🍃 Part 25 : Dia Siapa?

1K 50 2
                                    

Aku mendatangi satu persatu toko yang tak jauh dari rumah untuk mencari lowongan pekerjaan. Tapi sayang, semua menolakku hanya karena pakaianku. Aku pun membuat keputusan untuk membuka niqab. Walaupun sedikit berat hati untuk melepasnya karena sudah merasa nyaman.

Memang akhlakku jauh dari kata pantas untuk mengenakan selembar kain penutup wajah ini. Entahlah, aku sendiri bingung dan tidak tahu ada apa dengan diriku, perasaan dan niatku yang selalu berubah-ubah. Aku bingung, dilema.

Aku merasa selalu ingin dilihat tapi aku juga malu dilihat. Aku ingin menutup tapi aku selalu menampakkan. Menutupi tapi hakikatnya ingin dilihat, seperti itu. Semuanya seakan saling berlawanan, aku ingin berbuat baik tapi aku juga selalu ingin menuruti nafsu untuk berbuat buruk.

🍃

Setelah melepas niqab, aku kembali mencari lowongan kerja. Kali ini aku mendapat tawaran dari beberapa toko baju. Setelah mengecek tempat-tempat untukku bekerja nanti, aku memutuskan untuk jalan-jalan sebentar ke mall.

Sembari berjalan dan melihat-lihat, aku merasa orang-orang menatapku, aku malu dipandang seperti itu. Aku merasa sedikit tidak nyaman. Tapi bukankah ini yang aku inginkan? Aku mempercepat jalanku. Dengan buru-buru aku menuju tempat yang agak sepi, mengambil niqab di tasku dan memasangnya.

Aku melihat pantulan diriku dilayar persegi, smartphoneku.

"Abi...ummi, Nai rindu. Abi dan ummi lah yang selalu ajak Nai dan Fatiyah jalan-jalan. Sejak abi dan ummi ninggalin Nai, hidup Nai seolah-olah hancur. Apakah ini ujian untuk Nai bi? mii? hiks.."

Kuseka air mata yang membasahi niqabku. Aku selalu mencoba mengambil ibrah setiap apa yang sudah menimpaku tapi aku tetap saja seperti manusia yang tak ber-hati. Seakan hanya jasad yang berjalan di bumi dan rohku menuju ke neraka.

🍃

Aku berjalan menuju ke sebuah tempat makan di mall ini. Aku mengambil beberapa foto. Ternyata ada yang memperhatikanku sambil berbisik. Aku menunduk. Aku tau mereka sedang membicarakanku, mengumpatku. Sudah biasa. Haters gonna hate right.

Tiba-tiba seorang laki-laki lewat di depanku, menyimpan secarik kertas di meja dan berlalu pergi. Aku tidak mengenali laki-laki itu. Segera kepalaku menoleh ke belakang untuk melihat wajahnya. Tapi dia sudah pergi. So, aku pun membuka dan membaca kertas yang ia tinggalkan.

"Assalammualaikum ya ukhti, niatku hanyalah memberi semangat karena aku melihatmu sejak tadi merasa malu dengan tatapan sekeliling. Jadi kuputuskan untuk menulis ini untuk memberi kekuatan untukmu. Allah maha baik, Dia menjaga aib kita. Di mata manusia kita seperti ahli syurga, karena apa? Allah mentutup aib kita. Tolong jaga diri, abaikan orang sekeliling, tetap tabah dengan ujian-Nya. Wassalamu'alaykum".

____🍃
to be continue

Dear readers 😊 : If you're enjoying this story, please don't forget to VOTE, COMMENT and ADD (+) it to your reading lists. Thank you

Cerpen | Juang Si Gadis BerniqabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang