O4 - THAT'S NOT ME

4.6K 673 38
                                    

Panik menyerang kepala pelayan Kang setelah mendapat telepon dari pihak rumah sakit yang membuat dadanya terasa tercekik saat itu juga. Pusing hinggap di dalam diri ketika mendengar kabar bahwa tuan mudanya—Nam Jungkook sedang sekarat. Kritis. Bagaimana tidak, apakah masih masuk akal keadaan seseorang dikatakan baik-baik saja setelah melompat dari lantai empat sekolah? Hanya orang yang tidak punya akal menganggap hal tersebut masuk akal.

Kejadian ini sungguh diluar dugaan lelaki paruh baya itu. Memijat pelipis yang berdenyut sedari tadi tiada henti, menghela nafas lelah dikala netranya memandangi seorang gadis yang tengah menundukkan kepala sambil sesegukan. Memeluk diri sendiri setelah menyaksikan kejadian mengenaskan tersebut di depan mata. Merasa takut. Beruntung saja gadis itu melaporkan perihal ini dengan cepat, jika tidak entah apa yang terjadi. Dan kepala pelayan Kang enggan untuk membayangkannya. Menunggu dengan gusar di rumah sakit akan kabar Nam Jungkook.

Pria itu terlalu berpikir pendek. Akan tetapi, pria paruh baya tersebut tentu mengerti situasi tersebut hingga membuat Jungkook mencoba mengakhiri hidupnya. Seraya memanjatkan doa kepada Tuhan agar Jungkook masih diberi kehidupan, berharap keadaan yang akan mereka nantikan tidak buruk menyapa gendang telinga.

Begitu juga dengan tunangan Jungkook, Jang Yura. Gadis itu sungguh terkejut setelah mendapat kabar bahwa tunangannya masuk ke rumah sakit. Terlebih lagi setelah mendengar keadaan lelaki itu, tidak mampu menahan tangis Jang Yura. Menangis terisak-isak dan berharap bahwa Jungkook baik-baik saja. Memandang nyalang Jiyeon karena mendadak hadir ditengah-tengah mereka.

"Aku melihatnya di atap sekolah saat aku telah menyelesaikan tugas piket ku," Mengambil nafas pelan karena tenggorokannya tercekat, kemudian melanjutkan, "Memang hari sudah gelap karena aku sendiri mengerjakan seluruh pekerjaan disana." Menjeda sesaat, karena perasaan mual tiba-tiba menyerang, seolah-olah isi perut diaduk sedemikian mungkin, "A-aku sungguh panik saat dia menaiki pagar pembatas, padahal aku sudah melarangnya. Tapi, dia tetap bersikeras melompat." Berakhir menundukkan kepala dan menggigit bibir bawah getir.

Pak Kang mengangguk paham setelah mendengar penjelasan gadis yang menolong Jungkook. Ia sudah mengerti bagaimana perasaan tuan mudanya. Dan ia jelas tahu apa pemicu dari tindakan yang terkesan konyol itu.

"Itu tidak mungkin! Kau pasti yang membunuhnya." Lain dengan kepala pelayan Kang, Yura tidak terima dengan penjelasan Jiyeon yang mengatakan bahwa tunangannya mencoba bunuh diri. Merasakan keganjilan yang melingkupi diri gadis Jang itu.

Jiyeon terkejut, "A-apa?!" Kepala Jiyeon serasa akan pecah, "A-aku bersumpah tidak melakukannya!" elak Jiyeon.

"Itu sudah pasti, karena sebelumnya kalian bertengkar bukan? Dan bisa saja kau dendam kepada Jungkook dengan cara membunuhnya!" Tetap bersikeras bahwa Jiyeon dalang hingga Jungkook berakhir seperti ini, dirumah sakit dengan kondisi buruk.

Jiyeon menggelengkan kepalanya dengan keras, "Aku tidak melakukan itu, Jang Yura. Aku bukanlah gadis seperti itu. Kenapa kau menuduhku tanpa bukti?" Air mata mulai menggenang di pelupuk mata, Jiyeon berusaha sekuat tenaga untuk tidak menumpahkan tangisannya di depan Jang Yura.

"Semua tidak butuh bukti. Tindakan kau sebelumnya bisa menjadi bukti bahwa kau pembunuhnya! Kau seorang pembunuh!"

Jiyeon tertohok, hanya mampu terdiam saja. Ia tidak mampu membela diri, apalagi dihadapan Yura. Mendadak gadis itu terdiam, pening menyerang semakin menjadi-jadi dalam kepala. Jiyeon memejamkan matanya guna mengusir perasaan aneh yang melingkupi diri. Bertahan dari serangan dan tuduhan Jang Yura terhadap dirinya.

Ingat! Orang kaya selalu benar.

Sialan!

Melihat Jiyeon yang terdiam, Yura kembali berujar dengan yakin, "Lihat! Kau hanya diam. Itu berarti dugaanku benar," Seketika emosinya meledak dan mendekat ke arah Jiyeon—berniat melayangkan tamparan, "Beraninya ka—"

Phantom Man ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang