PLAN 2

13 3 0
                                    

Ternyata bukan Englemira saja yang tinggal disini. Masih ada beberapa orang yang tinggal dirumah ini. Aku tidak mengenal mereka semua. Aku hanya duduk terdiam di sini. Jujur saja, sebenarnya aku ingin melihat buku - buku yang ada di rak. Aku ingin lihat apakah disana ada buku yang akan menjawab pertanyaan yang ada di pikiranku atau tidak, tapi aku tidak berani. Sampai - sampai aku tidak sadar kalau seseorang sedang memperhatikanku.

"Lihat dan baca saja buku nya kalau kau menginginkan nya".

'Dari mana dia bisa tau isi pikiranku?', kataku dalam hati.

Orang itu lalu tersenyum dan berkata, "Aku bisa membaca pikiran seseorang".

'Apa? Ini tidak terpikirkan olehku sama sekali. Dan kalau dia bisa membaca pikiranku, apakah mereka juga bisa?'

Belum lama aku berpikir, orang itu menjawab pertanyaan dalam pikiranku, "Tidak. Kami mempunyai kemampuan yang berbeda - beda".

"berbeda?", jawabku penasaran.

"Ya", sahutnya.

"Seperti apa kemampuan mereka?", aku semakin penasaran.

"Kau akan mengetahui semua itu nanti", katanya tersenyum.

Aku tidak mengerti yang dia katakan. 'Kau akan mengetahui semua itu nanti'. 'Nanti?' . Aku semakin bingung memikirkannya.

"Siapa namamu?".

"Ardiaz"

"Baiklah, Ardiaz. Apakah kau tau dimana monster itu membawa temanku?".

"Aku tau. Tapi kita tidak bisa pergi sekarang".

"Kenapa? Aku tidak bisa meninggalkan Mad dengan monster itu!"

Ardiaz menghela napas dan menghembuskannya dengan cepat, "Karena tempat itu sangat berbahaya".

Aku menatap tajam pada Ardiaz, "AKU TIDAK PEDULI! AKU HANYA INGIN TEMANKU SELAMAT DARI MONSTER ITU!".

Seketika mereka menatap ke arahku dengan wajah yang memperlihatkan kalau mereka tidak tau apa yang barusan terjadi sehingga aku bertetiak seperti ini. Dan aku langsung masuk ke ruangan yang ada di depan mataku dan membanting pintu tersebut. Mereka sedang berbicara diluar ruangan yang baru kumasuki dan yang ternyata adalah kamar. Percakapan mereka terdengar jelas di kamar ini. Dan aku mendengarkan.

"Apa yang terjadi?", tanya salah satu dari mereka pada Ardiaz.

"Tidak ada"

"Tidak mungkin", jawab seseorang.

"Baiklah, gadis itu. Dia ingin menyelamatkan temannya yang bernama Madeline. Dia bertanya apakah aku tau dimana tempat monster itu membawa temannya. Aku memberitahu nya bahwa aku tau. Tapi aku bilang padanya bahwa kita tidak bisa pergi ke tempat itu sekarang karena tempat itu berbahaya. Dan kau tau lanjutan setelah ini", jelas Ardiaz kepadanya.

"Oh, sudahlah. Biarkan saja dia. Dia akan kembali tenang nanti", kata orang yang tak ku kenal bahkan tidak tau yang mana yang sedang bertanya pada Ardiaz.

"Ya", jawabnya.

Huh. Aku tidak tau harus berbuat apa sekarang. Seharusnya kami tidak merencanakan semua ini. Seharusnya tidak seperti ini. Apa yang harus ku lakukan sekarang. Jika kami tidak merencanakan semua ini, semua ini tidak akan pernah terjadi. Tidak akan. Ini salahku. Semua ini salahku. Jika sesuatu terjadi pada Mad, aku tidak akan memaafkan diriku. Kenapa mereka tidak bisa pergi sekarang? Kenapa? Karena berbahaya? Benarkah? Aku tidak peduli bahaya apapun yang akan datang ketika pergi kesana. Aku hanya ingin menyelamatkan Mad!

Setelah merenung cukup lama di dalam kamar yang aku sendiri tidak tau kamar siapa. Akhirnya aku mendapat rencana. Rencana untuk menyelamatkan Mad sendirian. Aku sudah memikirkan semua ini dengan matang. Aku sudah memutuskan. Aku akan menyelinap keluar malam ini.

Tok! Tok! Tok!

"Siapa?"

Tanpa menjawab sepatah kata pun. Orang itu langsung membuka pintu dan masuk ke dalam. Aku yang duduk di bawah lantai langsung menatap tajam ke orang yang bernama Ardiaz itu.

"Mau apa kau? Keluar!", kataku dengan nada tegas.

"Maaf, tapi ini kamarku", jawabnya tanpa melihat ke arahku dan berjalan ke arah kasur.

Apa? Ini kamarnya? Memalukan sekali. Aku memasuki kamarnya dan sekarang menyuruhnya keluar.

"Kalau begitu biar aku yang keluar"

"Tidak perlu. Kau boleh tidur dikamar ini selama yang kau mau. Aku akan tidur dikamar Daylon"

Ardiaz mengambil beberapa baju dari lemari pakaian dan beberapa barang lainnya untuk di bawa ke kamar Daylon. Aku melihat buku yang ada di tangannya.

"Buku apa?".

"Apa?", jawabnya.

"Bukankah kau bisa membaca pikiran? Kenapa masih bertanya?", kataku.

"Ya. Jika aku mau. Saat ini aku tidak melakukannya".

"Buku yang ada di tanganmu", jawabku.

"Ini buku pemberian ibuku".

"Boleh aku melihatnya?", tanyaku.

"Ya. Tapi jangan membuka dan membaca isinya".

Apaan? Boleh tapi jangan membuka dan membacanya? Lucu sekali.

"Apa ini buku catatan harian?", tanyaku sambil melihat lihat buku.

"Bukan", jawabnya mengambil kembali bukunya.

"Lalu?"

"Bukan urusanmu", jawabnya ketus.

"Ya sudah. Terserah padamu saja. Aku ingin tidur"

Kemudian Ardiaz keluar dari kamarnya tanpa menutup pintu yang terbuat dari kayu itu. Aku pun berjalan ke arah pintu lalu menutupnya. Setelah itu aku ke arah kasur dan meng-istirahatkan diri sejenak dan berpikir...

TENEBRIS FORESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang