Suasana yang tercipta sekarang benar-benar terasa canggung. Rona kemerahan di pipi Jiyeon sejam yang lalu masih saja bertahan. Tidak terlihat memudar sedikitpun. Pun gadis itu juga merasakan atmosfir yang panas disekitarnya. Berbeda dengan Jungkook, pria itu bersikap santai dan tak canggung. Seolah kejadian beberapa jam yang lalu tidak ada efek apapun baginya.
Jujur saja, Jiyeon ingin lari dari situasi yang sangat mencekam ini, terasa menyesakkan dada. Bukan. Bukan menyesakkan, melainkan terasa asing dan aneh. Entahlah, ia benar-benar malu sekarang.
Berbagai umpatan kasar yang Jiyeon pendam dalam hati, mengutuk segala perbuatan Jungkook tadi yang beraninya masuk tanpa izin. Bagaimana nantinya jika Jiyeon sedang telanjang?! Oh, ya ampun! Tidak bisa dibayangkan. Bisa-bisa pria itu mendapatkan pemandangan indah yang gratis—ah sudahlah.
Berdehem memecahkan keheningan yang terasa mencekam, Jungkook mengusap tengkuknya canggung, kemudian menatap gadis rupawan yang tengah menundukkan kepalanya tanpa mengubah posisi dari tadi.
"Ehem! Jiyeon, aku—"
"Ba-bagaimana hasilnya? Apakah k-kau berhasil?" Jiyeon memotong kalimat Jungkook dengan cepat. Mengabaikan segala rasa aneh yang merasuk dalam dirinya, kemudian berusaha menghadapkan wajah kepada Jungkook.
"O-oh?" Jungkook mengerjapkan mata beberapa kali karena merasa bingung sebentar, kemudian menggelengkan kepala, "Tidak, aku.. tidak berhasil."
Jiyeon sedikit terkejut mendengar jawaban Jungkook, "Kenapa tidak berhasil?" Sekarang gadis itu sudah membuang jauh-jauh perasaaan canggungnya yang kelewat tidak mengenakkan. Dan memfokuskan diri kepada Jungkook juga dengan pembicaraan mereka.
"Aku harus mencari tahu rahasia untuk menyembuhkan gangguan DID yang ku alami. Dan jika berhasil, aku akan kembali dengan sendirinya ke tubuh itu tanpa perlu bersusah payah," lirih Jungkook lelah.
Sejujurnya, Jungkook ingin menyerah saja jika tidak berhasil. Akan tetapi, melihat tubuhnya yang di kendalikan oleh orang lain, membuat semangat dalam jiwanya berkobar. Ia tidak bisa membiarkan hal itu terus terjadi.
Ia ingin hidup kembali merasakan kenyataan, dan tidak terasa semu seperti sekarang.
Sedangkan Jiyeon menghela nafas lelah. Benar-benar rumit. Permasalahan yang mereka hadapi tidak main-main. Jiyeon pikir membantu Jungkook awalnya adalah suatu pekerjaan yang mudah. Maka dari itu, ia memutuskan tanpa berpikir panjang untuk pria itu. Nyatanya sekarang, semua bertambah rumit. Jiyeon tidak yakin akan bisa membantu Jungkook. Namun kendati demikian, ia sudah bertekad dalam hatinya.
Bahwa Jiyeon akan tetap membantu Jungkook.
***
Pagi itu, kepala pelayan Kang merasa ada sesuatu yang janggal. Itu terjadi kepada perubahan sikap Tuan Mudanya—Nam Jungkook atau sekarang lebih tepatnya Jeon Ian. Kepala pelayan Kang memperhatikan Tuan Mudanya yang terlihat menggoda beberapa pelayan disana. Berpenampilan kelewat mencolok—berbeda dari biasanya. Banyak bicara, dan begitu mempesona. Lelaki paruh baya itu jelas paham siapa yang ada dalam tubuh Tuan Mudanya sekarang. Itu bukanlah Jeon Ian, dan juga bukan Nam Jungkook.
Melainkan Justin Lee, kepribadiannya yang lain.
Kepala pelayan Kang sudah tahu hal itu. Sikap yang Tuan Mudanya tunjukkan sekarang sungguh aneh. Ia meminta dibuatkan masakan dari Eropa dan Seven Color Juice. Kepala pelayan Kang mengerti lantas menuruti saja, menyuruh para pelayan lain segera membuatkan permintaan sang Tuan Muda. Lebih tepatnya kepribadian lain Tuan Mudanya—Justin Lee.
Sudah lama sejak kemunculan Justin Lee terakhir kali. Waktu itu, ia ingat. Jungkook dibuat pusing oleh kekasih Justin Lee yang jumlahnya tidak sedikit. Karena sifat Justin adalah pria mesum, penggoda, dan playboy. Jauh berbeda dengan Jeon Ian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phantom Man ✓
Fanfiction[TERSEDIA VERSI EBOOK--EBOOK BISA DIBELI KAPAN SAJA] Kejadian di luar nalar. Itu yang dipikirkan Yoon Jiyeon tatkala peristiwa aneh mengerubungi kehidupan damainya. Terlibat dengan Nam Jungkook, justru membuat masa lalu mereka mulai terkuak perlahan...