"Hamba akan mandi yang mulia, anda bisa keluar sekarang."
"Aku ingin mengawasimu selagi tak ada pelayan."
Mereka kini telah berada di ruang pemandian. Air hangat telah disiapkan di dalam kolam berukuran sedang yang bisa menampung lima orang sekaligus. Mei Feng bersikeras ingin mandi sendiri tanpa ditemani atau dibantu pelayan. Tapi kaisar Li xiu lebih keras kepala untuk menungguinya mandi di dalam.
"Baiklah jika anda memaksa," Mei Feng dengan cuek melepas lapisan-lapisan hanfunya dan menyisakan kemban putih dan bergegas memasuki kolam.
"suhu airnya cukup, saya pikir saya ingin berendam cukup lama di sini. Anda bisa kembali ke paviliun anda, dan pembicaraan ini akan kita lanjutkan besok." Mei feng memainkan bunga-bunga yang ditaburkan di dalam kolam. Kaisar tak menjawab permintaan Mei Feng, ia pikir li xiu telah beranjak pergi. Namun betapa terkejutnya ia karena kaisar li xiu telah bertelanjang dada dan mengikutinya untuk berendam di dalam kolam.
"Pekerjaan Zhen banyak, dan aku tak bisa menunggu lebih lama."
Mei Feng menggeser tubuhnya menjauh dari kaisar.
"Kau masih marah? Apa yang kau lakukan hari ini? Kau sudah makan?"
Mei feng kembali terkejut dengan pertanyaan kaisar, "apa dia demam?" gumam mei feng dalam hati karena pertanyaan yang tak biasa dari kaisar.
"Pelayan..."
Masuklah beberapa pelayan membawakan kudapan ringan ke dalam ruang pemandian dan meletakkannya di pinggir kolam.
"makanlah... Aku yakin kau belum memasukkan apapun ke dalam perutmu."
Mei feng pun mengangguk dan mengambil sebuah kue dan berniat untuk memakannya. Namun jari yang telah menuju bibirnya itu justru ditarik ke arah mulut kaisar. Dan tanpa ia duga, kaisar memakan kue yang dipegang oleh Mei Feng. "yang mulia..."
"Aku hanya memastikan tak ada racun di dalamnya." tak hanya itu, kaisar memegang tangan mei feng dan menjilati jemari yang terkena gula halus dari kue. Mei feng sangat kaget dengan perlakuan kaisar.
"Nah, sepertinya kue ini aman. Kau bisa memakannya." jantung mei feng berdegup cukup kencang, mei feng mengambil buah anggur untuk menghilangkan kegugupannya. Namun karena tangannya bergetar buah itu justru jatuh ke dalam kolam.
Kaisar pun mengambilkan buah anggur lain dan menyuapkannya pada Mei Feng. "anak pintar, makanlah yang banyak..." lalu kaisar mengambilkan seluruh kudapan ringan di atas nampan tersebut.
"Baik, lanjutkan mandimu. Kau bau,"ucap kaisar sembari membasuh wajah permaisuri dengan air rendaman kolam. Ia bisa merasakan bahwa permaisurinya dipenuhi keringat namun tak menghilangkan aroma lavender yang selalu menguar dari tubuh Mei Feng.
"saya bisa sendiri yang mulia," Mei Feng menggeser tubuhnya menjauh, namun kaisar justru menariknya mendekat dan kini bahkan memangkunya seperti kali terakhir mereka mandi bersama.
"Diamlah, aku akan mengkeramasi rambutmu."
"Kaisar, anda tak perlu melakukannya, saya bisa sendiri. Lebih baik anda kembali ke paviliun anda atau lebih baik menemui putri jin er."
"Benar, kau marah." kaisar tersenyum kecil.
"Kenapa kau marah?"
"hamba tidak marah yang mulia."
"Lalu kenapa kau ingin membunuhku?"
"hamba membencimu."
"kenapa?" kaisar memegang dagu mei feng agar pandangan mereka bisa bertemu.
Namun mei feng bersikeras menunduk. "anda tidak akan mengerti kaisar, aku tidak ingin dia terjebak di sini seperti diriku."
Hamba bisa bekerja sendiri, hamba berjanji tidak akan terkena racun dan akan hidup seratus tahun lagi." Adik Jin adalah orang baik, jangan buat dia seperti diriku."
"hamba tak bisa melihat kehidupan orang yang saya sayangi hampa, jangan jadikan adik jin sebagai alat, adik jin adalah orang yang pantas dicintai secara tulus...." Mei Feng menutupi wajahnya untuk menyembunyikan tangisnya, namun suaranya yang parau telah membuat kaisar tahu bahwa wanita itu tengah menangis.
"Mei Feng...." kaisar memeluk permasiurinya secara erat. Ia sadar selama ini telah membuat hidup sahabatnya ini bersedih. Kaisar mencium kepala gadis itu dan mengelusnya perlahan. Lalu kaisar membuka wajah mei feng dan menghapus air mata yang terus mengalir di sana. Mei Feng masih sesenggukan dalam tangisnya, ia menunjukkan betapa rapuh dirinya. Kali ini mei feng ingin menunjukkan kelemahannya pada kaisar, ia sudah tidak sanggup terus-terusan berlagak kuat dalam menjalani kehidupannya di istana.
Kaisar terus mengusap air mata mei feng dan menjelajahi lekuk wajahnya yang kemerahan karena tangisnya. Dan kaisar menempelkan bibirnya pada bibir Mei feng, kaisar mengecup bibirnya dan melumatnya lembut. Mei feng menutup kedua matanya dan menerima perlakuan kaisar, ia kini telah lelah dan ingin melupakan kenyataan bahwa dia bukan istri yang diharapkan orang di hadapannya ini.
Mei feng membuka mulutnya sehingga kaisar bisa leluasa memainkan bibir mei feng. Lidahnya pun kini telah masuk untuk mengabsen gigi rapi mei feng dan menggoda lidahnya. Ciuman itu berlangsung cukup lama dan panas, hingga kegiatan itu mereka sudahi karena kebutuhan akan oksigen. Mei feng membenamkan wajahnya di dada kaisar hingga ia tertidur dalam dekapan kaisar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Of Great Empress
Historical Fiction"Kau adalah permaisuriku, bukan wanitaku!" ~Huang Li Xiu~ "Aku hanya ingin jadi wanitamu." ~Xiao Mei Feng~ Maaf kalau urutan part tidak runtut dan mohon perhatikan nomor urutnya 😄😄😄😄😄