NOW

12 2 0
                                    

Sepertinya mereka sudah tidur. Tapi ada baiknya juga jika aku memeriksa terlebih dahulu. Aku tak ingin mengambil resiko ketahuan karena menyelinap keluar demi menyelamatkan Mad. Pelan-pelan aku membuka pintu kamar agar pintu nya tidak berdenyit. Kemudian berjalan keluar dengan langkah kaki yang pelan dan ringan agar tidak menimbulkan suara. Saat melewati perapian, tiba-tiba saja salah satu pintu kamar terbuka, aku tersontak kaget lalu dengan cepat bersembunyi. Setelah seseorang yang keluar itu masuk kembali ke kamarnya. Dengan cepat aku berjalan ke arah pintu keluar dan membukanya. Ternyata pintunya di kunci. Sekarang aku tidak tau harus keluar lewat mana. Saat menerawangi seisi ruangan, aku melihat satu jendela di dekat rak buku sedikit terbuka. Kupikir aku bisa keluar lewat jendela itu. Tanpa berpikir panjang lagi aku langsung ke arah jendela itu dan membuka nya dengan pelan-pelan. Akhirnya jendela ini terbuka. Dan aku langsung keluar lewat jendela ini.

Diluar gelap sekali, aku nyaris tidak bisa melihat apapun, untung saja sinar bulan nya sedikit memberi penerangan. Aku mulai berjalan dan terus berjalan tanpa tau dimana arah yang benar. Setelah lama berjalan melewati pepohonan, aku melihat ada sebuah gua. Kemudian aku mulai berjalan ke arah gua tersebut. Saat aku memasuki gua itu, aku melihat sesuatu tetapi hanya samar-samar. Tiba-tiba aku mendengar sesuatu tapi tidak tau jelas apa yang ku dengar. Suaranya seperti raungan, tapi raungannya sangat aneh. Aku mulai bersembunyi pada dinding gua yang bisa ku jadikan tempat bersembunyi. Aku memang tak tau apa itu yang sedang meraung atau apalah itu. Yang ku tau, aku tak ingin menjadi makanan mereka atau apapun itu. Jadi kuputuskan untuk bersembunyi sementara.

"MENYINGKIR DARIKU!! MONSTERS SIALAN!!!!"

Madeline? Apa itu Madeline? Astaga! Ternyata Mad disini! Dan kenapa monsters itu.. Oh tidak! Mad dalam bahaya! Aku harus menyelamatkannya sebelum monsters itu kelahapnya hidup-hidup! Tapi bagaimana...
Oh, aku akan menarik perhatian monsters itu dengan melempar batu ke arah luar gua ini!
Aku mengambil sebuah batu dibawah dan kemudian melemparnya ke luar gua.

Tuuukkhhh!!!

Monsters itu kemudian pergi keluar gua. Setelah monsters itu tak terlihat lagi. Aku dengan cepat langsung mengambil kesempatan emasku untuk menyelamatkan Mad. Ternyata Mad sedang tertahan oleh sesuatu... Sihir? Apa dia tertahan oleh sihir? Tapi siapa yang melakukan ini?

"Madeline? Apa itu kau?"

"Anna? Astaga! Anna, kau tidak boleh kesini, kau harus keluar dari sini! Cepat!!"

"Kenapa? Kenapa aku harus keluar dari sini? Aku tak akan meninggalkanmu disini bersama monster-monster itu!"

"Anna, dengarkan aku! Kau harus keluar dari sini sebelum dia datang ke sini! Kumohon, tinggalkan saja aku!"

"Apa yang kau maksud itu, Mad!? Aku tak akan meninggalkanmu! Aku akan membebaskanmu dari sini sekarang juga!"

"Tidak, Anna. Kau harus mendengarkan ku, jika kau tidak pergi dari sini sekarang. Maka kau juga akan mati disini. Aku tak ingin semua itu terjadi. Dan.. Buku itu, dia mengincar buku itu, Anna. Kurasa itu bukan buku biasa", jelas Mad.

"Buku? Dia? Apa maksud semua ini, Mad? Aku tidak mengerti"

Sebelum Mad menjawab pertanyaanku, tiba-tiba ada suara langkah kaki yang mendekat.

"Bersembunyilah, Anna. Cepat!", bisik Mad terburu-buru.

