Taring Semua

1.7K 295 160
                                    


I do not own the story.
Original story by Esile the Raven.

.

Sebenarnya hari itu tidak ada yang istimewa. Jaehyun sedang membaca di bawah rimbunan pohon, duduk di pinggir kotak pasir. Taeyong sedang membuat kue lumpur dari pasir, membuat sedikit lumpur dengan air dari ember kecil yang ia bawa di dalam kotak pasir dan menumpuk 'kue-kue' itu di pinggir.

Anak-anak lainnya yang bermain di taman itu tampaknya lebih ingin duduk-duduk karena akhir bulan Juli itu begitu terik.

"Njam!" tiba-tiba seorang anak yang lebih besar dari taman kanak-kanak, menarik ember air Taeyong dan membuang isinya ke kotak pasir.

"Aaah! Angan!" seru Taeyong, matanya berkaca-kaca, dan dia buru-buru balas menarik embernya. Namun anak berkaca mata itu, Kang Dongho, balas menarik lebih kasar. Jaehyun melihat ini, menutup bukunya dan buru-buru membantu Taeyong.

"Don't!" seru Jaehyun tegas, lalu berhasil menyambar ember Taeyong, dan mengembalikannya pada temannya. Ia dengan wajah mungil itu bisa-bisanya menunjukkan ekspresi penuh otoritas dan menunjuk Dongho dengan ujung jari yang menuduh. "Baaa...bo!"

Dongho memerah marah, lalu mendorong Taeyong sampai jatuh ke kotak pasir. Si kecil itu tersentak kaget, menghancurkan tatakan kue-kue lumpurnya dan lututnya tergores pinggir kotak pasir hingga berdarah.

"U...Uuu...!?"

"Babo!" seru Jaehyun lagi, lebih marah, lalu balas mendorong Dongho dan berusaha menyambar ember Taeyong. "No! No! No!"

"Aku pinjaaam!" rengek Dongho, lalu mendorong Jaehyun juga sampai jatuh. Jaehyun mengepalkan tangan kecilnya geram karena tidak bisa membantu Taeyong.

"Akaaai!" tiba-tiba ketiga anak itu menoleh melihat Hyunbin yang berdiri di belakang Dongho. "Nyakai!" tuduhnya pada Dongho, mengatai anak itu nakal. Dongho merengut dan dengan kasar mendorong Hyunbin.

Tapi Hyunbin balas mendorong. Dongho mendorong anak itu lagi sampai jatuh, lalu lari.

Dan mata hitam Hyunbin berkilat, cengiran iblis kecil melebar di wajahnya. Ia merangkak cepat, lalu berdiri, menghambur dan menjatuhkan Dongho dari belakang. Sebelum Dongho sempat menendang, Hyunbin sekuat tenaga menggigit betis anak itu.

Bocah berkacamata itu terkesiap.

"AAAAAHHHH! AKIIIIT!" tangisnya heboh, karena benar saja, ia tidak melebih-lebihkan—gigi-gigi Hyunbin menancap ke dalam betisnya sampai darah mengucur dari bekas gigitan kecil-kecil.

~.X.~

Nenek dan Minhyun saling tukar pandang bingung. Hyunbin duduk di seberang meja, tampak tidak peduli, bermain dengan balok-balok puzzle. Pak Seunghyun marah sekali saat beliau tahu bahwa Hyunbin menggigit kaki anaknya sampai berdarah. Lebih dari 'bagaimana sih cara kalian mendidik anak', Minhyun tidak paham dengan pertumbuhan gigi adiknya itu.

"Apa dia vampir?"

"Hnn, sebenarnya seingat nenek, ayahnya Hyunbin juga giginya taring semua. Sebenarnya bukannya taring semua, cuma tajam-tajam entah kenapa."

"Hyunbin," Minhyun memanggil, lalu duduk berlutut di sebelah kursi Hyunbin. Si kecil langsung cerah wajahnya, puzzle-nya terlupakan.

"Hyuuung!"

"Coba sini, lihat dulu," Minhyun merengkuh wajah kecil Hyunbin, lalu ibu jarinya dengan lembut menggeser bibir atasnya agar bisa melihat bagian dalam mulut Hyunbin. Baru ada empat gigi. Dua di atas, satu seri, satu taring, dua di bawah, satu seri satu geraham. "Aaa', coba?"

baby hyunbin ♕ minhyunbin ♔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang