7

118 10 2
                                    


Tara melongo, mulutnya menganga. Dia terkejut akibat perkataan Galih.  Matanya lalu mengedip-ngedip tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Dia masih seperti orang bodoh menatap Galih. Telinganya tidak salah dengarkan? Tapi sepertinya tidak, dia rajin membersihkan telinga. Tidak mungkin kotoran telinganya menyumbat pendengaran. Iyuh!

"M-maksud Kakak apa ya?" Tara tergagap bertanya.

Galih menaikan alisnya tidak habis pikir kenapa Tara jadi lemot. Dia berjalan mendekat lalu memegang dua pundak Tara dengan kedua tangannya. Matanya menatap langsung ke bola mata Tara. "Kita pa-ca-ran. Paham?"

Tara mengangguk bodoh. Dia seperti terbius oleh tatapan Galih. Namun, sepersekian detik dia tersadar. Dia melepaskan tangan Galih yang dipundaknya. Apa-apan ini? Dia sedang kesal, tiba-tiba saja Galih berkata seperti itu. Mana bisa pacaran begitu saja? Bahkan Galih tidak mengatakan suka padanya. Dia menatap Galih sebal. "Iih kok gitu?! Masa kayak gini doang?! Aku kan mau ditembak kayak di drama-drama Korea. Makan malam romantis di taman. Ada dekorasi love-love nya gitu." Tara mencebikkan bibirnya.

Dahi Galih berkerut menatap Tara. "Jadi nggak mau?"

"Ya mau sih! Eh! Nggak! Nggak! Masa gini doang?! Nyebelin!" Tara menghentakan kakinya ke tanah. Hancur sudah impiannya makan malam romantis. Apalagi untuk moment pacar pertama. Ingin rasanya dia memukul Galih dengan tasnya. Tapi sayang! Lah!
Kalau gue pukul, dia bonyok. Ntar nggak ganteng lagi. Masa pacar gue jadi jelek. Dilema gue! Batinnya bimbang.

"Jadi beneran nggak mau?" tanya Galih lagi.

"Nggak!!!" jawab Tara meninggi. Dia memberengut menatap Galih.

"Ooh ... lagian siapa yang minta pendapat kamu?" ucap Galih santai. Dia memandang Tara dengan sedikit menggoda.

Tara menatap sinis Galih. "Maksudnya?"

"Masih ingat dengan tiga perjanjian kita? Ini permintaan kedua. Kamu tidak bisa menolak! Jadi kita pacaran mulai detik ini, dengan persetujuanmu ataupun tidak!" terang Galih, tegas.

Tara melotot tidak oercaya dengan ucapan Galih barusan. Emosinya naik seketika. "Ishh! Mana bisa begitu?!! Nggak mau! Pokoknya mau makan malam romantis ala drama Korea! Nggak mau kayak gini!" Tara memukul-mukul bahu Galih anarkis. Singa betina mengamuk. Sukurin!

Galih mencoba menghindar. Tapi Tara seperti kesetanan memukulinya. Gila nih cewek, tenaganya samson.

"A-aduh! Stop it Tara!" Galih memegang kedua tangan Tara yang memukulinya. Tara terperangkap. Galih menatapnya lembut. Wajah Galih mendekat. Tara termangu.  Jantungnya berdebar kencang. Galih semakin mendekat. Wajah mereka berdekatan. Tara menutup matanya.  Hembusan napas Galih dapat dirasakannya. Namun, Galih justru merangkul leher Tara. Diacaknya rambut Tara. "Hidup nggak seindah drama Korea, Neng. Apalagi semulus paha girlband," kekehnya.

Tara membuka matanya lebar. Galih tersenyum padanya. "Lah! Nggak jadi?" tanya Tara tanpa sadar.

Galih membawa Tara yang masib dalan rangkulannya ke arah mobil. Dia menatap Tara bingung. "Nggak jadi apa?"

Tara mengalihkan pandangannya dari Galih. Dia menepuk jidad, pelan. Pikirannya benar-benar tidak beres. Sepertinya otaknya mulai korslet. Duh! Gue mikir apaan njir! Lagian tuh muka kenapa deket-deket sih! Ngeselin banget elah! Rutuknya dalam hati.

PrimroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang