Jalan dan Lari

1.6K 334 34
                                    

I do not own the story.
Original story by Esile the Raven.

.

.

Akhir liburan musim dingin seakan meluncur setelah Natal. Minhyun tidak merasakan suasana Natal maupun Tahun Baru; baginya saat itu Natal adalah Ulang Tahun Hyunbin, dan Tahun Baru adalah sesi belajar jalan Hyunbin.

Bayi yang kini sudah tidak botak itu belajar cepat sekali. Ia masih harus berpegangan dinding atau kursi, atau meja saat berjalan, namun sudah bisa tiga langkah tanpa pegangan. Yang tidak terkira, tiga langkah itu adalah tiga level baru keributan di rumah.

"Na—NAAA!" seperti biasa, Hyunbin selalu rewel kalau tahu akan diseret ke kamar mandi. Sementara Minhyun melepaskan popoknya, bayi bandel itu mengambil kesempatan! Dia bertumpu, berpegangan pinggiran bak mandi, lalu berjalan tiga langkah ke pintu keluar sebelum merangkak dengan gesit.

"Hyunbiiiiiin!" keluh Minhyun sebal, nyaris terpeleset celana adiknya, tapi cukup gesit membuang popok adiknya di tong sampah. Untung saja Hyunbin belum bisa berlari—entah bagaimana dia harus menyeret bayi itu ke kamar mandi kalau dia sudah bisa berlari? Menyeret Hyunbin yang menjerit-jerit kembali ke kamar mandi, Minhyun tanpa ampun menjeburkan adiknya dan menyiraminya dengan gayung air.

"NAAAAA! NAAAA! AABFFUUUHHH!"

"Makanya jangan nakaaaal!" seru Minhyun sebal.

Memang dia pernah baca di internet cara memandikan bayi yang benar, tapi Minhyun juga masih anak-anak, dan kadang emosi membuatnya bertindak bodoh juga. Untungnya Hyunbin tidak pernah menangis kalau urusan mandi atau keramas, hanya mengambek.

Mengambek Hyunbin adalah semacam tarik tambang antara ingin diperhatikan tapi tidak ingin diperhatikan. Minhyun sih mengerti saja maksudnya. Pertama, bayi itu akan merangkak ke arah Minhyun, memukul-mukul kakinya sambil berceloteh keras. Setelah itu dia merangkak pergi, cukup jauh, sampai dia sadar Minhyun tidak memperhatikannya. Baru dia kembali untuk memukul-mukul kaki kakaknya lagi, dan begitu terus berulang-ulang.

Sampai waktunya makan malam, akhirnya Minhyun memperhatikannya. Hyunbin segera saja merangkak kabur, jelas menikmati kalau kakaknya mengejar-ngejar dirinya.

"Hyunbiiin...mamam dulu siniiii!" seru Minhyun, mondar-mandir di koridor mengikuti adiknya yang merangkak begitu cepat sambil tertawa-tawa. Akhirnya Minhyun, berusaha bersabar, mengikuti adiknya pelan-pelan di belakang agak jauh dan lambat.

"Ya sudah, aku pergi ya?" ujar Minhyun, meskipun ia masih mengikuti Hyunbin pelan-pelan. "Bai-bai, ya...? Aku nggak mau main sama Hyunbin ya..."

Hyunbin berhenti merangkak dan berbalik, melihat Minhyun pura-pura mau pergi, berjingkat ke dapur. Ia merengut, dan duduk di lantai.

"Minyuu?" panggilnya.

"Hnn, aku nggak mau ah, Hyunbin nggak mau mamam," kata Minhyun pura-pura marah, semakin lama semakin menjauhi Hyunbin. Bayi itu paling tidak suka jika ditinggal Minhyun dengan sengaja.

"Hnnnggg!" rengeknya, lalu diam sejenak, beringsut ke dinding. Hyunbin berdiri. Minhyun terdiam dan dengan was-was mengawasi adiknya, berjalan berpegangan dinding. Kakaknya malah melangkah menjauh saat Hyunbin hampir meraihnya.

Dan akhirnya, tidak ada pilihan bagi Hyunbin—ia harus berjalan menyeberang ruangan kalau ingin menangkap kakaknya. Bayi itu meringis kesal, memukul-mukul dinding.

"Hnnnn...Miinyuuu..." rengeknya, satu tangan berusaha meraih Minhyun, yang hanya berdiri di sana, tidak tersenyum, masih memegangi mangkuk makanannya. "Apbaa..."

Tapi Minhyun tidak bergerak meskipun Hyunbin sudah setuju mau makan. Menggembungkan pipinya, akhirnya Hyunbin melepas satu tangan dan mulai melangkah menjauh dari dinding.

Satu langkah. Hyunbin sedikit oleng, tapi ia berhasil berdiri. Ia terdiam sejenak, mengernyit ke arah Minhyun, sepertinya tidak yakin bisa berjalan satu langkah lagi. Namun, kecemasannya berkurang. Minhyun melangkah satu kali juga.

Hyunbin pun mencoba melangkah satu kali lagi. Matanya berbinar melihat kakaknya juga melangkah mendekatinya satu kali. Ia menggembungkan pipinya lagi, lalu cepat-cepat melangkah. Satu, dua, tiga langkah! Ia hampir terjatuh, tapi dengan keras kepala, ia menjejakkan kaki kecilnya ke lantai, sedikit lebar, agar bisa berdiri tegap.

Minhyun juga melangkah tiga kali ke arahnya, dan Hyunbin sedikit lagi bisa meraih kakaknya.

"Mi...Miinyuu..." gumam Hyunbin, dan melihat Minhyun tersenyum, ia terdiam. Tiba-tiba kakaknya berlutut dan merentangkan tangannya ke arah dirinya. Rasanya dekat sekali, dan Hyunbin tanpa takut lagi melangkah ke arah kakaknya. Satu, dua, tiga, empat langkah. Satu langkah lagi, nyaris terjatuh, tapi tiba-tiba kedua tangan kakaknya menangkapnya.

Hyunbin sudah sampai!

"Heehee! Ffuuuf!" soraknya.

"Waah, anak pintaar! Hyunbin sudah bisa berjalan yaa?" puji Minhyun bangga, menggendong adiknya yang tergelak riang dan memeluk kakaknya erat dengan tangan kecilnya. Hyunbin terkikik senang ketika Minhyun mengusap-usap kepalanya gemas.

Minhyun merekam Hyunbin berjalan mengelilingi ruang tengah setelah itu. Semuanya senang.

Sayangnya, setelah itu, yang ditakutkan Minhyun menjadi kenyataan.

Setelah yakin sekali dirinya bisa berjalan, Hyunbin langsung saja bisa berlari. Baru sehari ia bisa berjalan, besoknya ia sudah lari-lari memutari isi rumah, menabrak kursi, tersandung bantal duduk, jatuh berguling menabrak kotatsu—rumah berisi suara gemuruh mengerikan dan Minhyun merasa dia harus memasung adiknya dan mengusir makhluk jahat di dalamnya.

BRUAKK!

Hyunbin terdiam, baru saja kepalanya membentur lemari dan ia jatuh terduduk. Minhyun menarik napas menguatkan diri.

"Dasar nakal," gumamnya, lalu menghampiri adiknya, memeriksa lebam di kepalanya—untungnya tidak tampak terlalu parah. "Sakit?"

"Akit," Hyunbin mengangguk.

"Mau lagi?"

"Naa," bayi berambut merah itu menggeleng.

"Yaudah, berarti nggak apa-apa, kan?" Minhyun menepuk kepala Hyunbin. Bayi itu mengerjap, lalu menjulurkan kedua tangan kecilnya ke kakaknya. "Kenapa? Gendong?"

"Ennn!" ujarnya riang dan penuh harap, dan terkikik geli ketika kakaknya menggendongnya. Dan meskipun Minhyun bilang dia 'nggak apa-apa', kakaknya langsung mencium keningnya, dan Hyunbin kecil tahu ia tidak perlu takut merasa sakit atau terluka. Kakaknya akan selalu ada untuk menyembuhkannya.

.

.

TBC

.

.

Haloo makasih jawabannya tentang moonbin ya hehe yg pernah baca ffnya ada rekomendasi ga??

Sampe ketemu di chap selanjutnya!

dinodeer.

baby hyunbin ♕ minhyunbin ♔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang