2

219 36 38
                                    

-2011-
Tujuh Tahun yang Lalu

Setelah seminggu, kegiatan Ospek resmi berakhir. Rasanya hampir semua mahasiswa baru mengucap syukur. Bagaimana tidak? Mereka diwajibkan sampai ke kampus pukul 6.00 pagi selama seminggu ini. Dan baru bisa pulang pukul 18.00. Belum lagi disuruh ini dan itu. Benar-benar melelahkan. 'Goodbye hari hari melelahkan' kata mereka. Mereka tidak tau saja kehidupan perkuliahan lebih melelahkan dengan setumpuk tugas, paper, kuis dan bala-balanya. Botak-botak dah kepala habis ini. Selamat berburu shampo anti rontok.

Sebagai pertanda berakhirnya kegiatan Ospek akan diadakan malam inagurasi. Ini adalah malam 'YDYP' alias Yang Datang Yang Pergi. Menyambut mahasiswa baru dan melepas senior yang baru saja diwisuda.

Pada malam inagurasi ini diisi kegiatan pementasan seni yang menyenangkan. Karena itu banyak yang datang berpasangan untuk menikmati acara. Sebetulnya, datang tidak harus berpasangan. Hanya saja para mahasiswa beranggapan nggak afdol kalau nggak bawa pasangan. 'Truk aja gandengan, masa lo nggak' begitu kata mereka. Terkutuklah yang membuat kalimat itu. Hohoho benar-benar tak ber-keprijomblo-an. Tidak kah kalian kasihan dengan para-para fakir asmara? Para jomblo yang gigit jari? Para jones yang menangis dipojokan? Eh,

Dan malam ini seperti kesepakan mereka, Galih akan membawa Tara sebagai pasangan.

Drrtt...drrtt...drrtt

Tara menggapai ponselnya. "Halo."

"Saya sudah di depan rumah kamu," ujar Galih di seberang sana. Tadi memang sebelum berangkat menjemput Tara, dia sudah menanyakan alamat Tara.

"Iya tunggu bentar," sahut Tara lalu menutup panggilan. Dia masih sibuk berdandan. Bukan dandan menor ala-ala tante-tante hitz, hanya dandanan minimalis. Dia tidak ingin mempermalukan Galih tentunya. Nanti dikira si ganteng dan babunya begitu pikirnya. Tara tidak tau saja setelah adegan ala-ala pingsan nya, dia jadi primadona baru yang sering diperbincangkan.

Tara turun dari kamarnya. Dilihatnya Galih sudah duduk ganteng di ruang tamunya. Ada orang tuanya juga ternyata. Mereka sibuk berbincang. Elahh kenapa pake masuk segala sih? Alamat ditanya tanya petugas sensus gue habis ini, ck! Dumalnya dalam hati.

Mereka serempak menoleh ke arah Tara yang baru saja turun. Galih menatap Tara lekat beberapa lama. Hingga sebuah suara membuyarkan pandangannya.

"Ehem." Dehem papa Tara.

Galih tersenyum simpul menutupi rasa malunya. Nah loh! Ke-gap.

Sementara Tara dari tadi juga sibuk menilai penampilan Galih dari atas sampai bawah. Baju? Oke! Rambut? Oke! Celana? oke! Ini nih yang paling penting! Ganteng! Nggak kuat dedek, bang!
Dia langsung mengenyahkan pikirannya barusan. "Apaan banget sih gue?" gumannya pelan.

"Kamu bilang apa barusan, Tara?" tanya Mamanya penasaran dengan yang digumamkan Tara.

"Nggak ngomong apa-apa, Ma. Mama salah denger kali." Tara menyahut cepat. Dia ingin segera pergi agar terhindar dari ke-kepoan mamanya.
"Yuk, Kak. Nanti kita telat."

Galih mengangguk. "Om, Tante, kami pergi dulu. Saya pastikan, Tara aman bersama saya."

Galih mencium tangan orang tua Tara berpamitan. Tampak mamanya, berseri-seri seperti dapat arisan. Tara yang melihat itu memutar bola matanya malas. Hadeh! Pasti nih! Pasti habis ini gue diserbu emak gueLagian sok-sok an cium tangan segala sih!'

PrimroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang