Victoria berpamitan dengan Dara yang masih setengah terlelap karena pagi ini adalah jadwal pertamanya masuk kuliah.
Ya. Semenjak kejadian beberapa minggu lalu, ketika ia dalam keadaan setengah sadar memberikan aset-nya untuk dijamah lelaki asing yang tidak tahu aturan. Victoria berusaha meyakinkan dirinya untuk ikhlas dan tidak lagi mengingat kejadian itu. Bukankah hal itu sebuah hal yang wajar terjadi di lingkungan kota bebas?
Dara yang melihat Victoria pulang pagi tersebut pun hanya mengangguk mengerti ketika ia menjelaskan bahwa dirinya ketiduran di toilet club malam setelah ia mabuk di acara ulang tahunnya.
Untung saja gadis itu mudah dibohongi.
Kalau boleh jujur, selama beberapa hari semenjak kejadian one night stand malam itu, Victoria dilanda sedih yang amat dalam. Ia jadi tidak mood untuk kemana-mana, ditambah Dara yang beberapa kali mengajaknya untuk berkumpul-kumpul bersama teman-temannya.
Tentu saja Victoria menolaknya mentah-mentah. Bukannya ia tidak percaya lagi dengan Dara, lagi pula kejadian itu adalah murni kesalahannya. Jadi, tidak ada yang bisa di salahkan dari kejadian itu selain dirinya sendiri.
Alasan Victoria langsung bergegas pergi ketika partner sex nya itu tengah membersihkan diri pun karena ia tidak punya muka untuk sekedar menatap wajah lelaki yang telah memperawaninya.
Lagi pula ia sadar, dan ia tahu persis jika yang dilakukannya malam itu hanya sekedar one night stand, yang artinya menghabiskan semalam bersama dan menjadi orang asing dikemudian hari. Ia juga tidak bisa menuntut pertanggungjawaban tentunya.
Tidak ingin berlarut-larut, ia pun me-refresh kan otaknya dan bertekad ingin fokus dengan kuliahnya saja. Seperti saat ini.
Victoria berjalan seorang diri di koridor kampus setelah menyelesaikan jam kuliah pertamanya. Ia berjalan menuju kedai kopi ternama yang tersedia di kampus universitasnya saat ini.
Awalnya Victoria begitu takjub dengan kehidupan kampus barunya saat ini. Dilihat dari segi manapun, suasana serta pergaulan yang ada di kota besar ini sangat berbeda dengan kehidupan kuliahnya dulu.
Kampus ini begitu mewah lengkap dengan fasilitas lain sebagainya. Kantinnya saja sudah seperti shopping centre yang menyediakan berbagai makanan mulai dari restoran jepang hingga ke kedai kopi star*bucks.
Victoria memasuki salah saru stan kedai kopi yang terkenal tersebut dan memesan satu cup caramel macchiato dingin dengan frape di atas nya.
Ia mengeluarkan ponselnya dan merekam barcode yang tersedia di meja bar untuk melakukan pembayaran. Namun saat itu pula Victoria melihat sisa saldo tabungan yang sudah sangat tipis.
Ia menaksir bahwa nominal simpanan nya saat ini tidak akan bisa menanggung biaya hidupnya dijakarta dalam sebulan kedepan.
Ia sudah menyangka hal ini pasti terjadi, mengingat ia sekarang hidup di kota besar yang jelas segala macam nya berbeda dengan kehidupannya dulu.
Jika sudah begini, mau bagaimana lagi? Victoria terlalu malu untuk meminta lagi kepada pamannya yang selama ini membiayai hidupnya dan Vidya. Ia sudah ada di Jakarta ini harus bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dengan mencari pekerjaan.
Namun ia juga tidak menampik bahwa mencari pekerjaan jaman sekarang dan di kota besar seperti ini akan sulit. Sejak awal dia sampai di Jakarta, dia sudah memikirkan profesi apa yang bisa ia jalani.
Ia juga tidak akan naif dengan melamar ke cafe-cafe untuk bekerja paruh waktu seperti yang ada pada novel-novel, karena pada dasarnya di Indonesia ini pekerjaan seperti patuh waktu itu sangat jarang dan sulit ditemukan. Yang ada orang mencari tenaga yang bisa melayani dari pagi hingga malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Victoria's Secret
Teen Fiction[Mature content] [17+] "Ahhh, just making out, please!" desah Victoria panjang. this is what people said about Victoria's secret. [Victoria. Model pengganti yang menarik perhatian Nick pada pandangan pertama. Melihatnya yang setengah telanjang membu...