Amukan

196 6 0
                                    

"Ada apa pelayan yang mulia kaisar menemuiku?"
"Hamba datang ke sini untuk menyampaikan pesan agar anda dapat menemui yang mulia saat ini juga di paviliunnya." Mei Feng menganggukkan kepala dan segera bersiap mendatangi kaisar.
Setibanya di paviliun ia bisa melihat kaisar yang sedang sibuk membaca dokumen-dokumen kerajaan.
"Kau sudah datang? Duduklah Mei Feng," kaisar menepuk bantalan duduk di sampingnya.
"Ku dengar kau sering menemui jin er, benarkah itu?"
"Benar yang mulia."
"Baiklah, berarti aku tak perlu menanyakan apakah kau setuju agar dia kujadikan selir atau tidak."
"Anda benar yang mulia, bukan wilayah hamba untuk berpendapat di sini."
"Kau tidak cemburu?," Mei Feng sangat kaget dengan pertanyaan Li xiu, padahal ketika ia memasukkan selir Fei kaisar tak pernah mempertanyakan apapun padanya.
"Tidak yang mulia, cemburu bukanlah hak dan kemewahan yang dapat saya miliki, "Mei Feng berkata lirih. Namun di detik selanjutnya, ia menyadari telah keceplosan. "Maksud saya putri Fang Jin er sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Dia wanita yang berkepribadian baik dan akan bisa menemani dan merawat anda hehe..." Mei Feng memasang tawa garingnya.
"Baiklah, kalau begitu aku akan mengangkatnya sebagai selir kerajaan."
"Apakah yang mulia sudah berbicara pada putri Jin er? Apakah anda sudah menanyakan pendapatnya?"
"Apakah itu penting? Ia hanya hadiah dan tanda perdamaian dan hidupnya telah diserahkan untuk kerajaan ini."
Mei Feng reflek menggebrak meja dengan kepalan tangannya dan cukup membuat kaisar kaget.
"Apakah ia bisa menjadi wanita anda kaisar?"
"Tidak, ia hanya akan membantumu mengurus istana dalam." Mei feng spontan berdiri dari duduknya dan bersiap pergi.
"Mau kemana kau?, " Kaisar Li Xiu memegang pergelangan tangan Mei Feng.
"Tolong lepaskan tangan hamba yang mulia, sebelum saya bertindak kasar,"Mei Feng berusaha menepis tangan kaisar dan berlari pergi meninggalkan paviliun Naga.
Wajahnya kini telah merah padam menahan gejolak amarah di dadanya.
Kaisar mengusap wajahnya kesal, apakah ia telah membuat kesalahan hingga membuat Mei Feng marah.
~~~~~~~~~~~~
"Xiu Min, aku ingin istirahat, jangan biarkan siapapun masuk. Siapa saja yang masuk akan menerima kematian."
"Baik yang mulia," sebenarnya xiu min sangat khawatir tapi ia memahami bahwa Mei Feng hanya membutuhkan waktu untuk merenung dan menyendiri.
Setelah Xiu Min menutup ruang tiba-tiba ia mendengar suara "Prang..."
Mei feng melemparkan barang-barang di atas nakas dekat ranjangnya. "Dasar lelaki bajingan!"
~~~~'~~~~~~~~~
Hingga malam menjelang tak ada satupun yang berani memasuki kamar permaisuri hingga seorang kasim mengumumkan kedatangan kaisar. Ini adalah kali kedua kaisar mendatangi paviliun teratai meski mereka telah menikah selama dua tahun.
"Mohon ampun yang mulia kaisar, permaisuri tidak mengizinkan seorang pun untuk masuk ke dalam kamar. Beliau membutuhkan waktu untuk istirahat." Xiu Min membungkuk ketika berbicara.
"Buka pintunya, Zhen ingin berbicara penting padanya."
"Mohon ampun kaisar Beliau mengancam akan membunuh siapa saja yang masuk." Xiu Min bersujud agar kaisar mau meninggalkan paviliun teratai. Namun tiba-tiba,
" Brakk...!!!", kaisar menendang keras pintu kamar hingga terbuka. Kaisar masuk dan mendapati kamar Mei Feng dalam kondisi berantakan.
"Semua pelayan, tinggalkan paviliun sekarang!", setelah memberi hormat mereka pergi memberi ruang untuk kaisar dan permaisuri.
"Salam pada yang mulia kaisar," Mei Feng muncul dari bilik kamarnya dengan kondisi yang berantakan, dengan wajah sembab dan rambut acak-acakan namun keanehan ada pada tangan kanannya yang memegang pisau.
"Kau ingin membunuh Zhen?"
Mei feng tersenyum dingin, "apakah anda tak mendengarkan peringatan dari pelayan hamba?" Dengan santai mei Feng mendekati kaisar. "Silahkan duduk yang mulia, hamba belum cukup segila itu untuk membunuh anda meskipun anda pantas mendapatkannya." Li xiu duduk di hadapan tempat duduk Mei Feng.
"Bisakah kau simpan pisau itu dulu?"
"Tentu yang mulia," tanpa diduga Mei feng melempar pisau itu kedepannya dan hampir mengenai kaisar dan pisau itu menancap sempurna di tiang di belakang kaisar.
"Kasim Hong.. ", teriak kaisar dan menit kemudian datanglah seorang lelaki paruh baya yang berlari tergopoh-gopoh. "Perintahkan pelayan untuk menyiapkan air mandi untuk permaisuri."
"Dimengerti Yang Mulia."
~~~~~~~~~~~~~~~~

The Crown Of Great EmpressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang