Tiada hari tanpa kehadiran Jungkook. Ya, setidaknya begitulah sekarang situasi yang Jiyeon alami.
Setelah gadis itu menceritakan panjang lebar detail bagaimana Jungkook berakhir seperti sekarang, pria itu selalu membuntuti Jiyeon kemanapun—kecuali tempat-tempat tertentu. Membuat gadis itu jengah dan bosan, terkadang Jungkook terang-terangan menatapnya.
Tch! Kenapa hanya aku yang bisa melihatnya?! Apakah aku punya indera keenam?!
Menggerutu di dalam hati karena perasaan dongkol. Mau ditampik sekeras apapun agar Jungkook berhenti mengikutinya, semua kembali berakhir sia-sia. Tch! Ayolah, bagaimana mungkin kau merasakan kenyamanan dikala seseorang selalu mengikuti kemanapun kau pergi? Itulah yang Jiyeon rasakan.
Kembali melaksanakan aktivitas seperti biasa, merasakan neraka disekolah. Tatapan kebencian orang-orang, sindiran terang-terangan terhadap dirinya. Dengan sekuat tenaga, Jiyeon mencoba menahan diri untuk tidak menangis lagi karena ia sudah merasa lelah. Ditemani dengan sosok Jungkook disampingnya, namun agaknya Jiyeon tidak menganggap pria itu ada. Bisa-bisa hujatan yang ia terima semakin bertambah ketika berbicara sendirian. Mengingat hanya Jiyeon seorang diri yang bisa melihat pria itu.
Jiyeon membuka lokernya, seketika semua sampah kotor keluar menyerbak dari dalam sana. Bau yang menyengat dan membuat hidung sakit, tidak lupa dengan ujaran kebencian yang ditujukan untuknya. Menghela nafas dan berusaha untuk menahan tangis agar tidak tumpah saat itu juga. Menyakitkan.
Ingin saja Jiyeon berteriak dengan keras dan mengatakan kepada semua orang—kalau perlu dunia, bahwa ia bukanlah seorang pembunuh. Seandainya saja, Jiyeon mampu mengatakan hal itu. Tapi rasanya sia-sia, seberapa besar usaha Jiyeon untuk membela diri tanpa bukti yang kuat tidak akan ada yang percaya. Hanya karena status sosial yang di milikinya membuat keberadaan Jiyeon sangat kecil diantara teman-teman yang lainnya.
"Kenapa mereka seperti itu kepadamu?" tanya Jungkook penasaran setelah diam sedari tadi. Pria itu melihat Jiyeon tengah membersihkan lokernya dari sampah.
"Ini semua adalah salah kau!" tunjuknya pada Jungkook.
Pria itu kaget, dahinya mengerut bingung. "Kenapa bisa salahku?"
Ah! Jiyeon lupa, bahwa Jungkook hilang ingatan.
Ha! Bagus!
"Dengar, tunanganmu yang bernama Jang Yura adalah penyebabnya. Yang menggiring opini, dan mengarahkan kereta kebencian untukku," ujar Jiyeon penuh penekanan di setiap kalimatnya.
"Benarkah?" Raut wajahnya terlihat terkejut.
"Ya. Sayangnya, aku tidak bisa membela diriku seberapa pun usaha yang kulakukan," lirih Jiyeon sedih.
"Maafkan aku," ucap Jungkook tiba-tiba.
Gadis itu menolehkan kepalanya, melihat Jungkook yang menunduk, "Sudahlah, lupakan saja. Ini sudah terjadi," Jiyeon tersenyum kecut.
Kemudian Jiyeon kembali melanjutkan kegiatannya untuk membersihkan loker. Sebelum suara berat menginterupsi keduanya.
"Jiyeon?"
Jiyeon menoleh, "Eh? Tae?"
"Ya ampun! Ji, kenapa banyak sekali sampah di lokermu?" Taehyung mengerutkan dahi bingung melihat loker Jiyeon yang dipenuhi dengan sampah kotor. Ini baru pertama kalinya.
Jungkook memandang bingung ke arah Taehyung, pria itu tiba-tiba saja datang dan berdiri diantara keduanya.
"Ah, ini bukan apa-apa Tae," jawab Jiyeon dengan kikuk.
"Bukan apa-apa bagaimana? Ini banyak sekali, biar kubantu." Taehyung memunguti satu persatu sampah yang ada disana.
"T-tapi Tae—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Phantom Man ✓
Fanfikce[TERSEDIA VERSI EBOOK--EBOOK BISA DIBELI KAPAN SAJA] Kejadian di luar nalar. Itu yang dipikirkan Yoon Jiyeon tatkala peristiwa aneh mengerubungi kehidupan damainya. Terlibat dengan Nam Jungkook, justru membuat masa lalu mereka mulai terkuak perlahan...