Tanpa berpikir panjang lagi, aku pun menurut pada Mad dan bersembunyi. Terlihat dari balik persembunyianku ada seseorang yang berjalan mendekati Mad, bertopeng. Sepertinya dia yang Mad maksud. Orang yang menginginkan buku ku. Aku memang tidak tau kenapa ia menginginkan buku ini dan apa yang membuatnya melakukan itu. Yang ku tau, aku harus menjaga buku ini darinya.

"Halo, sayangku Mad"

"Menyingkir dari wajahku! Brengsek!"

"Ya, aku memang seperti itu, bukankah itu menyenangkan?"

"Persetan denganmu! Lepaskan aku!", teriakan Mad bergema dalam gua ini.

"Apakah gadis itu sudah datang, sayangku Mad?", sambil melihat monster-monster itu dan jujur saja monsters itu sungguh terlihat menjijikan! Kulitnya seperti terbakar, berwajah serigala dengan telinga yang runcing dan memiliki ekor yang panjang.

"Berhentilah berharap. Dia tak akan datang ke sini", jawab Mad.

"Benarkah? Kau pikir aku tidak tau kalau dia sedang bersembunyi disini?"

DEG!

Oh tidak! Bagaimana dia bisa mengetahui ini? Aku harus keluar dari sini sebelum tertangkap. Saat aku melangkah, tanpa sengaja aku menendang batu kerikil dan menimbulkan suara.

"Oh, itu dia! Sih gadis istimewa ku", katanya sambil tersenyum keji.

"LARI, ANNA!!!!!", teriak Mad.

Kemudian aku berlari dan berusaha keluar dari gua ini. Tetapi saat aku hampir sampai pada pintu gua. Monsters itu datang dan menghadangku. Aku tak bisa keluar dari sini! Kemudian orang brengsek yang memang brengsek itu berjalan mendekatiku dengan mengosok telapak tangannya seakan ingin menangkapku.

"Jangan mendekat!", teriak ku.

"Oh! Baiklah. Kau sangat pemberani ya", katanya sambil menyilangkan tangannya.

"Diamlah! Dan lepaskan, Mad!"

"Kenapa aku harus melakukannya? Apakah kau ratuku?"

"Cihhh! Ratumu? Menjadi budakmu saja aku tidak sudi!"

"Kau memang sangat istimewa, Anna. Tak heran jika buku itu memilihmu"

"Apa maksudmu?", tanyaku bingung.

"Kau tidak tau? Ah, sayang sekali"

"Jawab saja pertanyaan ku!"

"Anna, sayang. Buku itu adalah buku mantra tertua yang telah hilang selama berabad-abad. Tidak ada yang tau dimana keberadaannya. Aku telah mencari buku ini selama berabad-abad lamanya. Buku itu akan membuatku menjadi kuat. Seperti yang kau pikirkan, aku akan menguasai dunia ini dengan buku itu HAHAHA!"

"Lalu. Apa hubungannya denganku?"

"Buku itu memilihmu, sayangku..."

"Jangan mendekatiku! Atau kau akan tau akibatnya!"

"Oh, benarkah? Astaga aku takut sekali, aku mohon ampuni aku! Kumohon jangan sakiti aku! HAHAHAHAHA!!!"

"Lucu sekali", jawabku.

"Aku tak punya banyak waktu denganmu, jadi hei kalian para monsters ku! Ambil buku itu dari tangannya dan ingat, aku membutuhkannya hidup-hidup!", perintahnya lalu menghilang dibalik asap yang entah darimana datangnya.

Monsters itu kemudian berjalan ke arahku. Aku ingin berlari keluar tapi tidak ada tempat keluar kecuali jalan keluar yang ada di belakang monsters itu. Aku meraih sebuah ranting pohon besar untuk di jadikan senjata dan mengarahkannya ke arah monster-monster itu. Monsters itu semakin mendekat. Aku mengayun-ayunkan ranting pohon. Tiba-tiba aku mendengar suara diluar gua. Ternyata Ardiaz dan teman-teman nya datang kemari. Seketika monsters itu berbalik dan menyerang mereka. Mereka dengan mudah membunuh monster-monster itu dan kemudian Englemira melantunkan sebuah mantra untuk menghancurkan sihir yang menahan Mad. Sihir itu berhasil di hancurkan. Setelah itu, mereka membawa Mad dan aku pergi dari sini.

TENEBRIS FORESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang