Beberapa tahun kemudian di kota tempat tinggal Er dan orang tuanya
Luka itu masih membekas didada Er, sementara wajah remajanya sudah berubah jadi dewasa atau malah terlihat tua karna wajahnya ditumbuhi bulu bulu diatas bibir dan dagunya sampai kecambang, alias Berewokan.
Tapi yang tak pernah berubah, dia masih berlagak sok jagoan dimanapun berada."Yakin ga mau kenalan sama temen gua?"
Joni, temannya. Mencoba menggodanya
"Yakin lah, lagian ngapai si? Gua masih laku ga perlu di comblang comblangin segala."
"Ah elah, kenalan aja dulu. Kalau cocok lanjut, kalau nggak yaudah."
Joni mengibas tangannya mengisyaratkan 'tinggalin aja'
"Lo pikir cewek baju di toko apa, yang bisa ditawar tawar terus kalo ga cocok ga jadi belinya."
"Ya nggk gitu ...
Joni garuk garuk kepala mendengar temannya mulai bicara sok pahlawan."Gua yakin ko, yang ini pasti cocok."
"Nggak, nggak, nggak."
"Buat jadi temen mungkin?
Kesian lo dia udah gua janjiin buat ketemuan terus gagal di sati jam sebelum bertemu, dia cewe lho ... hatinya bisa sedih."
Joni berusaha meluluhkan hati Ernand yang gak tegaan pada perempuan."Dia yang nulis buku 'MASA KELAM' lho"
Ernan meraih buku 'MASA KELAM' miliknya dimeja dan melihat nama pengarangnya
"Israh harini? Ko bisa? Kenal dimana?"
Ernand mulai antusias mendengar nama penulis buku faforitnya disebut.
"Nggak usah basa basi, dia itu tepat waktu. Ayo jalan."
**
Tiba disebuah cafe, seorang gadis berkerudung biru sudah menunggu mereka dengan segelas jus jeruk yang mulai habis.
"Joni ... ngaret banget deh," ucap gadis itu agak dongkol
"Assalamualaikum."
Ernand memberi salam
"Waalaikumsalam."
Gadis itu menyahut dengan pipi yang memerah karna malu. Saat sadar ada orang lain yang datang bersama temannya itu.
"Israh harini?"
"Iya... "
Mata israh terbuka lebar dan melirik Joni seolah berkata 'Siapa ini?'
"Eh kenalin, Rah, ini temen gua dari Sma, Ernand."
"Ernand Rivaldo, panggil aja, Er."
Dia segera memangkas ucapan Joni dan menyodorkan tangannya pada Israh yang kini garuk garuk pipi. Efek gatal melihat wajah Er yang dipenuhi bulu.
"Israh."
Tangan israh segera menjabatnya dan Er segera menatap mata indah Israh yang tampak tak asing baginya 'Siapa?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisuki
RandomEntahlah hanya berisi puisi cerpen yang tak berarti Ini bukan apa apa, hanya beben hidup yang tak dapat ditanggung sendiri.