"Yang Mulia... Anda sudah bangun?", Xiu Min pelayan yang setia menunggui tuannya dua hari dua malam di ruang itu nampak lega dan takjub.
Mei Feng membuka kedua matanya, dan ia mendapati sebuah senyum polos dengan mata yang bengkak sebagai tanda sang empunya telah banyak menangis.
"Aku...", suaranya masih tercekat enggan keluar dari tenggorokan.
"Hamba mohon Anda jangan berbicara dulu yang Mulia, kondisi anda masih lemah. Saya akan memanggil tabib untuk memeriksa kondisi anda." Sebelum Xiu Min beranjak berdiri, tangannya telah dicekal oleh Mei Feng.
"Aku baik-baik saja, ambilkan saja aku air, Aku haus. "
Xiu Min pun mengangguk dan mencoba mendudukan tuannya ini. Mei Feng menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang dan menerima air yang ia teguk dengan bantuan Xiu Min untuk memegang gelasnya.
"Tidak perlu memanggil tabib, katakan padaku apa yang terjadi selama aku tak sadarkan diri!"
Xiu Min mengangguk dan bersiap menjawab. "Yang Mulia permaisuri, selama anda tak sadarkan diri banyak yang khawatir terutama yang mulia ibu suri. Beliau baru saja meninggalkan kamar anda untuk memeriksa istana dalam selagi anda tak sadarkan diri. Dan.... Seperti anda tahu, yang mulia Kaisar masih berperang untuk menakhlukkan negri Fang sebagai hadiah untuk anak yang dikandung Selir Mu Yu Fei."
Mei Feng tersenyum sinis mendengar penuturan pelayannya.
"Baiklah, siapkan makanan dan tolong bantu aku membersihkan diri!" Xiu Min mengangguk dan undur diri.
Setelah kepergian pelayannya wanita itu kembali termenung. "Benar ibu, aku belum boleh pergi, tapi bukan di sini tempatku. " ucap Mei Feng dengan setitik air mata yang menetes di pipi seputih saljunya.
'~'~~~~~~~~~~~~~~~
"Anakku... Kau sudah bangun? Syukurlah..." Ibu Suri memeluk erat Mei Feng yang sudah siuman dan telah bersih setelah mandi.
"Tentu Ibu... Bagaimana mungkin aku liburan begitu lama, aku tak ingin membuat Xiu Min terlalu lama menganggur," ucap Mei Feng dengan nada ceria untuk menghilangkan kegelisahan orang di hadapannya ini. Meskipun hubungan mereka sebatas ibu mertua dan menantu, namun kedekatan mereka seolah menandakan mereka memiliki keterikatan darah.
"Ibu tidak akan membiarkan peristiwa kemarin menimpamu lagi, ibu tak ingin kehilangan dirimu Feng'er." Sang mertua kini berlinang air mata. "Entah apa yang akan terjadi jika kau celaka, ibu akan sedih dan tak sanggup hidup karena telah lalai menjagamu. Ibu tua ini telah berjanji pada ibumu untuk selalu menjagamu, tapi apa yang wanita tua ini lakukan... " Ibu Suri sudah hampir sesenggukan dalam tangisnya.
"Sudah Ibu kekaisaran... Anda bisa melihat sendiri bahwa diriku baik-baik saja. Bukankah berarti ibu masih sangat jago dalam menjagaku? Dan terlebih itu, justru hamba yang harus menjaga dan merawat anda." Dengan senyum tulusnya Mei Feng berusaha menghibur Ibu Suri. Seluruh pelayan yang melihatnya menangis haru melihat adegan ini, kecuali seseorang yang telah mencuri dengar di balik pintu.
"Yang Mulia Selir Mu Yu Fei, perlukah kedatangan anda hamba umumkan?"
"Jaga mulut kotormu, aku bukan selir, aku adalah selir utama calon ibu putra mahkota!" jawab Yu Fei angkuh, pelayan pribadinya hanya menunduk takut menyinggung perasaan tuannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Of Great Empress
Historical Fiction"Kau adalah permaisuriku, bukan wanitaku!" ~Huang Li Xiu~ "Aku hanya ingin jadi wanitamu." ~Xiao Mei Feng~ Maaf kalau urutan part tidak runtut dan mohon perhatikan nomor urutnya 😄😄😄😄😄