NARTHEAS

12 2 0
                                    

Kami sampai didepan gerbang Nartheas. Gerbang ini terbuat dari emas dan terdapat corak-corak yang indah pada dinding gerbangnya. Ada dua penjaga yang menjaga gerbang ini. Saat mereka melihat Englemira. Mereka membungkuk-kan badan mereka pada Englemira sebagai tanda penghormatan dan kemudian kedua penjaga itu memerintahkan penjaga lainnya untuk membuka pintu gerbangnya. Itu membuatku berpikir bahwa Englemira adalah seseorang yang sangat penting di tempat ini.

"Hei, kita belum berkenalan"

"Oh, hei! Ya, sepertinya begitu. Siapa namamu?", jawabku padanya.

"Namaku Alan, dan aku bisa memanggil angin", jawab Alan.

"Benarkah? Jadi kau mempunyai bakat menguasai angin?", tanyaku tersenyum sambil berjalan diatas jembatan.

"Ya, begitulah. Dan, hei! Lihatlah!"

Aku melihat ke arah depan ketika Alan menyuruhku. Roseline berkata benar. Istana ini sungguh indah! Kau tau istana di negeri dongeng? Istana ini seperti istana di negeri dongeng. Istana ini di hiasi bunga-bunga yang indah di sekitarnya. Patung singa yang juga menghiasi pintu istana. Dan yang membuatku takjub adalah kristal-kristal biru yang melayang di atas permukaan air kolam yang berada di kedua sisi jalan.

"Kau belum melihatnya ketika malam. Jika kau melihatnya, aku yakin rasa takjub mu akan bertambah", ucap Alan sambil menepuk pundak ku dan aku membalasnya dengan senyuman.

Aula istana ini sangat luas. Dinding yang di lukis memahkotai aula berbentuk lingkaran dan terdapat dua tangga untuk menuju atas istana. Suasana istana sangat tenang dan ada seorang pria tua berambut putih panjang menunggu kami diatas aula. Dia yang melihat kami lalu menuruni tangga untuk menyambut kami.

"Oh, kalian sudah kembali", kata pria tua itu yang kemudian melirik ke arah Anna.

"Kurasa kita harus berbicara empat mata, Tuan Ephraim", kata Englemira.

Pria tua yang bernama Ephraim itu mengangguk lalu berjalan meninggalkan kami. Englemira menyuruh kami untuk beristirahat dan menyuruh penjaga untuk mengantar kami ke kamar yang telah di siapkan untuk kedatangan kami. 'Apakah mereka sudah tahu kami akan datang?', Pikirku. Setelah menyuruh penjaga untuk mengantar kami, Englemira pun meninggalkan aula istana. Entah apa yang akan dibicarakan mereka berdua. Pada saat penjaga istana ingin mengantarku, aku mengatakan padanya bahwa aku ingin sekamar dengan Madeline sahabatku. Penjaga itu mengangguk lalu aku dan Mad berjalan mengikuti penjaga itu. Begitu juga dengan yang lain. Mereka mengikuti penjaga istana dan menuju ke kamar mereka yang telah dipersiapkan.

Sesampainya kami didepan kamar, penjaga itu pun meninggalkan kami. Walaupun masih ada dua penjaga yang memang ditugaskan untuk menjaga kamar ini. Kedua penjaga itu membukakan pintu untuk kami berdua. Sebelum kami memasuki kamar, aku melihat Rania dan Roseline. Sepertinya kamarnya berada di sebelah kamarku. Rania melihatku yang lalu disusul oleh Roseline dan ia tersenyum padaku lalu Rania berkata, "Panggil kami jika kalian membutuhkan bantuan". Aku menjawabnya dengan anggukan lalu masuk ke kamar.

"Siapa yang berbicara tadi?", tanya Mad.

"Rania, kamar kita bersebelahan dengan kamarnya. Dia mengatakan jika kita membutuhkan bantuan, kita bisa memanggilnya", jawabku sambil melepaskan tas ranselku.

"Oh, mereka sangat baik"

"Ya, aku juga berpikir begitu. Kau sudah mengenal mereka?", tanyaku.

"Tentu saja. Mereka semua sangat ramah, karena itu aku bisa mengenal mereka dengan cepat... Kecuali John. Dia sedikit keras"

TENEBRIS FORESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang