🍃 Part 13 : Futur II

1.2K 66 9
                                    

Apa hubungan kisah juangku ini dengan beranda dunia maya? Karena aku kembali, seperti dulu. Entah 2 atau 3 tahun silam.

Belajar di pondok? Ya
Menghafal AlQuran? Ya...bahkan sudah masuk 5 juz yang hafalanku.

Apa gunanya kalau hebat menghafal tapi tidak merenungi ayat-ayatnya? Mampu menghayati lagu-lagu pop, namun AL-qur'an kenapa tidak demikian? Karena hatiku jujur saja, ia kembali hitam.

Ya, aku berpakaian seperti seorang muslimah sejati, menutup rapat tapi hakikatnya tetap ingin dilihat.

Itulah aku dan rasa maluku yang sudah tenggelam entah berapa ratus meter dibawah dasar laut. Niqabis trend, selebgram. Ya! Itulah istilah yang tepat untukku.

"Ya Allah...sekali lagi waktu itu aku gagal untuk memenuhi permintaan Abi dan Ummi"

Aku bahkan sampai mengenal seorang lelaki melalui Facebook. Awalnya Aku tidak acc karena masih ragu-ragu.  Setelah 3 hari baru ku-acc.

From : No Name

"Assalamu'alaykum...terima kasih sudah konfirmasi.."

To : No Name

"Walaykumussalaam...Iya"

To : No Name

"Setelah ini jangan chat lagi, khawatir menimbulkan fitnah. Nanti saja kalau antum ada kepentingan atau bertanya perihal agama"

From : No Name

"Oh, baiklah..maaf"

🍃

Dari sini mulailah terulang kisah cintaku yang salah. Ya salah, untuk yang kesekian kalinya.

Fatiyah pernah bilang; "Jangan jadikan ponsel pintar itu sebagai separuh dari kehidupan kita kak, tapi jadikanlah Al-Quran sepenuhnya dalam kehidupan kita".

Ya, aku telan pernyataan adikku itu walaupun pahit rasanya.

"Iya dek". Iyakan saja untuk menenangkan hatinya.

Terlintas dipikiranku. Aku ingin berhenti mondok saja. Salah satu alasannya, di pondok ini tidak membebaskan menggunakan HP setiap hari, dan itu membuatku sedikit jenuh dan kesal.

Aku memutuskan untuk pulang ke rumah Bibi, tanpa Fatiyah. Aku tidak bisa memaksanya untuk berhenti karena kupikir hatinya sudah melekat di pondok itu.

Aku kembali ke rumah Bibi. Berada di rumah memang berbeda dengan di pondok. Aamalan-amalan sunnah sedikit demi sedikit kutinggalkan. Seperti sholat tahajjud yang rutin kulaksanakan saat dipondok kini perlahan kutinggalkan.

Sholat tak sholat pun kulakukan semauku. Tidak lagi ada kelas mengaji, tidak ada siapapun yang menegur. Hafalan? Belum sepenuhnya hilang.

Kalau Bibi dan Paman bertanya kenapa tidak sholat, aku selalu bilang haid atau pura-pura mengunci pintu kamar bahwa aku sedang sholat di dalam.

____🍃
to be continue

Dear readers 😊 : If you're enjoying this story, please don't forget to VOTE, COMMENT and ADD (+) it to your reading lists. Thank you

Cerpen | Juang Si Gadis BerniqabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang