Di Balik Pintu [END]

2.7K 256 132
                                    

I do not own the story.
Original story by Esile the Raven.

.

.

"Terima kasih sudah mengundangku lagi, Mr. Lovro."

Pada saat penampilan Lotus Orchestra bulan Februari lalu, Minhyun tidak mengikuti jamuan dengan anggota orkestra lainnya; ia terburu-buru pulang karena urusan keluarga. Sang promotor adalah pria yang telah menemukan bakat Minhyun dan memberinya beasiswa ke Austria.

Mr. Lovro menggeleng. "Aku masih ingin bicara lebih banyak denganmu, Minhyun. Saat aku memberikanmu beasiswa, aku tahu kau punya potensi, tapi saat ini kau sangat melebihi harapanku. Selain itu, aku juga ingin membicarakan kasus yang mencelakakan ayahmu lebih detil."

"Tentu saja."

Berbeda dengan banyak orang lain, Mr. Lovro tidak sungkan menanyai pembakaran rumah lelang yang menewaskan ayah Minhyun. Pria itu adalah kakak dari pemilik rumah lelang, dan mungkin juga keputusannya memberi Minhyun beasiswa adalah karena merasa bersalah. Walaupun pelaku pembakar gedung lelang telah ditangkap, pria yang mendekati usia pensiun itu masih merasa bertanggung jawab atas Minhyun.

"Tapi, anda tidak perlu terus menerus merasa seperti itu, Mr. Lovro."

"Aku juga mengerti hal itu," ujar Mr. Lovro. Mereka berada di restoran rooftop Rapier Hall, aula pertunjukkan miliknya. "Tapi aku tidak hanya melakukan ini karena rasa bersalah, Minhyun. Aku bangga padamu. Kau seperti anakku sendiri."

Minhyun tertegun, sama sekali tidak memperhatikan pelayan yang menawarinya anggur. Telat beberapa detik, baru ia meminta si pelayan mengisi gelasnya dengan anggur putih. Ini pertama kalinya ada yang mengatakan hal seperti itu padanya. Minhyun punya ayah tiri, tapi biarpun hubungan mereka baik, mereka tidak dekat. Ia juga sempat berada di bawah asuhan keluarga Kwon, namun hanya untuk waktu yang singkat, dan pasangan itu sibuk dengan pekerjaan.

"Mungkin kalau kau bisa tinggal lebih lama, akan kuperkenalkan dengan keluargaku."

"Wah, saya mau sekali. Sayangnya mungkin tidak dalam waktu dekat." Melihat tatapan bertanya promotornya, Minhyun tersenyum sopan. "Saat ini saya sedang mencari apartemen lagi di Korea. Saya ingin mengajak adik angkat saya tinggal bersama."

"Adik angkat...? Bukankah kau sebenarnya diberi tanggung jawab oleh pasangan Kwon sebagai wali-nya?"

"Ah, bagaimana ya...saya sudah merawat Hyunbin saat saya sendiri masih anak-anak, jadi aneh sekali menyebutnya 'anak angkat'..." Sejenak, mereka menikmati anggur, dan membicarakan tahun dan merknya. Tidak lama kemudian, pelayan menyajikan hidangan makan malam mereka, dan percakapan berlanjut. "Tapi anda pasti senang sekali memiliki keluarga, Mr. Lovro?"

"Aku beruntung." Mr. Lovro tersenyum bijak. "Keluarga itu penting. Tapi apakah keluarga yang kita miliki adalah rumah, tidak semuanya seberuntung itu."

Minhyun terdiam lagi sejenak.

"How come?"

"Kita bisa bekerja keras untuk keluarga. Tapi kadang ada orang-orang yang lebih memilih bekerja daripada pulang, karena mereka tidak merasa berada di antara keluarganya seperti di 'rumah'. Anak-anak muda cenderung merasa seperti ini. House is a place to go home, to rest, and to belong. Ini lebih penting dari pada memiliki keluarga utuh dan rumah yang bagus."

Entah kenapa ia semakin mengingat nenek dan Hyunbin. Dan rumah kecil mereka di desa. Dan halaman belakang yang dipenuhi bunga. Lebih dari rumahnya sendiri, Minhyun merasa lebih berada di 'rumah' saat tinggal dengan Hyunbin dan nenek. Sebelum Hyunbin datang, rumah nenek hanya terasa seperti tempat singgah. Ia merasa tidak bisa nyaman dan menyesuaikan diri.

baby hyunbin ♕ minhyunbin ♔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang