Amarah telah memuncak hingga ke ubun-ubun, mengepalkan kedua tangan geram dikala Jiyeon telah memasuki ruang kelas. Tujuannya untuk menemui seseorang yang membuatnya dongkol sedari malam tadi, meminta pertanggungjawaban atas tindakan orang tersebut pada dirinya. Kedua netra Jiyeon bergerak liar menyapu segala penjuru ruangan kelas. Hingga berhenti di satu titik sebuah tujuannya. Subjek yang ia cari. Dengan kaki yang dihentak-hentakkan kuat dilantai, Jiyeon berjalan kesal menghampiri bangku pemuda populer disekolahnya.
BRAK!
Menggebrak meja sang lawan dengan kuat, hingga pemuda Nam itu terlonjak dari lamunannya saat mendengar hal tersebut. Membuat seluruh atensinya terpusatkan pada seorang gadis yang berdiri dihadapannya dengan raut wajah kesal.
"Apa-apan kau?!" protesnya tidak terima dengan perlakuan Jiyeon.
"Jungkook, aku ingin meminta pertanggungjawaban mu." ujar Jiyeon menggebu-gebu.
Kening diwajah pria tampan itu berkerut, "Apa yang kau katakan?! Pertanggung jawaban, apa?!" Mencoba mengingat sesuatu, lalu kembali bertanya dengan sebelah alis yang diangkat tinggi, "Apa aku menghamilimu?"
Sialan!
Ingatkan Jiyeon untuk menjahit mulut Nam Jungkook nanti, dan membersihkan otaknya dari kuman beserta kotoran yang hinggap. Tch! Bagaimana mungkin Jungkook bisa melupakan kejadian tadi malam, hingga membuatnya terluka?! Sialan.
Semua perhatian kelas teralihkan kepada perdebatan mereka berdua. Merasa tertarik untuk mendengar perbincangan dan percekcokan keduanya, bahkan ada yang terang-terangan memvideokan kejadian tersebut.
Sinting!
Jiyeon berdecak dan berkacak pinggang, "Kau lupa atau pura-pura lupa?!" Nadanya terdengar jengkel bukan main, "Sangat jelas sekali kalau kau orang yang tadi malam. Mengatai seorang anak kecil, mencoba memukul dan mendorong kami. Hingga aku terluka."
Sungguh! Jungkook bingung sekarang.
Pria tadi malam? Memukul? Anak kecil? Mendorong?
Apa-apan?!
Jungkook hanya mengacuhkannya dan kembali bersikap santai seperti biasa. Kembali pada kegiatannya yang tertunda sebelum Jiyeon datang kemari.
Merasa terabaikan, Jiyeon kembali berujar sedikit berteriak, "Nam Jungkook dimana otakmu itu, huh?! Apa kau pura-pura amnesia?! Ataukah kau bodoh?! Setelah melukai seseorang kau tidak berani mempertanggungjawabkannya?! Lelaki macam apa kau?!"
"Apa yang kau katakan aku sungguh tidak mengerti, dasar gadis gila," katanya dingin.
Yura yang tidak sengaja melihat keributan itu segera menghampiri Jiyeon dan Jungkook.
"Hei, Yoon Jiyeon! Bisakah kau berhenti menganggu tunanganku?! Kau mencoba menggodanya, yah?" tuduh Yura.
Yura dengan segera membawa Jungkook untuk pergi dari hadapan Jiyeon. Menyeret pemuda itu yang terdiam dan mengikuti arahan Yura.
What?!
Apa-apaan dengan tuduhan tidak berdasar itu? Mencoba menggodanya?! Jiyeon bahkan tidak pernah menaruh ketertarikan kepada entitas pemuda Nam itu, kendati ia adalah pria yang populer disekolahnya.
Jiyeon benar-benar dibuat kesal oleh ucapan Yura. Orang kaya selalu benar.
Taehyung baru saja masuk ke dalam kelas, merasakan hawa kejanggalan melingkupi dirinya. Melihat kegaduhan dan seluruh perhatian kelas yang terpusat kepada Jiyeon—sang sahabat, Taehyung segera menghampiri gadis itu. Sebelum kedua matanya melihat Yura dan Jungkook yang keluar dari ruangan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phantom Man ✓
أدب الهواة[TERSEDIA VERSI EBOOK--EBOOK BISA DIBELI KAPAN SAJA] Kejadian di luar nalar. Itu yang dipikirkan Yoon Jiyeon tatkala peristiwa aneh mengerubungi kehidupan damainya. Terlibat dengan Nam Jungkook, justru membuat masa lalu mereka mulai terkuak perlahan...