Kau, Permaisuri.

214 7 0
                                    

"Yang mulia..."
"Duduklah, apakah Zhen harus mengeluarkan dekrit agar kau mau duduk?"
"Tidak yang mulia," Mei Feng menggeleng cepet. Kaisar tersenyum kecil melihat ekspresi ketakutan Mei Feng yang menurutnya sangat konyol.  Dan sekarang Mei Feng benar-benar tertegun. "apakah kepalanya terbentur sesuatu? Lihat, bahkan dia tersenyum." gumam Mei Feng dalam hati.
"Kenapa memandangiku seperti itu?"
"Anda tampan yang mulia," ucap Mei Feng reflek lalu dia menggeleng cepat sebagai bentuk penyesalan karena sudah keceplosan.
"Lalu kenapa kau menggeleng, menurutmu aku tidak tampan?" kini gelengan Mei Feng semakin kuat. LiXiu semakin tertawa renyah, sudah lama ia tak menjahili Mei feng bahkan untuk berbicara ringan seperti ini pun.
"Ah... Benar, kau semakin kurus. Makanlah dengan benar, kau permaisuri bukan tahanan di istana Zhen." ucap Li xiu dengan menggoyangkan tubuh Mei Feng yang berada di pangkuannya untuk menandakan Mei Feng terlalu ringan.
"Seminggu ini hamba makan dengan benar dan teratur yang mulia."
"kenapa baru seminggu belakangan ini?"
"Hamba takut yang mulia, hamba takut...." Li xiu semakin mengkerutkan keningnya. "Takut? Di istana zhen ini?". Mei Feng semakin menundukkan wajahnya. "Hamba takut diracun lagi, hamba takut karena kenyataannya bukan hamba yang mati justru pelayan-pelayan istana harus dieksekusi."
"Jadi kau menganggap hukuman Zhen salah?" Li Xiu memegang dagu Mei Feng agar mau menatapnya.
"Bukan begitu yang mulia, hamba tak ingin membuat nyawa-nyawa lain melayang karena hamba. Seringkali upaya pembunuhan itu dilakukan dengan cara yang sama dan racun yang sama namun dengan penambahan dosis dan sedikit modifikasi pada racunnya. Sehingga hamba berpikir dalang dibalik ini semua adalah pihak yang sama dari semenjak hamba diracun. Namun selama ini yang ditemukan hanya sampai tataran pelakunya saja, dan penyidikan tak dilakukan secara mendalam. Hamba menganggap, pelayan-pelayan itu hanya sebagai kambing hitam dari pelaku yang sebenarnya. Pelayan yang telah dieksekusi kebanyakan adalah pelayan rendahan yang tidak memiliki akses untuk memasuki istana dalam. Mereka mantan budak yang bertugas mengurusi keperluan prajurit. Kemudian hamba periksa latar belakang keluarga mereka, kebanyakan sebelum dieksekusi. Keluarga mereka mendapat dua kantong uang emas dari pelayan itu. Dan selanjutnya anda bisa tahu bahwa itu merupakan pertemuan terakhir mereka." Mei Feng menatap mata kaisar Li xiu, ia takut jika kaisar justru marah karena ia menyelidiki kasusnya secara diam-diam.
Li Xiu mengusap kepala Mei Feng perlahan, "Anak pintar, akhirnya kau tak menyia-nyiakan status permaisurimu. Kau adalah permaisuri Zhen, kau harus kuat bagaimanapun kesulitan yang akan kau hadapi."
Mei feng mengangguk perlahan dan tetap terpana dengan tatapan kaisar Li xiu yang seolah memandangnya dengan lembut.
"Karena kau telah belajar dengan baik, Zhen akan lebih berhati-hati untuk mendalami kasusmu. Makanlah dengan benar, bukankah akhir minggu ini ayahmu akan rutin berkunjung?. Jangan buat dia khawatir dengan wajah tirusmu yang hampir seperti tulang belulang itu." Mei Feng tertawa kecil menurutnya sang Kaisar terlalu melebih-lebihkan.
Dan kaisar ikut tersenyum kecil, sudah lama ia tak melihat senyum di wajah Mei Feng. Dan entah mengapa tawa sederhana itu membuat hatinya hangat dan seluruh letih yang ia dapat di medan pertempuran luntur sudah.
Kaisar membawa Mei Feng dalam pelukannya dan memeluknya dengan erat dan menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Mei Feng. "Anak pintar... Makanlah dengan rajin. Padahal kau dulu seperti babi gendut tapi kenapa sekarang kau hanya seperti cacing pita di perut babi?". Jika kebanyakan wanita akan tersinggung jika seseorang menilai fisiknya, berbeda dengan Mei Feng karena  merasa ia kini melihat Li Xiu yang dulu, sebelum menikah dengannya. Namun senyuman itu perlahan pudar bahkan hampir menjatuhkan air matanya, ia berpikir harusnya ia tak menikah agar Li Xiu dapat selalu bahagia.
"Baiklah, permaisuri ini akan makan dengan rakus hingga seperti babi lagi, dan mengahabiskan seluruh lumbung pangan istana." Kaisar semakin tertawa mendengar penuturan Mei Feng.

The Crown Of Great EmpressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang