I do not own the story
Original story by Esile the Raven.
.
Minhyun harus memeriksa internet dulu makanan apa yang aman untuk bayi. Sambil memasak bubur bayi—mengikuti resep di internet—dia mulai memeriksa surat yang nyaris dimakan oleh si bayi. Ternyata isinya kedengaran cukup tragis, Minhyun sampai hampir lupa bahwa ia sedang memasak bubur:
Yth.
Hwang Yubin-sshi,
Istriku baru melahirkan di India, tapi selanjutnya kami harus melanjutkan pekerjaan di Korea Utara. Tempat itu tidak bagus untuk anak kami, dan kami masih harus menghadapi bahaya menyusup ke negara tersebut. Karena itu, mohon maaf sudah merepotkan, namun kami hanya bisa bergantung pada anda, Yubin-sshi. Tolong rawatlah anak kami. Kami tidak tahu kapan akan kembali—atau malah tidak akan pernah kembali.
Nama anak kami Hyunbin, dia akan berumur satu tahun Desember ini. Anak kami lahir tanggal 25 Desember tahun lalu, dan yang memberinya nama adalah seorang Maharaja di Jhalawar. Dia hampir tidak pernah menangis; aku yakin dia akan menjadi anak yang kuat dan pemberani.
Kami tidak yakin apa yang akan menimpa kami setelah Korea Utara, tapi jika kami tidak kembali, dan suatu ketika Hyunbin mempertanyakan keberadaan kami, tolong sampaikan padanya bahwa kami sangat menyayanginya...
Surat itu sepanjang dua halaman, dan Minhyun sangat tertegun membacanya. Jelas ditujukan untuk neneknya, tapi saat ia membaca surat tersebut, dan menoleh untuk melihat bayi berambut hitam yang sedang merangkak mengitari meja makan seperti kucing...Minhyun merasa bahwa dia yang bertanggung jawab atas Hyunbin.
Anak itu tidak bisa bergantung pada orang tuanya, bahkan sebelum bisa mengingat atau bicara. Tidak bisa bergantung pada neneknya. Minhyun sedikit mengerti perasaan itu, tapi meskipun Hyunbin masih bayi, ia merasa Hyunbin lebih kuat. Hyunbin tidak sedih atau murung terpisah dari orang tuanya. Minhyun sudah SMP malah merasa dirinya lemah sekali; tidak bisa menghadapi orang tuanya dan memilih kabur.
Setelah bubur cukup dingin, Minhyun menghentikan Hyunbin menggigit ujung karpet dan mulai menyuapinya, masih menggenggam surat itu. Mereka makan di atas tatami dekat kotatsu ruang tengah.
"Maamm!" Hyunbin menangkap sendok yang disodorkan Minhyun, pipinya menggembung.
"Tapi aku masih tidak paham..." gumam Minhyun, membuat Hyunbin menelengkan kepalanya. "Kenapa mereka harus menaruhmu di kardus bekas mie?"
"Miiimmmiiimmiiiaa—"
"Aah! Buburnya ditelan dulu dong...!" Minhyun menghela napas dan tangannya meraih wajah gembil Hyunbin, mengambil tissue di atas meja dan mengelap bubur yang tercecer. Hyunbin terus saja rewel berusaha menghindar dari tangannya. "Hyunbin...diam dulu!"
"Naa!" Hyunbin menjerit girang dan tiba-tiba berusaha merangkak dan meraih mangkuk buburnya. "Naa! Naaaaa!"
"Jangan—e-eh!?" Minhyun segera menyambar mangkuk buburnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Hyunbin menggembungkan pipi, matanya berkilau makin semangat untuk meraih benda-benda tinggi. Dia merangkak dan bertumpu ke dada Minhyun, memanjat ke pangkuannya. "Wahaha! Hyunbin! Geliii!"
"Maam! Maaam!"
"Iya, duduk saja dulu!"
"Ma—" Hyunbin tiba-tiba memeluk Minhyun, membenamkan wajahnya ke dada anak SMP tersebut. Minhyun menaruh mangkuk itu di atas meja, dan menarik napas tajam, menyadari sensasi basah di bagian depan kaosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
baby hyunbin ♕ minhyunbin ♔
FanfictionSuatu hari, Minhyun menemukan seorang bayi di depan teras rumahnya. Kisah kedua anak laki-laki ini tak bisa terlepas dari satu sama lain sejak hari bersejarah itu. Seiring pertumbuhannya apakah Hyunbin tetap ingin menjadi adik bayi Minhyun? Remake...