Minhyun

1.5K 228 65
                                    

I do not own the story.
Original story by Esile the Raven.

.

.

Waktu itu musim hujan petir dan mati lampu di desa. Hyunbin kecil tidak takut petir. Ia suka memandangi kilatan cahaya mengerikan menyinari langit dan menyambar suatu tempat nun jauh di sana. Menurutnya itu seperti sihir.

Tapi ia tidak terlalu suka kalau mati lampu. Saat lampu tiba-tiba padam dan hari saat itu sangat gelap, bayi itu menangis keras-keras. Tapi tidak ada yang datang biar sekencang atau selama apapun ia menangis.

Hyunbin bersembunyi di bawah meja, memejamkan mata. Kegelapan membuatnya merasa sendirian dan mengingat hal-hal buruk. Ia terlalu kecil untuk mengingat hal-hal mengerikan yang ia dengar saat ayah dan ibunya masih membawanya di medan kerja. Saat itu ia hanya mengingat kegelapan, karena mereka selalu harus bersembunyi. Teriakan kesakitan. Suara ledakan. Tembakan. Hyunbin hanya bisa mengingat suara-suara itu menjadi manifestasi mimpi buruk.

Tiba-tiba ia merasakan sebuah tangan dengan lembut menepuk-nepuk punggungnya.

"Hyunbin?" suara Minhyun memanggilnya lembut. Hyunbin merangkak keluar. Ia tidak bisa melihat, tapi ia bisa merasakan tangan dingin Minhyun memeluknya, dan pelukan Minhyun hangat sekali.

"Minyu..." Hyunbin melesakkan wajahnya ke baju Minhyun. "Agugii...?"

"Sebentar ya," kata Minhyun, sepertinya sedang mengerjakan sesuatu. Tiba-tiba saja ada suatu cahaya remang-remang yang hangat. Hyunbin berbalik dan terduduk di pangkuan Minhyun. Di atas meja ada lilin.

"Mufufiii!" sorak bayi berambut merah itu, dengan girang mencoba meraih api lilin, tapi Minhyun memeluknya erat.

"Udah, di sini aja..." Minhyun tertawa, mencium kepala adiknya. Hyunbin tergelak dan berguling untuk membalas pelukan kakaknya. Setelah mendudukkan Hyunbin lebih nyaman, Minhyun mengayun lembut, menimangnya.

Dan perlahan Hyunbin mulai mengantuk. Dan semuanya terasa begitu nyaman. Dan semuanya akan baik-baik saja.

~.X.~

Rasanya seakan dunia bersekongkol menentangnya. Tapi itu hanya pikiran dramatis remaja. Hyunbin bersikap memberi jarak dengan Minhyun semenjak pesta pernikahan Sungjae. Saat pulang dari pesta, ia langsung masuk ke kamar apartemennya sendiri, dan sejak saat itu tidak pernah lagi menyelonong masuk ke kamar apartemen Minhyun.

Ia tidak mau kalau rasa sukanya pada Minhyun membuatnya susah. Harusnya bukan seperti ini. Tapi Hyunbin belum bisa apa-apa sementara ia masih hanya seorang mahasiswa. Minhyun memang tidak masalah menghadapi rumor aneh, tapi jika berkaitan Hyunbin, Hyunbin akan mendapat dampak yang cukup fatal. Reputasinya sebagai seorang mahasiswa bisa tercoreng.

Semua akan berbeda kalau ia kuliah di luar negeri, tapi itu artinya giliran dia yang meninggalkan Minhyun. Hyunbin tidak mau.

Jadi ia menenggelamkan diri dalam kuliah, sefokus mungkin, secepat mungkin ia ingin menyelesaikan kuliah dan benar-benar jadi orang dewasa. Hyunbin hampir sering tidak pulang ke apartemen, dan ini bagus, karena jika ia tidak ingin rumor semakin menyebar kalau ada yang menyiarkan bahwa dirinya dan Minhyun adalah tetangga.

Tapi...

Saat itu Hyunbin pulang ke apartemen untuk memeriksa surat. Ternyata beberapa tukang angkut sedang menurunkan barang dari lantai atas, dan mereka agak lama baru menurunkan sebuah piano yang Hyunbin tahu dari mana dan milik siapa piano itu.

"Itu punya Hwang Minhyun, kan?" Hyunbin bertanya pada tukang angkut yang sudah selesai menurunkan piano melalui pengerek dari luar. "Memangnya ada apa?"

baby hyunbin ♕ minhyunbin ♔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang