10 : Dè javu

537 134 8
                                    

Yewon memasuki apartemennya dengan langkah lesu. Ia lelah setelah seharian beraktivitas.

Suara televisi dari ruang tengah membuat Yewon kaget. Dengan cepat Yewon melepas sepatunya dan masuk ke ruang tengah.

"Ya! Kim Chaewon!" seru Yewon ketika mendapati sang adik di ruang tengah, duduk di sofa dengan kaki di atas meja dan televisi yang menyala.

"Unnie-ya!!!" jerit Chaewon langsung berdiri dan berlari memeluk Yewon.

"Ya! Kenapa tidak mengabari dulu kalau kau datang? Jam berapa kau sampai. Kenapa tidak menelepon?"

"Unnie, sabarlah. Biar aku jelaskan perlahan. Ayo duduk dulu!"

"Ya! Ini rumahku!"

"Terserhalah.. ayo duduk!"

Chaewon menarik Yewon untuk duduk di sofa.

"Sekarang jelaskan!" desak Yewon saat ia dan adiknya sudak duduk.

"Aku sampai tepat pukul empat. Aku tau itu jam siaranmu, makanya aku tidak mengabari. Jangan marah-marah dulu!" jelas Chaewon.

"Ah, mianhae, Chae-ya. Utututu.... betapa pengertiannya adikku ini." Yewon mencubit pipi Chaewon.

"Ah, unnie..." Chaewon melepas cubitan Yewon dengan paksa.

"Hehehe..."

"Unnie! Aku lapar."

"Hmm... aku tidak punya apapun di lemari pendingin. Aku belum berbelanja."

"Yah..."

"Tapi, aku punya solusi lain."

* * *

"Yang benar saja, unnie? Kita akan makan di sini?" protes Chaewon saat mereka berada di depan tempat yang Yewon bilang solusi lain.

"Iya... apa kau tidak pernah makan di minimarket sebelumnya?" Ya, minimarket adalah hal yang Yewon maksud dengan solusi lain.

"Ayolah, unnie! Tidak adakah restoran kecil yang buka di sekitar sini. Setidaknya bukan minimarket. Lagi pula mau makan apa kita di sini? Ramyeon? Itu tidak sehat. Aku masih dalam masa pertumbuhan jadi perlu asupan gizi lebih banyak."

"Masa pertumbuhan apanya? Umurmu itu dua puluh dua tahun. Kita hanya sesekali saja makan ramyeon di minimarket. Percayalah, rasanya akan dua kali lipat lebih nikmat daripada makanan di restoran."

Yewon menarik paksa lengan Chaewon agar mau masuk ke minimarket. Tentu saja Chaewon memberontak, tapi akhirnya ia tetap mengalah dengan sang kakak walau hati berat.

"Kau mau mie apa? Ambilah!" perintah Yewon.

Chaewon menurut. Demi mengisi perutnya. Sementara Chaewon memilih mi instan, Yewon bertugas memilih kebutuhan dapur. Setelah dirasa cukup, Yewon membayarnya dan mengajak Chaewon untuk segera menyeduh mi milik mereka.

Mereka duduk di spot favorit Yewon. Duduk di kursi yang menghadap ke jalanan. Melihat jalanan yang ramai selalu membuat Yewon tenang.

"Unnie selalu makan di sini?" tanya Chaewon tiba-tiba.

"Tidak selalu, tapi kadang-kadang," jawab Yewon singkat.

"Jangan terlalu sering makan-makanan instan, unnie. Itu tidak sehat."

"Aigoo... calon dokter satu itu sudah menjadi dokter untukku rupanya."

"Hehe... doakan saja aku cepat lulus, agar aku bisa menjadi dokter untuk eomma, appa, dan unnie."

Pintu minimarket terbuka membuat Yewon menoleh. Baru saja seorang pria masuk ke dalam minimarket. Ia merasa ini seperti dè javu.

Yewon merasa hal seperti ini pernah terjadi. Ia duduk di minimarket ini, menunggu mie melembut, seorang pria masuk ke minimarket. Semuanya persis sama.

Dan pria yang masuk ke minimarket saat ini adalah orang yang Yewon kenal.

"Kim Donghyuk-ssi?" panggil Yewon memastikan.

Benar. Itu Donghyuk. Lalu, apa pria yang waktu itu juga seorang Kim Donghyuk?

# # #

Gimana? Gimana? Gimana?

Vomment kawaaann 🙏🙏

Voice [Umji x Donghyuk FF] 》END《Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang