part 19

91 7 33
                                    

Hayy gak ada yang rindu SPH nih😑😕

Vote dan coment ya......

Happy reading....

Typo bertebaran......

*****

"Telat juga" suara seseorang dari belakang dinda dkk.

"Fariz" ucap dinda heran lebih tepatnya bertanya tanya, pasalnya cowok tersebut adalah ketua osis.

Fariz Giandra. Meski masih kelas X dia sudah menjadi ketua osis waktu pemilihan kemarin, seharusnya memang kelas XI tapi karena lulus tes dengan nilai tertinggi dan pengalaman di SMP pun ia menjadi ketua osis.

Dinda akui Fariz memang tampan, cool, baik mungkin, dan juga jabatan yang tinggi sekaligus terhormat. Dan yang dinda sedikit tau dari desas desus waktu pemilihan, mereka memilih Fariz karen tampan. Dinda pun begitu tapi ia tidak ingin berurusan dengan hal itu.

"Hai" sapa Fariz pada dinda dkk, lebih tepatnya mungkin pada dinda karena tatapannya hanya tertuju pada gadis tersebut.

"Hai juga" jawab dinda. Temannya hanya melambaikan tangan dan masih heran dengan pria itu.

"Kok kalian ngeliatin gue gitu? Ada yang salah" tembak Fariz saat dirinya merasa risih diperhatikan secara intens seperti orang asing yang sok akrab.

"Ehh..gak papa si. Cuma ko lo bisa telat si? Lo kan ketos.." Bingung arianti karena dirinya lah yang terlalu intens melihat Fariz dengan mimik muka aneh.

"Emangnya kalo ketos gak boleh telat?" Tembak Fariz lagi dan membuat Arianti bungkam serta teman temannya yang langsung mengubah mimik terkejutnya tadi.

Mereka berlima saling bungkam tidak ada yang mau bicara bahkan teman teman dinda pun tak ada yang bercerita, sampai akhirnya datanglah Bu Ani dengan satu batang lidi ditangannya dan ada Pak Alwi yang membawa penggaris kayu.

Jangan dikira mereka berlima akan takut dengan Pak Alwi yang membawa penggaris kayu, tapi justru mereka takut pada Bu Ani dengan senjatanya andalannya satu buah lidi.

Kalian pasti tau rasanya di sabet...eh apa yah emm sejenis di pukul atau du cambuk gitu dengan satu batang lidi. Pasti rasanya perih, sakit, panas, pegel. Ah intinya campur aduk.

"Loh kok banyak banget yang sekarang telat?" Tanya Bu Ani sembari datang ke arah mereka.

Sudah bisa di pastikan wajah dinda dan ketiga temannya pucat pasi, pasalnya mereka tidak pernah terlambat seperti ini.

Dan ekspresi Fariz? Biasa saja tetap tenang. Aneh bukan, sebagai ketua osis seharusnya menjadi contoh bukan palah seperti ini. Terlambat tidak ada takut takutnya lagi.

Dinda dkk bungkam tidak berani menjawab pertanyaan tadi, mana mungkin mereka akan menjawab bahwa mereka begadang dan tidur terlarut malam. Sudah pastinya gueu tersebut akan marah dan hukumannya bisa melebihi batas kemampuan murid. lebay.

"Dan kamu Fariz.... kamu ini ketua osis, kenapa selalu telat mulu setiap harinya? Ibu cape ngurusin kamu, nama kamu udah penuhin buku ibu dan habisin pulpen ibu!" Kata Bu Ani yang terlihat sudah lelah mengurusi satu anak itu.

Dinda dkk melongo mendengar pernyataan Bu Ani tadi, mana mungkin ketua osis malah menjadi teladan buruk.

Fariz hanya menanggapi respon dinda dkk dengan tersenyum miring, dia memang seperti ini tapi bukan tanpa alasan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang Pemilik Hati [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang