Piano

1.9K 356 41
                                    

I do not own the story.
Original story by Esile the Raven.

.

.

"

...! H-Halo? Ibu?"

"Minhyun ya? Ada apa? Butuh uang? Ibu tidak ada waktu sekarang, cepat bilang mau apa,"

"..."

"Besok...Natal. Ibu-"

"Ahh, ibu tidak bisa datang. Coba telepon saja ayahmu, dia pasti punya banyak waktu kalau masih sempat cari istri baru, kan? Nah, ibu harus pergi. Dah, Minhyun,"

Minhyun mengembalikan gagang telepon dengan lesu. Masih pagi, dan saat ia kembali ke kamar, Hyunbin masih tertidur pulas, meskipun sekarang selimut dan bantal sudah jadi berantakan. Si rubah manis memaksakan senyum.

Yah, paling tidak ada Hyunbin...

~.X.~

Besok hari Natal! Bayi berumur satu tahun kurang sehari tidak mengerti hal ini, tapi tetap saja Hyunbin girang melihat pohon natal kertas yang menghiasi meja kotatsu. Pohon kertas kecil itu dikeluarkan Minhyun dari dalam kamar neneknya. Lampu-lampu kecilnya berkerlap-kerlip warna-warni.

Namun, Minhyun yang hapal tabiat Hyunbin yang suka memakan apapun yang menarik mata, tidak lama kemudian memindah pohon kertas itu ke atas laci. Si bayi berambut hitam sudah separuh jalan memanjat kotatsu saat Minhyun kembali ke ruang tengah tepat waktu. Ia tertawa kecil, mengeluarkan ponsel, dan memotret adiknya yang sekarang berusaha meraih pohon natal di atas laci.

"Huuuunnnnghhhh! Minyuuuu!" Hyunbin menarik-narik ujung celana Minhyun, menunjuk-nunjuk pohon natal kertas di atas laci. "Guuufuuuuffiiii? Fuufiiii fuuuufiii! Minyuu?"

"Apba?" Minhyun segera mengalihkan perhatian, menggendong Hyunbin dan menjauhkan bayi itu dari laci. Hyunbin sedikit merengek, masih berusaha meraih pohon itu dari balik bahu Minhyun. "Hyunbin, apba?"

"Hiiiihhh! Naaa!" Hyunbin menggeleng dan memberontak, tapi kakaknya mendudukkannya di kursi. "Fuuuffiiii!"

Minhyun meletakkan botol susu di depan Hyunbin-sebelum ia berbalik untuk menyelesaikan masakannya, bayi nakal itu menampik botolnya sampai jatuh dari meja makan.

"Naaa!" jeritnya.

"Hyunbin, apba. Ayo mamam," ujar Minhyun tegas, meletakkan lagi botol itu di depan Hyunbin.

Hyunbin menampiknya jatuh lagi, lalu menatap Minhyun cemberut. Kakaknya hanya diam, lalu menghiraukannya, sudah terbiasa dengan rewelnya Hyunbin saat waktu makan. Mau tidak mau ia harus mengatur jam makan bayi itu agar pencernaannya sehat juga. Minhyun tidak suka memanjakan Hyunbin, dan karena dirinya juga masih anak-anak, mudah baginya menghiraukan rengekan bayi-selama tidak ada orang dewasa yang akan menganggapnya tidak peduli.

Hyunbin tidak senang dengan reaksi Minhyun, masih menunggu dan memandangi kakaknya dengan cemberut. Minhyun tidak kunjung memperhatikannya, terus sibuk dengan apapun itu. Si bayi mengira Minhyun marah karena ia menjatuhkan botol susu, dan sambil menggembungkan pipi, ia turun dari kursi, merangkak mengambil botolnya dan menggigit dot-nya dengan wajah muram.

Mata hitamnya menatap Minhyun penuh harap, tapi kakaknya tetap saja tidak memperhatikannya. Jadi Hyunbin merangkak lagi, botol susunya menggantung dari mulut, lalu memeluk kaki Minhyun-satu-satunya cara yang ia tahu bisa menarik perhatian si rubah manis.

Terang saja, Minhyun menunduk menatapnya, dan melihat bahwa ia meminum susunya, si rubah manis tertawa kecil, menggendong adiknya yang berambut merah itu.

baby hyunbin ♕ minhyunbin ♔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang