Sekelumit kisah ke-empat remaja SMA. Mencari jati diri dan belajar akan arti kedewasaan. Karin yang terlibat hubungan tarik-ulur tanpa status dengan sahabat masa kecilnya, Arka. Rindyta, gadis pendiam yang menyimpan sejuta rahasia. Serta Alan, si pe...
Karin membuka lebar pintu apartemen setelah menekan tombol sandinya. Ia segera masuk di susul oleh Arka dibelakangnya. Ia membuka kulkas, mengambil dua botol air mineral dan melemparkan satu kepada Arka.
"Nih, sorry ya cuma bisa kasih ini. Kulkas gue kosong."
Arka menerimanya lalu menatap Karin dengan kening berkerut. "Lo belum belanja buat bulan ini?"
Seperti biasa Karin tidak menjawab, dan jika ia hanya diam seperti itu maka artinya iya.
"Yaudah, mau gue temenin belanja?"
"Gak usah ah, males."
Keduanya diam beberapa saat. Karin meminum setengah botol air mineralnya sementara Arka hanya memandanginya dari samping.
"Kenapa gak ikut jalan sama temen-temen lo tadi? Gak kasian lo sama Vania. Dia udah keliatan happy gitu loh tadi pagi."
"Males aja."
Karin berdecih, "Gak usah terlalu mikirin gue Ka. Gue gak bakal kenapa-napa pulang sendiri."
"Ini bukan soal lo, ini soal gue. Gue lebih suka jalan sama lo daripada sama mereka."
Karin melirik wajah Arka. Seringai tipis muncul di sudut bibirnya ketika ia mulai bergeser mendekat ke Arka. Tanpa ragu ia naik diatas pangkuan laki-laki itu lalu duduk menghadap padanya. Tangannya bergerak menghapus bulir keringat yang sedikit menghiasi dahi Arka sebelum menyembunyikan wajahnya diceruk leher laki-laki tampan itu.
"Gue gak bisa bayangin gimana hidup gue tanpa lo, Ka."
"Ya jangan dibayangin. Gue bakal selalu sama lo sampai kapanpun."
Karin tersenyum. Ia yang sebelumnya tengah bersandar didada Arka langsung mengangkat kepalanya dan menarik wajah Arka. Dalam hitungan detik ia sudah meraih bibir Arka dan menciumnya dalam waktu yang lama. Awalnya cuma kecupan biasa, tapi ketika Karin dengan berani menggigit bibir bawahnya, Arka dengan sigap mendorong tubuh Karin untuk menjauh. Akibatnya sudah bisa ditebak. Gadis itu menatap wajah Arka dengan tatapan datar.
Karin tertawa sumbang. "Selalu aja kayak gini. Lo kenapa sih? Udah ada didepan lo gini, tinggal diembat apa susahnya?" Ia turun dari pangkuan Arka lalu kembali duduk disampingnya.
"Karin."
"Hm?"
"Lo suka sama gue gak sih?"
Keduanya diam selama beberapa detik. Sibuk dengan pikiran masing-masing, sebelum tawa Karin keluar memecah situasi canggung. "Lo ngomong apasih? Gue suka lah!"
Arka hanya diam. Seperti biasa Karin menjawab sambil memalingkan wajah darinya. Karin tidak pandai berbohong, apalagi didepan Arka.
Karin merebahkan kepalanya dibahu Arka. "Gue pengen tidur. Bangunin gue kalo udah jam 3." ucapnya lalu memejamkan mata.
Karin diam, begitupun Arka. Suara deru napas Arka yang teratur terdengar jelas di telinga Karin. Ia mengangkat tangan, melingkarkannya dipinggang Arka dan berbisik pelan namun jelas.
"Gue sayang sama lo."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.