih." Reina tersenyum lebar, sampai kedua matanya tertutup.
Hira sedang berjalan menuju kelasnya, beberapa murid juga sedang lalu-lalang di koridor sekolah. Selang beberapa waktu, murid-murid itu menghilang menuju kelasnya masing-masing atau kabur menuju kantin. Disaat koridor menjadi sepi, Hirasaki hanya dapat mendengar suara langkahnya sendiri sampai tiba-tiba suara seseorang mengagetkannya.
"Kau bisa melihat mereka, berarti kau bisa melihatku?"
Itu suara Sora. Hira mencoba mengabaikannya sembari mempercepat langkah menuju kelas 10-7.
"Hei!" Sora tampaknya mengikuti Hira. Tinggal sedikit lagi sampai kelas, Hira pun akhirnya mulai sedikit berlari. Tapi saat ia akan meraih kenop pintu kelas 10-7, Sora berdiri di hadapannya. "Dengarkan aku dulu-"
Hira membuka pintunya, hampir semua murid menoleh ke arahnya. Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Hira melangkah masuk, mengabaikan Sora yang berdiri di sana.Hira duduk di kursinya lalu mengeluarkan buku tulis pelajaran selanjutnya, dan Sora masih berdiri di belakangnya.
Jika kau muncul di hadapanku, Reina akan dapat melihatmu, pikir Hira.
"Aku mendengar percakapan kalian. Aku juga ingin bertemu dengan keluargaku. " ucap Sora dengan suara lirih. Suara yang belum pernah Sora tunjukkan selama menjabat jadi ketua angkatan dan ketua kelas 10-4.
"Kumohon." Sora berjalan mengitari bangku Hira, lalu berhenti di hadapannya. Hira menghela nafas lalu menutup mata.
"Apa yang kau lakukan disini?" suara Reina terdengar. "Ck," Hira dapat membayangkan bagaimana Sora memutar matanya karena merasa kesal. "Keluar dari sini, sekarang." desis Reina. "Kenapa aku harus mematuhimu?" Suara Sora terdengar semakin kasar.
Cukup sampai disitu, pikir Hira.
Hira membuka matanya, lalu menatap Reina dan Sora. Ia mengambil pensil dari tempat pensilnya, membuka buku tulisnya di halaman paling belakang, lalu menuliskan sesuatu disana. Kedua hantu itu menatap Hira dengan tatapan bingung.
'Bicarakan nanti setelah pulang sekolah, sebentar lagi guruku datang.'
Setelah Hira menulis itu, mereka membacanya, lalu pergi tanpa berbicara apa-apa.
'Maaf :(', kata itu tertulis di jendela sebelah Hira.
KAMU SEDANG MEMBACA
See
RandomSetelah kecelakaan itu, Hirasaki bisa melihat apa yang tidak terlihat.