Seperti biasa, pagi ini Jiyeon melaksanakan tugasnya sebagai ketua kelas. Menertibkan teman-teman dikelasnya untuk mengumpulkan tugas yang diberikan guru beberapa hari yang lalu. Sungguh menyibukkan. Baru saja Jiyeon menginjakkan kaki disekolah, ia telah disuguhi aktivitas berat hingga di pagi hari sudah memproduksi keringat. Melelahkan. Kendati begitupun, Jiyeon tetap bekerja dan melaksanakan tugasnya dengan profesional. Tidak melupakan tanggung jawab yang ia miliki. Untuk murid-murid lainnya, Jiyeon adalah salah satu contoh yang baik untuk ditiru. Dilihat dari segi sifat, tingkah laku, prestasi, dan lain sebagainya.
Nyaris sempurna.
Gadis itu mengambil nafas dalam-dalam sebelum berbicara lantang di depan kelas, "Diharapkan kepada teman-teman semuanya, untuk segera mengumpulkan tugas yang diberikan beberapa hari yang lalu." Semua atensi dikelas itu teralihkan kepada sosok Jiyeon yang sedang bicara.
"Oh ayolah, kenapa pagi sekali?" keluh salah satu murid disana.
Jiyeon hanya tersenyum menanggapi itu, "Karena memang sekarang waktunya untuk dikumpulkan."
Tanpa berpikir panjang dan dengan keadaan terpaksa, mereka pun satu persatu mengumpulkan tugas tersebut kepada Jiyeon.
"Tch! Aku tidak percaya kau mengingatkan hal ini," kata Taehyung sinis kepada Jiyeon.
Gadis itu memutar bola matanya malas, "Jangan samakan aku dengan dirimu, Tae. Kita berbeda, kau mengerti?" Jiyeon memiringkan kepalanya ke kiri menghadap Taehyung. Kemudian tersenyum mengejek.
"Tega sekali kau kepada sahabatmu, Ji," protes Taehyung tidak terima. Membuat wajah sedih agar Jiyeon iba, namun diluar dugaan gadis itu mengernyit jijik melihat sahabatnya.
Jiyeon berdecak dan berkacak pinggang, "Tae, sekalipun kau memelas dan bertekuk lutut didepanku peraturan tetaplah peraturan. Jadi, singkirkan wajahmu." Sumpah demi apapun. Ucapan Jiyeon mengundang emosi Taehyung.
"Ap—"
Tiba-tiba ucapan Taehyung terpotong karena teriakan luar biasa dari para gadis tatkala mereka melihat seorang pemuda berpasan tampan memasuki ruang kelas. Ia cukup populer di angkatannya. Tatapan kagum mengiringi setiap langkah kaki pemuda yang kini mengibaskan poni yang menghalangi keningnya.
Nam Jungkook—jelas ia mendengar bagaimana pekikan nyaring dari beberapa gadis kelas untuknya. Tapi, ia kelewat apatisme. Karena memang sifatnya dingin dan jarang sekali bicara dengan siapapun. Mungkin jika ia bicara, bisa dihitung dengan menggunakan jari. Jiyeon mengikuti arah pandangan Taehyung, dengan segera ia menghampiri pemuda itu.
"Nam Jungkook? Aku meminta tugasmu yang disuruh beberapa hari yang lalu. Kau membawanya?" tanya Jiyeon dengan ramah. Jungkook hanya merespon ucapan Jiyeon dengan menggelengkan kepala serta raut wajah yang datar.
"Hei! Tugas itu dikumpulkan hari ini. Bagaimana bisa kau lupa membawanya?" Gadis itu sedikit menaikkan nada bicaranya, kemudian memicingkan mata, "Atau jangan-jangan, kau tidak mengerjakannya, ya? Cih! Yang benar saja. Padahal tugas itu sudah lumayan lama diberikan."
Beberapa orang yang mendengar perdebatan itu memusatkan atensi mereka kepada dua manusia tersebut.
Jang Yura yang tidak sengaja melihat perdebatan antara Jiyeon dan Jungkook disana, segera menghampiri keduanya. Dengan langkah yang anggun dan berlagak sombong, ia berjalan ke hadapan Jiyeon, "Kau ada masalah dengan tunanganku, huh?! ujarnya sarkastik.
Jiyeon sedikit terkejut ketika menyadari kehadiran Yura. "Ah! Begini, tunanganmu tidak membawa tugas yang telah diberikan beberapa hari yang lalu. Padahal sekarang adalah batas waktunya untuk tugas itu, jadi aku meminta kepadanya tapi—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Phantom Man ✓
Fanfiction[TERSEDIA VERSI EBOOK--EBOOK BISA DIBELI KAPAN SAJA] Kejadian di luar nalar. Itu yang dipikirkan Yoon Jiyeon tatkala peristiwa aneh mengerubungi kehidupan damainya. Terlibat dengan Nam Jungkook, justru membuat masa lalu mereka mulai terkuak perlahan...