13.sudah berubah

27 4 0
                                    

Kini, Alena dkk sudah berada di kantin. Mereka sedang bercanda gurau tanpa memperdulikan tatapan aneh para siswa yang berada di kantin. Yang justru saja tatapan itu untuk Alena!.

Alena bisa dibilang berubah 180° dia benar benar jadi seorang mudah senyum, walaupun masih ada galak galaknya.

"Len, btw ko lu bisa nurut gitu Ama Rangga." Tanya Ranti.

"Au lu len, giliran Ama kita lu gak ada nurut nurut nya." Tambah Disa.

"Yey, ini bukan karena Rangga doang, gua sadar, perilaku gua itu gak baik buat semuanya."

"Ahh bilang aja lu su--"

Ucapan Ranti langsung dipotong oleh Alena "gua gak suka sama yang serius."

"Loh? Berarti lu mau nya dia mainin doang?" Tanya Ranti.

"Ahh otak lu dangkal amat si".

"Ini nih sikap bar-bar nya yang bikin gua jengkel." Omel Ranti.

Sedangkan Alena hanya nyengir nyengir tidak jelas.

Brakk

Suara gebrakan meja yang ditempati Alena dkk berbunyi nyaring di telinga Alena.

"Eh lu bisa santai gakk." Teriak Alena tanpa melihat wajah yang menggebrak meja itu.

Kini Alena berdiri "ko lu diem aja---" ucapan Alena terpotong karena ternyata yang menggebrak meja itu adalah Rangga.

Alena mengangkat kedua jari telunjuk dan tengah sehingga membentuk 'v' sambil menampilkan gigi putihnya.

Mungkin siswa yang berada di kantin kaget melihat sikap Alena yang tidak seperti biasanya.

Tapi tidak untuk Ranti dan Disa mereka tahu betul sikap Alena yang dulu.

"Perubahan yang cukup drastis!" Ucap Andre. "Tapi lu lebih asik kayak gini kayaknya len." Lanjutnya lagi.

Tidak ada yang merespon ucapan Andre sehingga membuat hati Andre dongkol.

"Peanut sekali."
"Baper Mulu lu dre, gua jodohin juga lu sama mba yati." Ledek Alena.

"Gua gak suka MBA YATI." Balas Andre dengan penuh tekanan setiap kata.

"Siapa yang manggil nama saya ya?" Tanya mba Yati dengan nada suara yang cempreng.

Sedangkan Alena dkk dan Rangga tertawa lepas, ternyata mba Yati dengar kalau namanya disebut sebut.

"Lu si len." Protes Andre.
"Kalau gak demen Ama mba Yati, respon nya gausah begitu juga kali." Andre hanya melihat malas Alena yang berucap dengan nada mengejek.

"Hmm yaudah deh maafin gua Dre, gua traktir lu beli bakso mba Yati."

"Ini maksudnya apa ya? Anda..."
"Bahasa lu gak usah baku, jijik gua dengernya," Sahut Alena.

"Tenang aja, lo-lo pada bakal gua traktir juga." Lanjutnya sambil menunjuk Disa, Ranti dan Rangga.

"Wahh ini nih yang gua suka, seorang Alena yang asikk." Jawab Disa dan Ranti berbarengan.

"Gua beli sendiri aja Len." Ucap Rangga.
"Gak-bo-leh."

"Oke lah gua tadi cuma basa basi aja kok, dengan senang hati menerima tawaranmu." Kekeh Rangga.

"Oke, gua mesennya samain aja ya."
Yang lain pun mengacungkan jempolnya.

------

"Eh Len, gimana kalau kita mengisi kekosongan jam pelajaran kelas kita dengan cara kayak dulu?" Ujar Disa.

"Nah iya tuh Len, ayok!" Sahut Ranti antusias.

"Ahh iya, siapp Bosque".

Pukulan meja pun mulai berirama menarik perhatian kelas yang sekarang sedang free-class.

Kini Alena menyanyi saat irama sudah tepat.

Dering telfon ku membuat ku tersenyum dipagi hari.
Kau bercerita semalam kita bertemu dalam mimpi🎵

Entah mengapa aku merasa kan hadirmu disini.
Tawa candamu menghibur saatku sendiri🎵.

Suara pukulan meja memang membuat irama menjadi indah ditambah lagi suara Alena yang merdu.

Kini giliran Ranti yang memulai bernyanyi.

Aku disini dan kau disana
Kita memandang langit yang sama namun ku slalu menunggu kita akan berjumpa🎵

Disa pun bernyanyi.

Meski kau kini jauh disana
Kita memandang langit sama
Jauh Dimata namun
Dekat dihati🎵.

Suara temukan gemuruh pun memenuhi kelas IPA2, seisi kelas pun tercengang tak terkecuali Rangga.

Memang boleh diacungkan jempol karena suara geng kucer yang sangat merdu.

Wihh gua jadi tambah kagum sama Alena, sekarang berubah drastis dia jadi manis bangett

Wahh gila geng kucer punya bakat terpendam!.

Ahh Alena kenapa gak dari dulu aja sih kayak gini?!.

"Boleh kali kalo gua ikut gabung," ucap Rangga.
"Gini-gini gua bisa main gitar sama nyanyi lho." Lanjutnya

"Iya tuhh bener, gua juga bisa main drum." Timpal Andre.

"Rebek nanti ada lu berdua." Ejek Disa.

Rangga memutar bola matanya malas.
"Eh kok suara kalian bagus banget si?" Tanya Rangga.

"Iya tuh, selama gua kenal kalian, gua gatau kalau kalian jago nyanyi."

"Gua males kalo Alena gaikut nyanyi, lu tau kan sifat acuh nya Alena pas itu?" Alena yang merasa dibicarakan pun memutar bola matanya malas.

"Iya bener, gua sama Disa juga bisa nyanyi gara gara Alena." Balas Ranti.

"Udah-udah gausah ngomonginnya terlalu serius." Protes Alena, dia tidak suka dengan omongan yang serius.

"Dibawa santai aja". Lanjut Alena
Andre dan Rangga mengkerutkan dahinya dan menatap heran Alena.

"Gini deh Alena, dia gasuka banget kalo ngomongnya serius."

Andre dan Rangga hanya mengangguk pelan seraya mengerti ucapan Ranti.

"Yaudah nyanyi lagi dong, gua ketagihan heheh." Ujar Andre.

Baru ingin memulai tapi ternyata ada seorang guru yang masuk, yang tak lain memberikan tugas karena tidak ada guru yang mengajar.

"Yaelah pake ada tugas lagi padahal gua mau kekantin buat godain mba Yati." Ucap Andre.

"What??? Lu beneran suka sama mba Yati??" Tanya Alena dengan nada teriak dan membuat seisi kelas menolehnya.

"Woii gila kali gua suka Ama mba Yati, walaupun dia janda muda gua gatertarik Ama yang begituan."

"Halah basi aja lu dre, bilang aja suka sama mba Yati." Timpal Rangga.

"Woii nyet, niat gua padahal bikin kalian ketawa tapi malah gua kena bully."

"Lagian salah lu lah." Ucap Ranti.
"Nah iya, salah lu." Sahut Disa.

"Memang disini emang selalu aku yang dipersalahkan." Ucap Andre dengan nada dibuat buat.

Tapi kini justru membuat Alena dkk dan Rangga tertawa.

*****
Gimana sih ceritanya? Seru gak? Apa yang kurang? Butuh saran T__T.
Don't forget to VOTMENT!.

The Color Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang