"Jiyeon? Kemarilah, makan disini bersamaku." Pria itu menepuk kedua pahanya dan menyarankan Jiyeon agar duduk di sana.
Gila apa!
Mendadak jantung Jiyeon berdetak abnormal, rasanya di detik itu ingin jatuh juga. Pola pikir Ian benar-benar tak terduga. Baru saja gadis itu ingin duduk di kursi dan menyantap makanannya, suara Ian menginterupsi kegiatannya untuk duduk. Dan parahnya lagi, lelaki itu menyuruhnya untuk duduk di pangkuannya.
Dia pikir aku gadis apa?
Menolak adalah opsi terbaik untuk saat ini. Tapi kendati demikian, pemikiran lain mendadak memasuki otaknya dan membuat penolakan tersebut lebur seketika. Ia jelas tidak tahu apa lagi yang akan pria itu hancurkan jika menolak keinginannya. Bisa saja rumah ini bukan? Jiyeon tidak ingin membuat perkara. Tapi bagaimanapun, ia jelas harus menolak hal gila yang ditawarkan Ian.
Menggeleng pelan dan menyahut dengan ramah, "Tidak perlu, aku akan makan di sini saja," ujarnya sambil menunjuk kursi, kemudian melanjutkan sambil tersenyum, "Lagi pula, kita akan tetap makan bersama bukan?"
Manis sekali.
Jiyeon jelas tidak tahu, jauh di dalam sana Ian tengah menghadapi sebuah perasaan yang belum pernah ia rasakan. Senyuman gadis itu membuat seluruh syaraf-syaraf otaknya tidak berfungsi. Sungguh luar biasa. Rasa keinginan untuk memiliki Jiyeon mendadak semakin kuat dalam dirinya. Dan ia akan terus mempertahankan keadaan seperti ini.
Jika bisa selama-lamanya.
Pria itu ingin menikmati hidup bersama Jiyeon dengan tubuh ini lebih lama lagi. Ambisi untuk menguasai tubuh ini pun semakin kuat. Ian jelas ingin berada disini selamanya. Menikmati senyuman indah Jiyeon, gadis itu membuatnya hilang akal.
Ian ikut tersenyum, menampilkan senyum kelinci terbaiknya, "Tentu saja. Duduklah, asalkan kau selalu bersamaku." Tangan besar itu menggenggam tangan putih Jiyeon. Sedikit membuat Jiyeon tersentak, kemudian tersenyum canggung.
Jiyeon harus pandai menghadapi situasi jika ingin menolong Jungkook. Ia harus bisa menaklukkan Ian, membuat pria itu enyah dalam tubuh sang pemilik asli—Nam Jungkook. Menuruti keinginan pria itu dan selalu bersamanya adalah pilihan terbaik demi kembalinya Nam Jungkook.
Dan semuanya selesai.
***
Jiyeon jelas tidak akan bisa menikmati kebebasannya mulai sekarang.
Semenjak Ian mengklaim dirinya.
Jiyeon mendadak membenci dirinya yang lemah, selalu seperti itu. Ia tidak bisa menolak sesuatu yang ingin ia tolak. Baik itu berdampak buruk bagi dirinya sendiri. Semenjak Jiyeon dituduh sebagai pembunuh Nam Jungkook, ketegasan gadis itu perlahan memudar. Sifatnya yang tegas dan bertanggung jawab mendadak lenyap terbawa angin. Ia menjadi lemah.
Cih! Kau lemah, Yoon Jiyeon.
Sejak tadi, rapalan makian tidak berhenti terucap di dalam hati Jiyeon. Tentu saja makian itu ditujukan untuk dirinya. Terjebak bersama Ian, pria itu seenaknya saja membawa dirinya untuk ikut berbelanja bersama. Belum mengganti seragam sekolah sedikitpun, ia tiba-tiba diseret secara paksa oleh Ian.
"Ikut aku, kita sekarang akan pergi berbelanja." Begitu katanya.
Membawa Jiyeon secara paksa menuju mobil mewah, dan menancapkan gas mobil membelah jalanan Seoul. Tidak terima penolakan apapun itu. Dasar pemaksa!
Jiyeon jelas heran saja, biasanya seorang wanita yang akan hobi berbelanja di tempat yang elit. Membeli sesuatu yang sedang populernya, memamerkan di social media, dan endorse. Tapi, sekarang ini keadaan terbalik. Ian, pria itu yang mengajaknya dengan antusias untuk berbelanja. Pria itu bilang, ia ingin membelikan Jiyeon barang-barang mahal, agar Jiyeon tampak lebih cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phantom Man ✓
Fanfiction[TERSEDIA VERSI EBOOK--EBOOK BISA DIBELI KAPAN SAJA] Kejadian di luar nalar. Itu yang dipikirkan Yoon Jiyeon tatkala peristiwa aneh mengerubungi kehidupan damainya. Terlibat dengan Nam Jungkook, justru membuat masa lalu mereka mulai terkuak perlahan...