Jenderal Negri Fang

190 7 0
                                    

Pesta berlangsung hingga larut malam, kaisar sangat kelelahan dan memutuskan untuk istirahat di paviliun naganya dan tak mengizinkan seorang pun untuk memasuki kamarnya.
Namun selir Fei dengan begitu tak sabar memaksa untuk masuk, "Maaf yang mulia, tidak ada siapapun yang diperkenankan masuk."
"Siapa kau berani melarangku, buka pintunya!" karena mendengar kegaduhan, kaisar pun keluar dari kamarnya.
"Masuklah Fei er..." setelah pintu tertutup selir Fei memegang lengan kaisar.
"Yang mulia, apa ini yang anda maksud sebagai hadiah untuk putraku? Menghadiahinya ibu yang lain? ," Selir Fei sekuat mungkin menahan kemarahannya. Tapi emosi ini telah menggunung.
"Tenangkan hatimu Fei er. Putri Fang jin er adalah hadiah dan tanda perdamaian kedua kerajaan. Ia di sini yang akan menjadi penghubung kegiatan diplomatik bilateral dua kerajaan."
"Diplomat? Apa rakyat anda sudah tak ada yang sanggup menjadi utusan?" Air mata sudah mengalir deras di pipinya.
"Fei er, kau tentu sudah paham bahwa posisiku sebagai kaisar. Kaisar kerajaan ini diperbolehkan memiliki permaisuri dan selir-selir, namun di hatiku hanya ada dirimu Fei'er," Kaisar kini memeluk sayang pada selirnya. "Apakah aku pernah menghianatimu? Bahkan aku tak pernah menempatkan Mei Feng sebagai wanitaku." , tangis Selir Fei agak mereda, kini ia yakin bahwa posisi putri Jin er hanya sebagai alat dan pajangan semata sama halnya seperti Mei Feng, dan dalam pelukan kaisar kini ia tersenyum bahagia.
~~~~~~~~~~~~~~~
"Permaisuri,anda ingin kemana?," Xiu Min mengikuti majikannya yang berjalan ke arah lain, bukan ke arah kediamannya di paviliun teratai. Dan akhirnya ia berpapasan dengan rombongan putri Jin'er.
"salam pada yang mulia permaisuri," putri Jin er menunduk hormat pada Mei Feng, dan dibalas dengan anggukan dan senyuman.
"Putri Fang Jin'er apakah anda hendak menuju kediaman anda? Bolehkah saya mampir sebentar untuk menuangkan anda teh?" Jin Er mengangguk dan rombongan itu berlalu menuju paviliun krisan.
Mereka duduk dan menunggu pelayan menyeduhkan teh untuk mereka.
"Saya ucapkan selamat datang di negri Han, semoga anda betah tinggal di istana. "
"Terimakasih yang mulia, tentu saya akan betah di sini." ucap jin er dengan penuh senyuman namun Mei Feng tahu jika matanya mengguratkan kesedihan. Mereka mengobrolkan seputar perjalanan dan pembicaraan ringan lainnya hingga akhirnya Mei feng mengatakan,
"putri jin'er, bolehkah aku memanggilmu adik Jin?. Karena kau lebih muda dariku, dan aku ingin lebih dekat denganmu."
"Tentu yang mulia kakak permaisuri,"
"Syukurlah... Akhirnya aku merasakan kehangatan di istana dalam. Adik Jin, jika ada yang mengganggu hatimu, jangan sungkan untuk mengatakannya padaku. "
"Tentu kakak, kelak di kemudian hari adikmu ini akan selalu merepotkanmu, mohon bimbingan dari kakak."
"Bagaimana kabar keluarga anda adik jin er, sudahkah kau berpamitan pada mereka. Apakah mereka menangis?"
"mengapa anda menanyakan itu kakak?"
"Tidak... Aku hanya merasakan kesedihan dari sorot matamu."
"Tentu aku bersedih karena harus berpisah jauh dari ayah dan ibuku."
"Tak perlu sedih, kalian bisa saling berkunjung dan mengirim surat. Aku akan mengutus seseorang agar suratmu lekas sampai," Mei Feng berusaha menghibur Jin Er
"Adik jin... Aku mohon maaf, aku mewakili kerajaan ini ingin meminta maaf padamu, maaf sudah membuat kegaduhan di negaramu dan maaf sudah menyebabkan pertumpahan darah, "Mei Feng tertunduk pilu. Ia bisa memahami bagaimana perasaan ketika negaranya direnggut paksa.
Jin er kini menangis tergugu, Mei Feng memeluknya dalam duduknya.
"Anda tidak perlu minta maaf kakak... Justru semua ini salahku. Maaf kalau aku menangis di depanmu. Andai waktu itu aku tidak kalah dalam duel melawan jendral anda, tentu kerajaanku kini akan tetap merdeka."
"Apa maksudmu dalan berduel adik, apa kau ikut bertarung?"
"Benar yang mulia, saya adalah jendral tertinggi kerajaan Fang, selama ini identitas saya dirahasiakan dan saya selalu menutupi wajah saya dengan armor ketika berperang. Hanya keluarga kerajaanku, dan wakil jendralku yang mengetahuinya. Aku bersedia dibawa ke sini untuk menebus rasa bersalahku, aku tidak sanggup melihat mata rakyatku lagi...." tangis Jin er luruh begitu saja, Mei Feng menepuk-nepuk bahunya agar keadaan adik barunya ini menjadi lebih tenang.

The Crown Of Great EmpressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang