Warning typo beranak-pinak
Tara menuruni tangga mengikuti Galih. Dia celingak-celinguk mengamati suasana rumah. Sepi. Hari memang masih siang. Tante Erna mungkin masih sibuk di dapur. Diliatnya Galih, berjalan ke arah berlawanan dari tempat datangnya Tante Erna tadi.
"Kak, aku ke dapur aja deh bantuin tante." Tara menarik baju kaus Galih agar pemuda itu berhenti berjalan.
Galih membalikan badannya menatap Tara ingin tahu, alisnya naik. "Ke dapur? Ngapain? Memangnya kamu bisa masak?" tanyanya sedikit pandangan mencemooh.
Mendengar itu, Tara mencebikkan bibirnya bersungut-sungut. Menyebalkan! Galih benar-benar menyebalkan! Ingin rasanya Tara menendang tulang kering lelaki di depannya ini. Dia menatap Galih kesal. Ck! Tamu nendang tuan rumah dosa nggak ya? Tanya Tara dalam hati.
Melihat ekspresi Tara, bibir Galih berkedut menahan tawa. Menggoda Tara menjadi hobi baru baginya. Ekspresi kesal Tara itu loh, sangat dinantinya. Lucu! Itu belum termasuk tindakan-tindakan aneh lain yang akan dilakukan Tara kalau kesal. Gemes, gue kekepin juga nih, batinnya.
"Dasar Jelek!"
Galih menyemburkan tawanya. Dia mendekat merangkul leher Tara. Diacaknya rambut gadis itu. Tara kesal bukan main. Dia memukul-mukul lengan Galih keras. Merah-merah deh tuh tangan! Sukurin! Jahil sih. Rasakan pembalasan Tara! Dendam Nyi Tara! Ups!
Tara mendelik kesal menatap wajah Galih yang berjarak beberapa senti dari wajahnya. Galih tersenyum menatapnya. Mereka bersitatap. Tara terpaku. Ganteng, Hayati lemah Bang. Eh... Eh... Gue kan lagi kesel. Duh Tara goblog banget sih. Disenyumin dikit lumer, batinnya.
"Gantengnya nggak manusiawi sih," celetuk Tara tanpa sadar.
Galih terkekeh pelan. Salah satu yang disukai dari gadis ini, Tara benar-benar apa adanya. Dia bahkan tidak sibuk jaga image di depannya seperti yang biasa gadis-gadis lakukan jika bersamanya. "Terpesona, eh?" Galih menaik-turunkan alisnya menggoda.
Tara memukul pelan bibirnya. Malu! Dia keceplosan. Ingin rasanya, dia membukus wajahnya dengan kantung plastik sekarang juga. Dia harus menghindar. Galih pasti akan meledeknya habis-habisan. Bisa turun pamornya. Dia menarik paksa tangan Galih agar terbebas dari rangkulan Galih. "Lepas iih. Aku mau bantu tante, Kak!" sentaknya.
Galih melepaskan rangkulannya. "Mau jadi calon mantu yang baik, ceritanya?" ledek Galih.
"Eh, kok tau sih?" ceplos Tara. Ups! "Eh... Nggak! Nggak! Apaan! Situ oke?" sangkalnya kemudian.
Oh my god, gue ngomong apa barusan? Kudu operasi muka nih gue. Malu woy! Teriak batinnya. Tumben dia merasa malu. Padahal biasanya malu-maluin. Cantik-cantik geblek!
Galih terpingkal memegangi perutnya. Ya ampun, Tara benar-benar lucu di matanya. Hanya dalam beberapa, dia keceplosan dua kali. Dia mencubit kedua pipi Tara, gemas. Galih mengelengkan kepalanya pelan. "Tara... Tara, lucu banget sih kamu."
Tara menghentakan kakinya kesal. Sejak kejadian di warung bakso dia masih kesal dengan Galih. Sekarang bisa-bisanya pria itu mengoloknya. Tara memberengut. "Au... ah, gelap. Aku mau ke dapur. Ngeladenin orang gila, ntar aku ikut gila."
KAMU SEDANG MEMBACA
Primrose
RandomBagi Gilang tak pernah terbayangkan harus menggantikan saudara kembarnya sebagai mempelai pria. Menikah dengan wanita yang tidak pernah dikenalnya, wanita yang begitu terpuruk karena kepergian kekasihnya. Berawal dari rasa iba, perlahan cinta itu mu...