Jiyeon pikir dengan keadaan sekolah yang sudah lengang merupakan suasana menenangkan sekaligus menyejukkan pikiran. Berjalan santai di lorong dalam keadaan—sedikit gelap, dengan perasaan takut yang menyapa diri perlahan-lahan. Namun, Jiyeon tetap mencoba untuk santai menghadapi situasi mencekam sekarang ini. Bernafas dengan teratur, kedua bola mata yang melihat-lihat keadaan sekitar ketika merasakan keganjilan, dan jantung yang berpacu dengan cepat diiringi bulir-bulir keringat yang menetes dari dahi membasahi wajahnya.
Gadis itu baru saja menyelesaikan tugas sekolah; piket dilantaran teman-teman yang khusus bertugas hari ini telah kabur. Sehingga dirinya begitu sibuk membersihkan wilayah sekolah yang begitu luas, sampai-sampai membuatnya pulang larut malam seperti ini. Akan tetapi kendati demikian, Jiyeon tidak mempermasalahkan hal tersebut. Karena bagaimanapun ia memiliki jabatan sebagai ketua kelas yang memang mempunyai tanggung jawab besar terhadap teman-temannya.
Tiba-tiba hawa dingin menyapa tubuhnya, membuat Jiyeon sedikit terlonjak sebagai respon alami untuk itu. Menengok sesekali ke belakang karena perasaan khawatir yang membuncah. Sepersekon kemudian, kedua obsidiannya tertarik untuk melihat sesuatu yang berdiri di atas atap sekolah. Memicingkan mata guna mempertajam penglihatan dimalam hari, Jiyeon mencoba melihat dengan seksama gerangan siapa itu. Mengulum bibir dengan degub jantung yang cepat, otaknya menyuruh agar melihat dengan dekat.
Lihat tidak, ya?
Kendati perasaan takut masih besar bersarang dalam dirinya, rasa penasaran jauh lebih besar dan menutupi rasa takut tersebut. Membuatnya melangkahkan kaki mendekat ke arah sana—menyusul ke atas. Mengingat sekarang sudah gelap, itu menambah rasa penasarannya akan sosok tersebut. Jiyeon berpikir hanya ia sendiri yang berada disekolah ini.
Nyatanya tidak.
Tak terasa gadis itu sudah mendekati atap sekolah dimana netranya melihat sesosok tubuh tegap, berdiri di tepi atap sekolah—seperti ingin bunuh diri, mengerang marah dan frustasi dengan kesendirian disana, membuat Jiyeon mengernyitkan keningnya bingung. Mencoba mempertajam indera penglihatan yang masih kurang jelas, hingga ritme jantungnya semakin cepat dikala telah melihat sosok tersebut.
Figur dan proporsi tubuh tegap?
Detik berikutnya karena masih melihat dalam diam, Jiyeon dikejutkan dengan tindakan pemuda itu. Intuisinya sebagai manusia berusaha menolong dan berteriak guna mencegah tindakan tidak manusiawi—yang mencoba bunuh diri.
"Tidak, jangan lakukan itu!"
Teriakan melengking itu mendadak keluar begitu saja oleh Jiyeon dikala ia melihat sosok itu mengambang jatuh diatas atap sekolah. Usaha untuk menolongpun berakhir sia-sia karena Jiyeon terlambat untuk mencegah.
Gagal sudah.
Pemuda itu jatuh tepat dihadapan Jiyeon ditemani kegelapan, dengan kesendirian. Meninggalkannya dengan teriakan yang menggema karena rasa takut setelah menyaksikan kejadian mengenaskan tersebut. Menyaksikan bagaimana tubuh itu jatuh terperosok membentur permukaan dasar tanah yang keras dengan genangan darah yang bercucuran dimana-mana.
Nam Jungkook.[]
TBC
proudofjjkabs
Mari kita re-publish dan remake cerita lama. Ada yang ingat sama work aku yang satu ini? Xixixi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phantom Man ✓
Fanfiction[TERSEDIA VERSI EBOOK--EBOOK BISA DIBELI KAPAN SAJA] Kejadian di luar nalar. Itu yang dipikirkan Yoon Jiyeon tatkala peristiwa aneh mengerubungi kehidupan damainya. Terlibat dengan Nam Jungkook, justru membuat masa lalu mereka mulai terkuak perlahan...